bc

Tujuh Minggu Menjadi Walikota

book_age18+
232
FOLLOW
1.9K
READ
revenge
goodgirl
tomboy
drama
sweet
lucky dog
female lead
city
poor to rich
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Nayla tidak habis pikir Amando tega memutuskan cintanya demi menikahi Sisca agar karir politiknya mulus. Hidupnya semakin hancur ketika dirinya masuk penjara gara-gara fitnah Sisca.

Pada saat semangat Nayla berada pada titik terendah, tiba-tiba ia dibebaskan oleh Iron. Momen itu menjadi titik balik kehidupannya ketika Iron memintanya untuk berperan sebagai walikota.

Demi rasa terima kasih kepada Iron, Nayla menyanggupinya. Ia diberi peran untuk menggantikan Nasima yang mengalami cidera kaki dan tidak bisa tampil di publik. Nayla dipilih karena memiliki kemiripan wajah dan postur tubuh dengan sang walikota. Awalnya ia mengalami kesulitan, tetapi berkat dukungan Iron, ia mulai menikmati peran tersebut. Kedekatan keduanya menumbuhkan cinta di hati masing-masing.

Tugas Nayla semakin berat ketika Amando ternyata mencalonkan diri sebagai walikota pada pemilihan nanti. Ia bukan hanya harus mendongkrak popularitas walikota agar terpilih kembali, juga harus menghadapi Amando.

Apakah Nayla berhasil menjalankan perannya dan membalaskan sakit hatinya pada Amando?

chap-preview
Free preview
Diputusin Sepihak
Nayla mengucir rambutnya menggunakan karet gelang bekas pengikat nasi bungkus. Karena panjang rambutnya cuma sebahu, ujungnya cuma terkucir tiga senti. Gadis tomboy itu merapikan helaian-helaian yang tidak bisa terikat agar tidak mengganggunya saat sedang mengucek baju nanti. Ada dua ember berukuran sedang yang disiapkan Nayla. Satu khusus untuk celana jeans-nya yang seabrek dan satunya untuk sisanya. Sambil bersenandung lagu Heal The World punya mendiang Michael Jackson, ia menenteng kedua ember tersebut menuju sumur. Lagu yang sempat hits saat ia masih bayi tersebut menjadi lagu wajib saat ia mencuci baju, bertahun-tahun, sejak lulus SMA. "Nay!" Sayup-sayup Nayla mendengar namanya dipanggil. Gadis berusia dua puluh sembilan tahun itu mempercepat langkahnya menuju sumur. Satu ember ia letakkan tepat di bawah keran, lantas mengucurinya dengan air. "Nay!" Nayla meninggalkan sumur. Dengan tergopoh, ia menuju kamar, memenuhi panggilan Mahdi, ayahnya. "Ada apa, Yah?" tanya Nayla begitu sampai kamar. Ia mendekati lelaki berusia setengah abad itu yang terbaring di atas kasur. "Obatnya sudah diminum?" Mahdi mengangguk lemah. Sudah tiga hari ini ia sakit. Saat sedang sehat, pada pagi seperti sekarang ini biasanya ia sudah berkeliling kampung, jualan es cendol. "Ayah mau minum?" tebak Nayla. Kembali Mahdi menggeleng. "Lalu ayah butuh apa?" Mahdi tersenyum sambil menahan perih dalam lambungnya. "Ayah cuma mau sehat biar bisa berjualan lagi." Nayla duduk di kasur. Digenggamnya pergelangan tangan Mahdi. "Ayah harus istirahat." "Ayah bosan di dalam kamar terus," keluh Mahdi. Nayla menarik tangan Mahdi. Ia mencium punggung telapak tangan ayahnya itu. "Kalau tidak sakit ayah kan tidak pernah istirahat." Mahdi menarik napas panjang. Ia memang pekerja keras sejak muda. Kegigihannya mencari uang pernah mengantarkannya menjadi orang kaya. Satu mobil pribadi dan sebuah mobil bak untuk usaha jual beli besi tua pernah ia miliki. Dulu, dulu sekali, sebelum satu per satu hartanya habis, menyisakan sebuah rumah tua yang ia dan Nayla tinggali kini. Sayang, hidup berkecukupan belum membuatnya bahagia karena sang istri divonis kanker rahim yang membuatnya harus ikhlas tidak diperbolehkan hamil. Maka itu, mereka mengadopsi seorang balita dari sebuah panti asuhan. Anak itu adalah Nayla. Kehadiran Nayla membuat Mahdi dan istrinya bahagia. Meskipun hanya anak angkat, Nayla adalah seorang malaikat kecil yang selalu memancing senyum mereka. Tingkahnya yang lucu dan menggemaskan sanggup mengalihkan beban beratnya ujian hidup karena satu per satu barang berharga mereka jual untuk pengobatan sang istri. Ketika istrinya meninggal, Mahdi praktis hanya memiliki satu rumah tua. Beruntung ia masih memiliki Nayla yang mampu menumbuhkan semangat dan harapannya. "Ayah kenapa murung?' Nayla melihat mata ayahnya sembab. "Ayah mau keluar kamar?" Mahdi menggeleng. Air matanya mengalir. Dengan lembut Nayla menyeka air mata ayahnya. "Bilang saja, ayah mau minta apa?" Ia meletakkan telapak tangan ayahnya di d**a. Mahdi lagi-lagi hanya menggeleng. "Ayah hanya ingin kembali sehat dan bisa jualan lagi." Nayla memeluk Mahdi erat. Ayah dan anak itu larut dalam kesedihan. Mahdi sedih karena merasa tidak tega pada Nayla yang harus hidup serba kekurangan. Sedangkan Nayla sedih karena mengira ayahnya tertekan karena tiga hari harus terbaring di atas tempat tidur. Ayah dan anak terkesiap ketika ponsel Nayla berdering. Mereka saling melepas pelukan. Nayla merogoh saku ponsel dari saku celana. Matanya berbinar ketika pada layar tertampang notifikasi sebuah pesan teks masuk dari Amando. Dengan hati berbunga-bunga, Nayla membaca pesan tersebut: Nay, aku minta maaf. Sudah lama aku ingin mengatakan ini tapi baru sekarang sanggup menuliskannya. Dengan sangat menyesal aku ingin mengakhiri hubungan kita. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih untuk hari-hari indah kita. Gemetar tangan Nayla membaca pesan tersebut. Hatinya sakit, sulit mempercayainya. Pikirannya seketika kosong. Lututnya pun terasa lemas. Tanpa sadar ponsel dalam genggamannya lepas dan jatuh ke lantai. "Ada apa, Nay?" Mahdi cemas. Pendengaran Nayla tidak bisa menangkap dengan baik pertanyaan Mahdi. Otaknya kusut, tidak bisa merespon sesuatu dengan semestinya. "Nay!" Mahdi semakin cemas melihat anak semata wayangnya mematung dengan pandangan kosong. Sejak sebulan lalu, Nayla memang sudah curiga, ini akan terjadi. Hanya saja ia tidak menyangka Amando akan memutuskannya lebih cepat dari yang ia perkirakan. Hubungan asmaranya dengan Amando memang sudah memburuk selama sebulan terakhir. Semua berawal ketika Amando meminta Nayla untuk merubah penampilannya agar lebih feminin. Tentu saja itu bukan perkara mudah bagi Nayla karena sejak kecil ia tomboy, bukan hanya pada penampilannya saja tetapi perilakunya juga. Awalnya Nayla berusaha memahami permintaan Amando. Ia mencoba merubah sedikit demi sedikit penampilannya agar lebih 'perempuan' dari biasanya. Ia bahkan rela mengenakan gaun yang terasa aneh di badannya. Bukan itu saja, ia pun berusaha keras belajar menggunakan make-up dan memakai high heels. Semua ia lakukan demi kekasihnya. Merubah kebiasaan butuh waktu. Sekeras apa pun Nayla berusaha, tetapi ekspektasi Amando lebih tinggi dari usaha maksimal Nayla. Sehingga perdebatan kerap kali tidak terhindarkan. Suatu ketika Nayla sudah tidak tahan dengan tuntutan Amando yang di luar batas kemampuannya untuk secepatnya menjadi feminin. Ia membalas tuntutan Amando dengan tuntutan juga. Ia menuntut Amando agar bisa lepas dari ketergantungan narkoba. Hal itu justru membuat hubungan keduanya semakin renggang. Amando mendiamkan Nayla dan lama tidak menghubunginya. Lalu sekarang tiba-tiba masuk sebuah pesan kalau Amando memutuskan cinta mereka secara sepihak. "Nay, kamu baik-baik saja?" Mahdi yang semakin cemas akhirnya memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur. Tetapi kondisinya masih sangat lemah, sehingga alih-alih bisa menegakkan badan, ia malah limbung. Brug! Mahdi terjatuh di atas kasur. Nayla terkesiap. Ia panik melihat ayahnya terkulai. "Ayah!" Ia membetulkan posisi Mahdi agar terbaring. "Ayah nggak papa!" ujar Mahdi agar Nayla tidak cemas. "Ayah jangan bangun dulu," pinta Nayla cemas. Mahdi mengangguk. "Ayah hanya khawatir kamu kenapa napa. Tadi ayah lihat wajah kamu sedih setelah membuka ponsel." Nayla memaksakan diri umtuk tersenyum. Ia tidak mau ayahnya khawatir. "Soal pekerjaan saja kok." Mahdi tidak percaya begitu saja. Ia tahu Nayla menutupi sesuatu darinya. "Astaga!" Nayla baru ingat kalau sejak tadi ia merendam baju. "Pasti sudah luber airnya." *** Nayla menekan bel. Tidak lama kemudian Eko, sekuriti rumah Amando mendekatinya. "Eh, Mbak Nayla!" Eko tersenyum ramah pada Nayla. Nayla balas tersenyum. "Om Oke, Amando di rumah nggak?" Ia memang sudah terbiasa memanggil 'Eko' dengan 'Oke'. Eko gelisah. Ia sudah diamanati tuan mudanya agar jangan menerima tamu Nayla. Namun ia tidak tahu harus menjelaskan dengan kalimat apa. Bagaimanapun juga, di matanya Nayla adalah gadis baik dan selalu ramah padanya. "Kok diem, sariawan ya?" goda Nayla. Meskipun hatinya sedang sakit tetapi ia tidak mau menunjukkannya kepada orang lain. Meskipun sedang malas bicara, ia tetap berusaha tampak wajar seperti biasanya. "Eh, anu, Mas Ando sedang meeting sama klien, kayaknya nggak bisa diganggu gugat dah." Eko berbohong dan ia menyesal telah melakukan itu kepada Nayla. "Tapi aku bukan mau mengganggu kok, Om Oke!" Nayla meyakinkan Eko, setengah bercanda. "Aku mau kok nungguin di pos. Kita bisa main catur seperti dulu!" Eko menjadi semakin gelisah. Ia bisa tegas kepada siapa pun, tetapi tidak kepada Nayla. "Tempo hari Om Oke kalah dua kosong. Apa nggak pengen ngebales, Om?" tanya Nayla memancing agar sekuriti mau membukakan pintu gerbang untuknya. Nayla sudah bisa menebak, Amando tidak mau bertemu dengannya. Ia curiga Eko sudah membohonginya tadi. Tapi ia memakluminya. "Nanti aku kasih tips bagaimana pembukaan yang sip. Atau kalau Om Oke mau, aku bisa ngajarin tiga langkah raja hitam mati. Gimana?" Eko semakin tidak enak hati, apalagi selama ini Nayla selalu menganggapnya teman. Menangkap kegelisahan pada raut Eko membuat Nayla yakin dirinya memang tidak diperkenankan masuk. Tapi Nayla tidak kalah akal. "Begini saja, bagaimana kalau Om Oke telepon Amando dulu, apa boleh aku nunggu mereka selesai meeting, di pos?" "Aduh!" Sekuriti menjadi salah tingkah. "Mbak Nayla aja yang nelepon." "Oke!" Nayla mendekat ke pintu gerbang. Jika menggunakan ponselnya, pasti tidak dijawab. Ia sudah melakukannya sejak "Pake ponsel Om Oke tapi ya?" Oke kelabakan. Ia menjadi dilema. Satu sisi ia tidak ingin mengecewakan Nayla. Sisi lain ia harus menaati perintah majikannya. "Gimana, Om Oke?" desak Nayla. Eko diam. Ia ingin sekali membantu Nayla tetapi ia tidak mau kehilangan pekerjaan. Tin! Nayla kaget mendengar bunyi klakson dari mobil yang baru saja datang. Ia menoleh dan mendapati sebuah sedan mewah. Dari tempatnya berdiri bisa melihat jelas pengemudinya seorang perempuan. Eko tergopoh, membuka pintu gerbang. Tin! Pengemudi mobil tersebut meminta Nayla minggir karena menghalangi jalannya. Selagi pintu gerbang terbuka Nayla nyelonong masuk. Sekuriti mengejar Nayla. "Tolong, Mbak, jangan masuk!" Wajahnya memohon seolah jika tidak dituruti ia akan mati. Nayla berhenti. Ia memahami kepanikan Eko. Maka ia berhenti dan memilih menunggu di dekat pos. Sedan mewah masuk dan tancap gas menuju parkiran. "Sengak banget itu makhluk!" maki Nayla melihat arogansi pengemudi sedan mewah. Sekuriti menutup separuh pintu gerbang. Ia mendekati Nayla. "Mbak Nayla, Om mohon jangan masuk. Om bisa kena masalah." Nayla diam, antara kesal dan kasihan kepada sekuriti. Sekuriti menangkupkan kedua telapak tangan, memohon. "Om mohon, tolong pahami Om yang cuma sekuriti." Nayla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mendengus, berusaha sabar. "Saya punya solusi!" Sekuriti mengerjap bingung. "Om Oke telepon Amando dan bilang 'Nayla menyelonong masuk saat ada tamu datang. Sekarang Nayla tidak mau disuruh keluar meski sudah diusir.' Cobalah!" Nayla memberi saran. Belum sempat Oke mempertimbangkan ide Nayla, ponselnya berdering. Dahi Eko berkeringat. Amando menelepon. Lidahnya kelu, sulit untuk bicara, namun ia tidak bisa membiarkan majikannya itu menunggu terlalu lama. Ia menjawab panggilan tersebut. "Eko!" hardik Amando dari dalam rumah. "I-iya, Bos!" Eko tergagap. "Siapa perempuan yang ada bersamamu?" tanya Amando curiga. Amando barusan mendapat informasi dari Sisca bahwa ada perempuan di pintu gerbang. Sisca adalah pengemudi mobil sedan mewah yang baru masuk. "Mmhh, anu, Bos...." Eko melirik Nayla. "Siapa?!" hardik Amando. "M-mbak Na-nayla, Bos!" jawab Eko panik. "Suruh pergi bagaimanapun caranya!" suruh Amando. "Atau kamu mau pensiun dini?" Eko menelan ludah, mendengar ancaman tuannya. Ia melirik Nayla serba salah. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook