Bab 4. Menyuruh Bertunangan.

1225 Words
Malam itu, menjadi malam yang membuat emosi. Anyelir masuk kamarnya setelah perdebatan menyebalkan dengan Vino. Pria itu ternyata lebih angkuh dari yang dirinya duga. Baru pertama kali sepanjang dirinya tinggal beberapa hari di rumah ini. Ia akhirnya berkesempatan berbicara dengan cucu seorang Sofia Lily Alexandra yang dikira manis tapi ternyata menyebalkan sekali. Anyelir duduk dengan kasar di atas tempat tidur. Ia menghela nafas. Bagaimana, bisa nenek Sofia yang baiknya minta ampun, malah memiliki cucu tengil, sombong dan angkuh. Tidak berterima kasih sama sekali karena neneknya sudah ditolong olehnya. Malah membuat kesal dan juga benci, seakan hidupnya sudah sangat kacau karena adanya perjodohan ini. "Padahal, dia juga sepertinya tidak punya pacar. Hah, mana mungkin pria seperti itu memiliki pacar, bicara saja sama sekali tidak sopan, tidak menarik. Bikin emosi. Hah … aku benci dia. Tapi, kalau aku sampai menikah sama dia. Dan masuk jadi anggota keluarga Alexandra. Itu hal yang sangat menyenangkan, bukan." Anyelir lalu terjun bebas di atas tempat tidur. Ia menatap nanar langit kamar yang berhias lampu neon panjang yang membentuk persegi. Hatinya masih menyimpan rasa sakit begitu besar, bukan hanya karena omongan Vino. Namun, juga dari kenangan masa lalunya yang kadang teringat begitu saja muncul dalam pikiran. Jujur semua itu, semua masa lalu yang menyakitkan, sebenarnya sangat ingin dilupakan. Namun, hidup di lingkungan Alexandra justru membuatnya semakin ingat. Sakit hati di masa lalu, membuat diri seorang Anyelir menganggap semua orang terdekatnya adalah orang jahat. Ia juga menutup hatinya. Melupakan hal yang menyakitkan dan mulai hidup baru sebagai Anyelir Rahayu, bukan Anyelir Elvina Handoyo yang notabene-nya adalah penerus perusahaan property Handoyo yang saat ini sedang berkibar namanya. "Hah, aku nggak mau ingat itu. Tapi, kalau aku sampai jadi anggota keluarga ini. Mungkin aku bisa cari tau mengenai Handoyo dan mungkin juga bisa ambil alih Handoyo lagi. Tapi … apa aku bisa?" Anyelir ingin mengistirahatkan pikirannya. Ia belum tahu apa yang akan selanjutnya terjadi. Mengenai nenek yang ingin menjodohkan dirinya dengan Vino. Sejak kemarin juga masih sekedar omongan. Belum ada tanda-tanda menuju kesana. Jadi, alangkah baiknya Anyelir tidak terlalu berharap. Meski sebenarnya jadi anggota keluarga ini pasti menyenangkan dan memberinya kesempatan luas untuk mengetahui apa yang terjadi pada Handoyo. Karena keluarga itu tinggal satu kota dengannya saat ini, kota yang sama dengan tempat nenek Sofia tinggal. Tapi, itu hanya pemikiran sementara. Tidak tahu bagaimana esok akan terjadi seperti apa. Anyelir juga tidak bisa memperkirakan hal itu. Sebenarnya, sejak memutuskan minggat dari rumah kediaman keluarganya. Anyelir hanya punya satu keinginan. Hidup normal seperti orang pada umumnya, tanpa dicemaskan dengan hal yang selalu membuat dirinya terancam seperti satu tahun yang lalu. *** Pagi menjemput bagian bumi yang sedang ditempati Anyelir dan Vino. Mereka berdua sama-sama baru bangun, dan sedang sibuk bergulat di atas tempat tidur masing-masing. Anyelir menggerakkan tubuh untuk menjauh dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju kamar mandi. Lalu mulai menjatuhkan satu per satu bajunya untuk menyegarkan raga yang sudah bergulat dengan kasur semalaman. Air pagi ini begitu dingin, rasanya segar sekali. Perlahan, Anyelir merasa seperti kembali ke masa lalu. Saat ia masih tinggal bersama dengan papa dan mama tirinya. Kamar mandi yang nyaman, seperti miliknya dulu. Hanya saja yang ini lebih mewah. Bisa dibilang, mungkin saja keluarga Alexandra memang lebih kaya dari Handoyo. Ya, dirinya bisa tahu hal itu beberapa hari lalu saat browsing di internet. Selesai, Anyelir keluar dari kamar mandi. Tidak lama setelah itu, terdengar ketukan dari asisten rumah tangga di pintu kamarnya. “Iya ada apa? Aku mau pakai baju,” ucap Anyelir yang masih sibuk di kamar. “Nenek Sofia menyuruh semua cucunya untuk secepatnya pergi ke meja makan. Ada hal yang ingin disampaikan oleh beliau pagi ini!” ucap asisten tersebut yang masih berada di depan pintu kamar Anyelir. “Iya, aku akan segera ke sana. Tunggu sebentar lagi.” Anyelir mulai mengenakan bajunya dengan cepat, tidak lupa menyisir rambutnya yang selalu diikat bagai kuncir kuda. Juga kacamata bulatnya yang tidak pernah ketinggalan. Memperhatikan diri sendiri terlebih dulu di depan cermin. Semua terasa sudah seperti biasanya. Karena bagaimanapun, penampilan seperti ini adalah penampilan yang sudah menyelamatkan dirinya dari masalah beberapa waktu lalu. Mulai berjalan ke arah pintu lalu membuka knop. Siapa sangka momentumnya pas sekali dengan keluarnya Vino dari kamarnya yang kebetulan berada tepat di samping kamar Anyelir. Mereka berdua, Vino dan Anyelir hanya saling bertatapan dalam hitungan detik. Vino lekas menyingkirkan pandangan matanya dulu. Rasanya sakit juga matanya melihat penampilan Anyelir yang norak. ‘Sudah besar, rambut masih saja dikuncir, kuncir dua lagi. Sangat mirip dengan balita berangkat sekolah TK!’ batin Vino. Ia memutuskan untuk berjalan sangat cepat. Berharap agar Anyelir tidak bisa menyusul dirinya, malas saja rasanya kalau harus berjalan bersama dengan Anyelir. ‘Tuh kan, angkuh banget.’ Anyelir pun ikut mengumpat dalam hati. Ia menatap punggung orang sombong itu. Dibiarkan punggung tersebut benar-benar menghilang dari pandangan dulu. Andai saja boleh, ingin rasanya didorong sampai jatuh ke lantai bawah Si Vino. “Tapi, aku bisa masuk penjara nanti kalau lakukan itu!” sahut Anyelir pada dirinya sendiri. Sampai di meja makan, Anyelir menatap datar. Jujur sudah bosan rasanya harus tinggal di rumah ini. Ia juga butuh kepastian, dan kalau sampai hari ini tidak ada kejelasan apa-apa tentang pernikahan. Maka, bisa dipastikan, dirinya akan angkat kaki dari sini. Akan dicari tasnya yang disembunyikan oleh nenek Sofia. "Kamu kenapa Anyelir, kamu lagi nggak sehat?" tanya nenek Sofia pada Anyelir yang sudah sampai di meja makan. Anyelir terpaksa tersenyum. “Nggak Nek, aku baik-baik saja! Cuma semalam, aku seperti baru mendapatkan sebuah mimpi yang sangat buruk!” ucap Anyelir, ia sedikit melirik tajam ke arah Vino, rasanya mimpi buruk itu, ditujukan untuk Vino. Vino meraih segelas susunya, lalu meneguk dengan cepat. Ia berpura-pura sibuk melahap roti. “Nek, katanya suruh kesini cepat-cepat, memangnya ada apa? Aku masih ada kegiatan di kantor cabang hari ini, aku harus berangkat pagi.” “Oh, itu. Nenek mau kalian berdua siang ini, beli cincin pertunangan ya!” “Apa!” kaget Vino. Roti yang sedang dimakan, hampir saja loncat dari mulut. Ia segera mendorong ujung roti dengan jari telunjuknya dan mengelap sisa remahan roti di sekitar bibir. “Siang ini Nek?” tanya Vino memastikan. Rasanya ia masih tidak percaya. “Iya! Soalnya nanti malam akan diadakan acara pertunangan. Nenek udah bilang sama Dorris, untuk mengatur semuanya. Kecuali masalah cincin pertunangan. Kamu yang bertugas untuk membelinya bersama dengan Anyelir.” “Tapi Nek, Nenek yakin mau jodohin aku sama cucu Nenek. Aku rasa kita nggak akan cocok. Lagi pula aku bukan orang yang tepat Nek, Mas Vino pasti bisa dapat perempuan yang lebih baik,” ucap Anyelir. Nenek Sofia menatap serius pada Anyelir. “Anyelir, selama Nenek hidup dan sudah ketemu banyak jenis perempuan di dunia ini, cuma kamu yang tulus mau bantuin nenek, tanpa tahu nenek siapa. Kamu yang Nenek pilih untuk menikahi Vino.” “Tapi Nek!” Anyelir berusaha menyela. Ia tidak mau saja dianggap aji mumpung menerima perjodohan tanpa penolakan. Setidaknya, Vino mengetahui kalau dirinya tidak mau menerima perjodohan begitu saja. Meski terkadang dirinya merasa jadi sedikit beruntung. Karena ditampung oleh keluarga kaya raya. “Nggak ada kata tapi! Ya udah nenek pergi dulu. Vino kamu kerja dari rumah aja ya, minta sekretaris kamu yang bawa kerjaan ke sini!” “Iya Nek!” jawab Vino pasrah. Ia seketika pucat pasi tak b*******h. 'Menyebalkan,' batin Vino. Sepasang matanya memicing tidak suka pada Anyelir. Namun Anyelir pura-pura tidak tahu dan tidak peduli.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD