“Ka…”
“Hmm…” jawab Riana berdehem.
Sudah pukul satu pagi, keduanya bukan beristirahat tidur melainkan keduanya masih sama-sama menatap langit-langit kamar Ane setelah pembicaraan panjang keduanya.
Riana tidak bisa tidur setelah mengetahui semua masalah keduanya dan juga pengakuan Ane yang sudah dua tahun ini menjadi Sugar Babby. Belum lagi masalah uang yang harus Riana cari dalam waktu sebulan ini.
Riana menarik napas pelan, lalu menghembuskan perlahan. Sesak rasa dadannya ini.
Riana tidak tahu kepulangannya ini malam menjadi buah simalakama. Riana tidak mau membayar hutang judi bapaknya yang ratusan juta itu, tapi juga Riana tidak mau menikah dengan Juragan Doso.
Riana nggak bisa begitu saja lari dari masalah bapaknya ini, karena Riana belum siap melihat Bapaknya buta sekalipun Bapaknya kejam pada putri-putrinya.
“Apa kaka nggak punya temen baik lagi selain bos kaka di kantor untuk di mintai tolong?”
Ane menoleh ke samping menatap Riana.
Riana tersenyum simpul dan berkata di dalam hati, ‘Tentu Punya.’
Selain Melanie dan Marsha sahabat lama mereka yang akhir-akhir ini retak karena perselingkuhan Marsha dengan Chang suami Melanie, tentunya Riana masih punya teman lain.
Ada Tika salah satu rekan kerjanya di kantor yang selalu jadi temen berantem karena kelambanan Tika berpikir dan juga ada WInda, Rosa, Jeniver dan Jola teman baik mereka di kost-an yang sama-sama penggemar BTS.
Riana menarik napas pelan.
“Ka…”
“Ya…”
“Kaka nggak punya temen lagi selain bos kaka itu?” tanya Ane.
“Tentu punya.”
Riana ikut menoleh ke samping pandangi adiknya.
“Kaka punya banyak temen. Dulu kaka bersahabat dengan Marsha, Chang dan Melanie. Tapi setelah kaka bekerja menjadi sekretaris Melanie, kaka lebih dekat dengan bos kaka itu dan kedua sahabat kaka yang lain sudah jauh.”
Sebenarnya Riana tidak punya masalah sama sekali dengan Marsha dan juga Chang.
Tapi sifat Marsha yang serakah dan juga menyakiti sahabat kecilnya sendiri, Riana jadi ikut kesal sendiri. Marsha sudah menghianati kepercayaan Melanie yang selalu tulus menyayanginya, itu yang membuat Riana ikut menjauh.
“Kenapa? Kenapa menjauh?”
Riana menarik napas. “Kamu nggak usah kepo dengan masalah yang satu itu, soalnya bukan konsumsi untuk bocah kecil seperti kamu!” tegas Riana.
“Astaga, aku sudah bukan bocah kecil lagi ka. Aku sudah dewasa!” tekan Ane.
Riana langsung melirik lalu berikan pelototan tajam. Ia terlupa kalau adiknya yang usainya baru enam belas tahun itu sekarang bukan bocah lagi.
Ane sudah pernah melakukan hubungan suami istri dengan pria tua, mana mungkin sekarang di katakan bocah. Seusia dia harusnya sekolah yang bener, belajar yang rajin dan main sama teman-temannya seperti waktu Riana dulu.
Lagi lagi Riana menarik napas kembali mengalihkan pandangannya pada adiknya itu.
‘Tidak seharusnya kamu menjadi Wanita pemuass pria tua Ane, itu yang masih kaka nggak terima!’ batin Riana.
“Oh kaka baru ingat kalau sekarang ini kamu bukan dewasa lagi. Kamu kini kaya seumuraan kaka yang sudah pernah menikmati hangatnya tubuh seorang pria! Kamu Sugar Babby alias simpanan OM-OM!”
Ane mendesah pelan, meski nggak suka kalau kaka nya terus menekan kalimat simpanan. Bagi Ane, ia bukan simpanan siapapun. Frans nggak punya Wanita selaian dirinya.
“Terus selain ketiga itu nggak ada lagi temen? Nggak punya temen?” tanya Ane lagi.
Sedikit banyaknya, Ane ikut penasaran dengan kehidupan kaka nya selama empat tahun di negara orang.
“Tentunya punya, ada keempat temen Wanita kaka yang sama-sama penggemar BTS.
"Tapi mereka berempat tidak sekaya dengan ketiga sahabat kaka itu. Keempat Wanita itu teman-teman kost-an kaka yang sama merantau bekerja di sana.”
Riana bangun dari rebahanannya lalu duduk.
“Kaka nggak tega kalau mau pinjam uang pada mereka dan pastinya mereka pun tidak akan punya uang sebanyak itu,” kata Riana teringat dengan keempat temannya.
Dari orbolan ini Ane bisa menyimpulkan kalau temen-temen kakanya itu tidak bisa membantunya dan tidak sekaya selain ketiga orang yang tadi di ceritakan.
“Berarti nggak ada harapan buat kaka pinjem uang sama temen-temen kaka?” tanya Ane yang dianggukan oleh Riana, benar.
Mau pinjam pada siapa? Jelas keempatnya pun tidak seberuntung Riana yang bekerja di kantor besar dengan gajih yang cukup besar.
Kebanyakan mereka bekerja menjadi pelayan café dan juga buru salah satu pabrik besar di mana masih satu perusahan dengannya.
Melanie depresi, Marsha dan Chang jelas kedua sahabatnya itu ada masalah dengan keluarga Melanie. Javier?
Riana menghembuskan napas pelan. Riana tidak begitu dengan dekat dengan Javier sekalipun pria itu bos dan pria menyebalkan.
Riana nggak tahu apa Javier bisa membantunya atau tidak, karena pria itu pun kini sibuk dengan pekerjaan yang banyak setelah Melanie sakit. Riana jarang ketemu dengan Javier.
Ane memiringkan tubuhnya menatap lebih dekat kaka nya.
“Sebulan itu nggak terasa lho ka.” Ane mengingatkan.
Riana mengangguk tau, lalu bagiamana lagi. Sejak tadi, diamnnya Riana itu berpikir mau kemana lagi mencari uang sebanyak itu. Meminjam pada siapa?
“Kalau begitu nggak ada waktu lagi Ka. Kaka harus bertemu dengan Mbak Kenanga!”
“Mbak Kenangan? Siapa itu?” tanya Riana, bingung.
Ane bangun dari rebahannya lalu duduk berhadapan dengan kaka nya.
Riana menatap adiknya penuh tanda tanya dengan wanita yang di sebutkan tadi.
Siapa Wanita itu? Siapa Kenanga? Apa dia seorang renternir yang bisa meminjamkan uang dengan jumlah yang sangat besar itu?
Riana sudah buntu saat ini. Kalau iya Mbak Kenangan itu seorang renternir.
Riana mau meminjam uang padanya, sekalipun Riana tau berurusan dengan renternir itu membuatnya akan di kejar-kejar terus.
Tapi, asalkan Riana dapat pinjaman. Ia pasti bisa mencicilnya sekalipun bungannya tinggi, yang terpenting nyawa Bapaknya dan juga Riana terselamatkan dari ancaman di nikah paksa.
‘Nggak masalah deh, yang penting aku nggak menikah dengan aki-aki tua. Aku nggak sudi!’ batin Riana.
“Mbak Kenanga itu renternir?” tanya Riana pada Ane.
“Hah, Renternir?” kening Ane mengerut menatap Riana serius.
“Ya, kalau bukan renternir lalu siapa?” tanya Riana.
Ane menghembuskan napas pelan.
“Mbak Kenanga itu bukan renternir ka. Dia itu pemilik salah satu Agent terpercaya di sini ka!”
“Agent?” Riana bingung.
“Terpercaya?” lanjut Riana.
Ane mengangguk.
“Agent Penyaluran TKW ke luar ngeri maksud kamu? Jadi pembantu?” tanya Riana lagi.
“Bukan, jadi pembantu.”
“Lalu terus apa?”
Ane mendengus pelan, emanganya di sini Agent Penyaluran itu khusus untuk orang yang cari kerja saja ke luar negeri?
Zaman sekarang sudah canggih, bukan hanya cari kerja saja. Cari pacar, cari suami dari berbagai belahan dunia pasti ada.
“Kaka nggak bisa ikut An. Kaka ini sudah kerja jadi sekretaris perusahan terbesar, Ane. Masa iya kaka ikut Agent Penyaluran jadi pembantu!”
“Bukan jadi pembantu ka!”
“Lalu?”
Ane hela napas pelan. “Jangan di potong dulu Ane ngomong.”
Riana mengangguk memberikan kode ‘Oke’ ia tidak akan memotong pembicaraan Ane.
“Mbak Kenanga itu pemilik Agent Resmi penyaluran Sugar Daddy, bukan TWK keluar negeri!”
Riana tergelak kaget lalu mengerjapakan kedua matanya lambat. Ia tidak tahu kalau di sini ada Agent Penyaluran khusus buat hal yang seperti itu.
Apa Riana nggak salah denger?
“Dari Mbak Kenanga, Ane ketemu sama Frans. Pria itu jadi orang yang pertama dan juga terakhir buat Ane.”
“SINTING KAMU! Terus kamu ingin kaka kaya kamu begitu? Jadi Sugar Babby?”
Ane mengangguk pelan. “Nggak ada cara lain ka. Sebulan itu waktu yang singkat buat perjanjian kaka sama Bapak!”
“Tapi nggak kaya ginih juga Ane. Kaka nggak mau—” kata-kata Riana menggantung di udara.
Pandangan Riana turun ke bawah menatap tubuhnya yang putih mulus dan juga seksi ini sekalipun Riana jarang perawatan akan di berikan pada pria tua. Riana tidak mau kalau pria yang merenggut kesuciannya itu OM-OM.
Riana ingin brondong kalau tidak seperti Kim Seok Jin, personal BTS. Nggak apa nggak dapat aslinya, yang KW nya saja Riana sudah senang, bisa di pamerin tuh sama temen-temenya.
“Kaka nggak ikhlas kalau yang menyentuh tubuhku ini aki-aki bau tanah!” Riana langsung memeluk tubuhnya sendiri. Riana ikut merinding membayangkannya.
“Ya, Tuhan ka. Pria tua itu nggak semenakutkan itu kok. Kenalan Mbak Kenanga kebanyakaan Bule-Bule tajir.
"Sekalipun usianya kepala lima entah enam atau tujuh, mereka malah lebih kelihatan ganteng ka. Sumpah, Ane nggak bohong.
"Frans saja yang usianya lima puluh dua tahun nggak kelihatan tua-tua banget kok. Ya, Ampun dia masih kelihatan kaya usia tiga puluhan.”
Riana mendengus pelan. “Ya, itu kamu yang lagi jatuh cinta. Jangan di samain sama kaka dong!”
“Tapi mau kan ketemuan dulu sama Mbak Kenanga, mudah-mudahan di sana Mbak Kenanga punya Sugar Daddy yang wajahnya mirip kaya personal BTS kan lumayan,” bujuk Ane.
“Astaga tidak mungkin itu. Tidak ada aki-aki yang wajahnya kaya personal BTS, jangan ngaran cerita kamu!”
“Usaha dulu ka…”
“Nggak mau. Kaka nggak mau ke Agent Penyaluran Sugar Daddy. Pokoknya enggak titik, nggak pake koma!” tekan Riana tak ingin di bantah lagi.
Ane membuang napas pelan seraya menghempaskan tubuh kecilnya Kasur.
“Terserah kaka deh. Kaka memang cocoknya sama Juragan Doso dari pada sama Sugar Daddy” kata Ane lirih seraya mengejek Riana.
“Ish… Kaka nggak mau dua-duanya!”
“Kalau begitu cari lima ratus juta dalam satu bulan kaka baru aman!”
“GILA! Cari kemana!” seru Riana.
Ane mengkendikan bahu tidak tahu.
“Mana Ane tahu, jadi Sugar Baby nggak mau, ya sudah!”
“Huuh. Punya adik gila, bisa-bisanya ngajarin kakanya yang nggak bener!”
“Saran Ane, dari pada menikah dengan Juragan Doso lebih baik jadi Sugar Babby!”
“Bukannya di tolongin malah menjerumuskan sih An!” pekik Riana nambah kesal.
Adiknya bukan memberikan solusi terbaik, tapi selalu saja menjerumuskan dirinya ke arah sesat.
“Huuh Nyebelin!”