Sopir taksi bergegas turun dari mobil. Melihat apa yang menyebabkan mobil di depannya mendadak turun.
“Tuan, kenapa berhenti mendadak seperti itu? Apa Tuan tahu kalau itu sangat membahayakan bagi kendaraan yang ada di belakang Tuan?” tegur sang sopir ketika menjumpai pria muda berusia di bawah 30 tahunan yang baru saja turun dari mobil SUV hitam di depan taksi.
Pria muda itu segera berbalik sambil mengatupkan kedua telapak tangannya meminta maaf pada sopir taksi itu.
“Maafkan saya pak, tadi tiba-tiba saja ada anak kecil yang berlari menyeberang jalan. Membuat saya kaget dan langsung menginjak rem mendadak," terangnya dengan wajah menyesal.
Di dalam mobil Laura merasakan sakit di perut bagian bawahnya. Wanita itu meringis sambil memegangi perutnya dengan sebelah tangan. Sedang tangan yang lain bergerak untuk membuka pintu mobil. Laura bergerak turun karena merasakan sakit yang amat sangat dan ingin meminta sopir segera membawanya ke rumah sakit. Sedang sopir itu sendiri masih saja berdebat dengan pria pengendara mobil mewah di depannya.
“P-pak ... tolong saya ....” Laura merintih menahan sakit sambil berpegangan pada body mobil.
Mendengar suara minta tolong membuat kedua pria yang sedang berdebat itu langsung mengalihkan perhatiannya pada wanita yang sedang merintih kesakitan sambil terus memegangi perut bagian bawahnya yang terasa sakit.
Mata kedua lelaki itu langsung terbelalak ketika melihat darah segar yang mengalir dari kaki wanita cantik itu. Tentu saja langsung membuat keduanya merasa panik dan melupakan perdebatan mereka. Pria muda itu langsung berlari mendekati Laura dan menggendong tubuh lemah itu tanpa merasa jijik dengan darah yang mengenai tangannya.
“Pak, apa dia ini penumpang Bapak?” tanya pria itu yang langsung diangguki oleh sopir taksi.
“Kalau begitu tolong pindahkan semua barangnya ke mobil saya! Saya akan membawanya ke rumah sakit sekarang juga,” putus pria itu sambil membawa Laura dalam gendongannya menuju mobil mewah miliknya yang masih terparkir di tengah jalan.
Sopir taksi yang bengong langsung sadar ketika kembali pria itu meneriaki dirinya. Tak ingin lagi berpikir panjang, karena jika dia yang harus mengantar wanita penumpangnya itu ke rumah sakit, siapa nanti yang akan membayar biaya perawatan wanita itu. Sedang ia sendiri belum mendapatkan setoran sejak pagi.
Sopir taksi segera memindahkan koper serta tas kecil milik Laura ke dalam mobil mewah yang ada di depannya. Sadar jika semua barang wanita itu sudah berpindah ke mobilnya, pria muda itu segera melajukan mobil miliknya dengan kencang menuju rumah sakit terdekat. Sesekali ia melihat wanita cantik yang terbaring di bangku tengah mobilnya dari kaca mobil.
“Tolong tahan sebentar, setelah ini kita akan sampai di rumah sakit!” pinta pria itu terdengar cemas melihat kondisi Laura.
Merasakan rasa sakit membuat Laura tidak dapat berkata-kata. Ia hanya terus merintih sambil menahan rasa sakit di perutnya. Tak butuh waktu lama akhirnya mobil yang pria itu kendarai sampai di sebuah rumah sakit. Sekali lagi ia langsung membawa Laura dalam gendongannya menuju ruang UGD. Meski akhirnya membuat pakaian yang ia kenakan jadi kotor terkena noda darah.
“Suster, tolong saya!” teriaknya kencang. Membuat beberapa orang perawat langsung datang mendekat dan membawa Laura ke dalam ruang UGD untuk mendapatkan tindakan.
“Tuan, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Lama menunggu akhirnya seorang perawat keluar dari ruangan itu dan memanggil pria yang sejak tadi menunggu Laura di depan ruang UGD.
Pria itu segera berdiri dari duduknya dan langsung masuk ke dalam ruang bertulis UGD itu. Ketika hendak duduk di depan meja dokter, pria itu sempat melihat ke arah Laura yang terbaring di atas brankar rumah sakit.
“Bagaimana Dokter dengan kondisinya? Apa ada yang serius?” tanya pria itu yang terdengar sangat kuatir.
Dokter wanita itu tersenyum lalu menjelaskan bagaimana kondisi Laura saat ini.
“Tuan, istri Anda tidak apa-apa, begitu juga dengan kandungannya. Hanya saja saya sarankan, lain kali tolong lebih berhati-hati saat mengendarai mobil jika membawa istri yang sedang hamil di dalamnya! Beruntung istri Anda hanya mengalami pendarahan ringan, bagaimana jika terjadi keguguran?” tegur dokter itu yang mengira jika Laura adalah istri dari pria yang membawanya itu.
Merasa sangat terkejut ketika mengetahui jika wanita yang dibawanya tadi ternyata sedang hamil, pria itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung. Apalagi sejak tadi sang dokter terus saja mengatakan jika dia adalah suami dari wanita cantik itu.
“Jadi apa yang harus saya lakukan, Dokter?” tanyanya sambil terus memainkan peran sebagai suami dadakan.
“Untuk sementara biarkan istri Anda banyak beristirahat. Jangan sering berjalan untuk sementara waktu dan satu lagi tolong untuk sementara kurangi dulu aktivitas ranjang kalian!” Dokter memberikan saran dengan santainya.
Mendengar nasihat dokter sontak saja membuat wajah Laura dan pria itu sama-sama memerah. Apalagi dokter membahas masalah ranjang yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.
***
Selepas dari rumah sakit, lagi Laura berada dalam mobil mewah bersama pria yang sudah menolongnya tadi. Dokter sudah memperbolehkan dirinya untuk pulang, karena itu pria tadi berinisiatif untuk mengantar Laura pulang ke rumahnya.
Lama saling diam karena rasa canggung akibat omongan dokter tadi, akhirnya pria itu mulai membuka percakapan diantara mereka.
“Siapa namamu? Aku akan mengantarmu pulang, di mana rumahmu?” tanyanya sambil tetap fokus menyetir.
“Laura! Namaku Laura,” jawab Laura lirih.
‘Laura? Nama yang cantik, secantik orangnya,’ puji pria itu dalam hati.
“Aku Rendi. Maaf soal yang tadi, kalau bukan karena kecerobohanku tidak mungkin kamu mengalami hal seperti tadi.” Pria bernama Rendi itu merasa sangat menyesal dengan perbuatannya yang sudah membuat Laura harus mengunjungi rumah sakit.
Tidak apa-apa, kamu juga tidak sengaja,” balas Laura sambil tersenyum tipis.
“Harusnya aku yang meminta maaf karena sudah membuat mobilmu jadi kotor.” Wanita itu merasa tidak enak setelah menyadari jok mobil Rendi terdapat noda darah.
Rendi terkekeh mendengarnya. “Aku bisa mencucinya nanti, kamu tidak usah meminta maaf. Justru aku yang salah tadi, untung saja tidak terjadi sesuatu yang serius kepadamu.”
“Oh iya, di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang?” Rendi mengulang lagi pertanyaannya sambil menoleh pada wanita cantik yang duduk di sampingnya.
‘Cantik. Sangat cantik.’ Dalam hati Rendi terus mengagumi kecantikan yang Laura miliki walau wanita itu tidak memakai make up tebal seperti kebanyakan kaum perempuan.
Laura membuang pandangannya keluar jendela, teringat lagi dengan kenangannya pada Alex yang kini masih belum ia ketahui bagaimana keadaannya. Melihat wajah Laura yang berubah sedih, membuat Rendi merasa bersalah.
“Aku tidak punya rumah,” jawab Laura pendek dan lirih.
Mendengar jawaban gadis itu membuat Rendi merasa jika Laura sedang memiliki masalah berat di dalam hidupnya.
“Apa sudah terjadi sesuatu? Jika ada masalah, kau bisa menceritakannya kepadaku,” tawar Rendi yang entah kenapa tiba-tiba saja merasa ingin tahu lebih jauh tentang kehidupan wanita yang ada di mobilnya.
Laura menoleh, menatap pria muda yang terlihat tulus di sampingnya. Meski mereka baru pertama kali bertemu, tapi Laura merasa sangat nyaman berada bersamanya. Hingga tanpa ragu Laura mulai menceritakan tentang kehidupan dan masalah yang menimpa dirinya. Tentu saja tanpa mengatakan siapa nama suaminya yang sebenarnya.
Mendengar kisah sedih yang Laura ceritakan, Rendi segera berpikir cepat untuk menolong wanita itu. Setidaknya membalas kesalahan yang sudah ia perbuat tadi.
“Eh, mau ke mana kita?” tanya Laura ketika mobil yang mereka kendarai masuk ke dalam sebuah kompleks perumahan mewah.
Rendi menoleh sambil tersenyum ke arah Laura.
“Ke rumahku. Sementara tinggallah dulu di sana bersamaku! Dan Laura, aku tidak suka dengan penolakan!” tandas Rendi yang tak ingin Laura menolak ajakannya.
Membuat Laura langsung menoleh pada pria yang masih fokus mengemudi itu.
“Tapi, bagaimana jika –“
“Aku belum menikah. Jadi jangan berpikir jika nanti akan ada wanita yang marah gara-gara aku membawa wanita lain pulang ke rumah!” potong Rendi cepat.
Sepertinya ia sudah tahu apa yang sedang wanita itu pikirkan. Membuat Laura tersenyum canggung saat mendengar jawaban yang Rendi katakan. Tak punya pilihan lain, lagi pula Laura juga tidak punya tujuan pasti ketika datang ke kota itu. Akhirnya wanita itu hanya menurut ketika Rendi mengajaknya untuk tinggal di rumah pria itu.
Mobil berbelok, mulai memasuki gerbang rumah besar yang ada di hadapan mereka sekarang. Perlahan melambat lalu berhenti tepat di depan teras rumah mewah itu. Seorang wanita keluar dari dalam rumah dan langsung memicingkan matanya ketika melihat seorang wanita turun dari mobil yang ia kenal.
“Tuan, siapa wanita itu?”