Bab 10 - Masuk Ke Dalam Perangkap

2013 Words
Lengkungan sinar rembulan mulai menghiasi langit Kota San Fransisco. Kelap-kelip cahaya lampu dari gedung-gedung perkotaan turut menghiasi setiap sudut jalan North Point. Terlihat gedung menjulang tinggi yang baru saja aktif beroperasi ketika malam beranjak semakin larut. Gedung yang merangkap sebagai hotel dan bar tersebut memang selalu ramai dikunjungi saat malam hari. Terlihat dua orang pria bertubuh besar dan berwajah sangar berjaga di depan pintu masuk bar bertuliskan ‘Underground’ saat para tamu memasuki lobi gedung. Kedua pria penjaga itu selalu memeriksa para pengunjung bar yang ingin memasuki tempat tersebut. Tidak semua orang diperbolehkan masuk ke dalam bar. Hanya pengunjung yang telah cukup umur dan berpakaian yang sewajarnya yang boleh memasuki tempat tersebut. Para pengunjung bar akan diarahkan turun melalui sebuah tangga yang mengarah ke ruangan bawah tanah. Sesuai namanya, bar tersebut memang berlokasi di bawah tanah gedung hotel. Namun, ruangan bar tidak seperti bawah tanah yang lembap dan sempit karena sudah didesain dengan estetik. Suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang disk jockey terdengar memecahkan kemeriahan saat memasuki Bar Underground tersebut. Lampu berbentuk bola kristal yang memantulkan aneka warna terlihat berputar memberikan pencahayaan yang meriah di dalam bar tersebut. Terlihat banyak muda-mudi yang meliuk-liukkan tubuh mereka di atas lantai dansa. Tidak sedikit juga yang telah dimabukkan oleh minuman beralkohol. Terlihat seorang gadis yang berjalan mondar-mandir di tengah lautan manusia yang mendatangi bar tersebut. Gadis itu adalah Krystal Davies. Dengan beralaskan sneaker bututnya, Krystal mengantarkan minuman yang dipesan para pengunjung bar. Ia cukup menarik perhatian karena sosoknya yang gesit dalam balutan pakaian seragam pelayannya yang ketat. Satu tangannya membawa baki berisi beberapa gelas kristal yang berisi minuman beralkohol dengan lincah. Meskipun cukup kerepotan melayani para tamu yang terus berdatangan tanpa henti, tetapi gadis itu tetap bersyukur masih bisa bekerja malam ini. Ia sempat merasa pesimis setelah dipecat dari dua tempat sebelumnya. Peringatan yang diucapkan Berta padanya cukup mengkhawatirkannya. Beruntungnya hal itu terjadi di Bar Underground dan Krystal berpikir jika ia tidak perlu berpikiran terlalu jauh atas hal yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Ketika sang manajer bar memintanya untuk segera bekerja, Krystal langsung menyanggupinya. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan terakhir dan satu-satunya tersebut. Apalagi jika ia bisa menjual beberapa botol wine yang mahal, ia bisa mendapatkan tips yang lumayan dari manajer bar tersebut. “Hei, Waitress! Bawakan satu botol Martini ke sini!” teriak salah seorang pria dari tempat duduknya yang berada di salah satu sofa yang melingkar. Ia duduk bersama beberapa orang wanita yang juga bekerja di bar sebagai lady escort untuk menemani para tamu minum dan melakukan kesenangan yang lain. Krystal mengangguk, kemudian dengan cepat menghampiri meja tamu tersebut dan meletakkan sebotol Martini yang dibawanya. “Ini Martininya, Tuan. Anda ingin membayar tunai atau kartu?” tanyanya sembari tersenyum ramah meskipun ia muak melihat pria itu. Ya, pria itu adalah salah seorang tamu yang sering mengganggunya di bar. Tidak jarang pria itu mencolek bagian tubuh Krystal dengan sengaja saat melewatinya. Namun, Krystal tidak pernah menanggapinya karena ia tidak ingin membuat keributan dengan pria itu. Pria bernama Kevin Hilton itu adalah salah seorang pengusaha muda yang selalu menghabiskan malamnya di Bar Underground. Sejak awal datang ke bar itu, Kevin sudah tertarik kepada Krystal. Sering kali Kevin meminta Krystal untuk menemaninya minum. Sayangnya, gadis itu selalu menolak ajakannya dengan dalih itu bukan bagian dari pekerjaannya. Krystal tahu jika bekerja di bar sangat berisiko, tetapi di tempat itulah ia bisa mendapatkan banyak uang untuk menutupi kekurangan biaya dari kebutuhan hidupnya dan keluarganya yang lain. Bertemu dengan pria mata keranjang seperti Kevin Hilton bukan hal yang aneh. Namun, Krystal berpikir selama ia bisa menjaga diri dan tidak menyinggung lelaki seperti itu, ia bisa melewati pekerjaannya dengan baik setiap malamnya. Sama seperti sebelumnya, Kevin lagi-lagi mempermainkannya. Pria itu sengaja mengibaskan lembaran uang di hadapan Krystal, tetapi ia tidak bermaksud langsung memberikannya kepada gadis itu. “Aku dengar kamu lagi butuh uang, Baby,” ucap Kevin. Membuat Krystal tersentak dan mendelik tajam padanya. Krystal melirik Paula, lady escort di samping Kevin. Ia tahu jika wanita itulah yang telah membocorkan informasi tentangnya kepada tamu mereka. Saat berbicara dengan Marie Allegra—manajer bar, Paula memang berada di tempat yang sama dengannya sehingga tak sengaja mendengar percakapan Krystal dengan manajer mereka. Namun, Krystal tidak menyangka Paula akan menjual informasi tentangnya kepada Kevin. “Dasar pengkhianat,” cibir Krystal yang membuat wajah Marie berubah masam. Kevin menyeringai. Ia kembali memamerkan lembaran uangnya kepada Krystal dan berkata, “Di tanganku sekarang ada dua ribu dolar. Kalau kamu bersedia menemaniku duduk di sini malam ini, aku akan memberikan dua kali lipat dari ini. Bagaimana?” Krystal memutar bola matanya. Meskipun ia sangat membutuhkan uang, tetapi ia tidak bisa membiarkan dirinya dianggap rendah oleh pria itu. Ia tahu jika tujuan Kevin tidaklah semudah itu. Pria berkulit putih pucat itu ingin melakukan hal lain di luar itu dan Krystal tidak akan menyetujui ajakannya tersebut. Krystal mengambil kembali botol Martini yang diletakkannya tadi di atas meja dan berkata, “Maaf, Tuan Hilton. Saya tidak jadi menjual minuman ini untuk Anda. Jika Anda menginginkannya, Anda bisa memesannya dari waitress yang lain. Mungkin mereka akan bersedia melakukan permintaan Anda.” “Kau!” Wajah Kevin berubah nanar. Ia mengeratkan giginya kuat-kuat untuk menahan gejolak yang bergemuruh di dalam dadanya. Krystal melenggang pergi begitu saja tanpa mempedulikan kemarahan tamunya. “Katakan berapa hargamu?” teriak Kevin yang membuat langkah Krystal yang telah berbalik badan terhenti seketika. Krystal menoleh dengan angkuh. “Kamu tidak akan sanggup membayarku, Tuan Hilton,” ucapnya. Beberapa wanita di samping Kevin sontak langsung menertawakan Kevin karena kembali mendapatkan penolakan dari Krystal untuk ke sekian kalinya. Kevin tidak bisa tinggal diam begitu saja. Pria itu langsung berdiri menghampiri Krystal, lalu mencengkeram lengannya. “Gadis jalang! Apa kamu pikir aku tidak bisa memaksamu untuk menemaniku, hm? Aku sudah memintamu dengan baik, tapi bisa-bisanya kamu malah menolakku. Apa kamu tau siapa aku, hah?” geram Kevin dengan sorot mata yang tajam. Perlahan bola mata biru pria itu berubah menjadi merah seiring dengan kemarahan yang diluapkannya. Krystal tersentak. Ia mengerjapkan matanya berulang kali untuk melihat dengan jelas, tetapi tiba-tiba cengkeraman tangan Kevin menguat dan membuat Krystal merintih kesakitan. Entah kenapa ia merasa kekuatan pria itu tidak seperti kekuatan manusia biasa. Ia berpikir jika lengannya mungkin akan patah jika saja pria itu tidak segera melepaskannya. Ketika Krystal berusaha memberontak, tiba-tiba saja embusan angin yang sangat kencang melemparkan tubuh Kevin hingga pria itu terduduk kembali ke tempatnya. Semua orang menjerit histeris karena embusan angin tersebut memecahkan beberapa kaca yang dilintasinya. Lady escort yang menemani Kevin langsung berlari menjauh karena khawatir menjadi sasaran angin aneh tersebut. Suara dentuman musik langsung menghilang dan tergantikan dengan suara desas-desus serta teriakan dari para pengunjung. Seketika wajah Krystal berubah pias saat melihat beberapa serpihan kaca yang ikut tertiup angin mengenai d**a Kevin. Cairan merah pekat mengalir dari d**a pria itu. Beruntung bagi Krystal karena Kevin masih bisa bergerak meskipun tubuh pria itu sempat terhempas dengan kuat akibat embusan angin tadi. Kaki Krystal terpaku di tempat karena kejadian yang terjadi secara tiba-tiba tersebut. Kedua tangannya gemetar. Baki dibawanya saja telah terjatuh dari tangannya dan botol Martini seharga seribu dolar itu hancur berkeping-keping. Bukan hanya memikirkan kondisi tamunya dan minuman yang dipecahkannya, tetapi semua keributan yang terjadi secara misterius tersebut turut menjadi beban pikiran Krystal. Sesuai dugaannya, Marie Allegra—sang manajer bar langsung mendatangi lokasi kejadian bersama dua orang penjaga bar dan berteriak dengan wajah nanar, “Apa yang terjadi di sini?” Suasana hening dan mencekam tersebut membuat Krystal semakin gelisah. Tidak ada satu pun yang menjawab Marie. Wajah para karyawan bar berubah pucat. Mereka semua menundukkan wajah karena takut terlibat dalam masalah tersebut. Manik mata Marie mengelilingi tempat itu hingga akhirnya tertuju kepada Krystal yang masih berdiri di tengah serpihan kaca yang menyebar di sekelilingnya. Sudut bibir Marie menyeringai tipis, lalu ia kembali bertanya kepada gadis itu, “Krystal, coba kamu katakan padaku … apa yang sudah terjadi di sini, hm? Apa yang sudah kamu lakukan kepada tamu kita?” Krystal tercengang. Ia buru-buru menggeleng, kemudian menjawab dengan cepat, “Aku … aku tidak tau, Nona Allegra. Tadi ada angin yang menerbangkan Tuan Hilton.” “Angin menerbangkan Tuan Hilton?” Marie tersenyum mengejek, lalu berkata, “Kamu pikir sedang menipu anak kecil, Krys?” “Tidak, Nona Allegra. Tapi, memang begitu kejadiannya. Anda bisa tanyakan sendiri kepada Tuan Hilton atau yang lainnya,” timpal Krystal dengan cepat. Ia berusaha menjelaskan kondisi yang terjadi kepada Marie meskipun hal itu sulit dicerna dengan akal sehat. “Oh ya?” Marie masih tak percaya dan ia memanggil salah seorang lady escort yang bersama Kevin tadi. “Coba kamu ceritakan, Paula. Apa benar yang Krystal ceritakan tadi?” tanyanya. Paula itu melirik Krystal sekilas. Dengan wajah penuh kekhawatiran, Krystal menatap Paula dengan penuh harap. Sayangnya, wanita itu tidak berpihak padanya. “Saya tidak tau, Nona Allegra. Tadi terjadi terlalu tiba-tiba dan saya hanya melihat Krystal menghentakkan tangan Tuan Hilton dengan kuat hingga Tuan Hilton terlempar,” tukas Paula yang membuat Krystal tercengang. “Tidak, bukan seperti itu!” Krystal langsung menampik pernyataan Paula dan menghambur ke arah wanita itu. “Tolong katakan yang sebenarnya, Paula! Tadi kamu dan yang lainnya juga merasakan angin itu, bukan?” Krystal mencengkeram lengan Paula dengan kuat dan melihat ke sekitarnya dengan gelisah. Ia berharap ada yang bisa membantunya untuk menjelaskan kejadian tadi kepada Marie. Sayangnya, tidak ada di antara mereka yang berani melakukannya. Krystal tahu jika mereka khawatir terlibat dalam masalah tersebut, tetapi ia tidak bisa diam saja dituduh atas hal yang tidak dilakukannya. Meskipun penjelasan Krystal berada di luar logika semua orang, tetapi ia mengatakan hal yang sebenarnya! “Paula, tolong jelaskan yang sebenarnya. Aku mohon,” pinta Krystal yang mulai memelas. Namun, Paula bersikukuh untuk membungkam mulutnya dan menundukkan wajahnya dengan takut. “Cukup, Krys!” Marie membentak Krystal dengan keras. Ia mengisyaratkan kedua pengawalnya untuk menarik tubuh Krystal menjauh dari Paula. Namun, Krystal memberontak dan menoleh kepada Kevin yang saat ini sedang mencoba untuk berdiri. Terlihat kedua pengawal yang ingin memapahnya, tetapi Kevin menolak untuk dibantu. Meskipun pria itu mengalami luka yang cukup parah, tetapi Krystal merasa aneh melihat pria itu masih bisa berjalan seperti tidak terjadi apa pun. “Tuan Hilton, tolong katakan sesuatu! Ini bukan salahku!” Walaupun masih merasa bingung dengan kondisi Kevin, tetapi Krystal tetap meminta bantuan pria itu untuk menjelaskan duduk perkara yang terjadi kepada manajer barnya. Gadis itu berharap Kevin bisa mengatakan hal sebenarnya kepada Marie. Kevin menatap Krystal dengan sinis. Sudut bibirnya menyeringai melihat kesulitan yang dialami gadis itu. Ia sempat berpikir untuk memanfaatkan kesempatan itu agar Krystal berhutang budi padanya. Namun, Kevin tidak bisa melakukannya karena ia mendapatkan ancaman yang sangat kuat dari sosok yang sedang mengawasinya dari lantai dua bar tersebut. Sepasang mata tajam yang tengah menghunus padanya sangat menekan dirinya. Wajah Kevin kembali berubah pucat seperti layaknya kertas putih. Suara yang menggema di dalam kepalanya saat ini membuat Kevin tercengang. Nyalinya langsung menciut seketika. Niatnya untuk memanfaatkan situasi yang menjerat Krystal terpaksa harus ia lepaskan begitu saja. Dengan suara yang terdengar gugup, Kevin berkata, “Gadis ini berbohong. Dia yang sudah mendorongku dengan kuat hingga terluka seperti ini.” Kedua bola mata Krystal membulat syok. “Tidak! Ini tidak benar!” tampiknya. “Cukup, Krys! Tidak usah banyak bicara lagi. Aku rasa sudah cukup kekacauan yang kamu lakukan malam ini. Minta maaflah kepada Tuan Hilton dan kamu harus bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi karena ulahmu ini!” Keputusan Marie seperti sebuah keputusan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Krystal. Bola mata emerald gadis itu mulai tampak berkaca-kaca. Emosi yang membuncah di dalam dirinya membuat bibir Krystal bergetar pelan. Ia merasakan ketidakadilan atas masalah ini. Padahal sebelumnya Krystal sempat berpikir jika masalah yang diterimanya tadi pagi telah berakhir, tetapi ternyata masih ada masalah yang lebih besar telah menantinya! 'Ya Tuhan ... Cobaan apa lagi ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Krystal dengan raut wajah khawatir. Ia mulai merasa dirinya tidak sanggup untuk menerima ujian yang terus datang silih berganti untuk menguji kebesaran dan keteguhan hatinya. Gadis itu masih tidak menyadari bahwa ia telah masuk ke dalam perangkap sosok bermata merah darah yang tengah mengawasinya dengan penuh suka cita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD