Dia punya pacar?

2069 Words
KINI Rosé dan Lisa sudah berada di club dan Rosé langsung berteriak begitu masuk kedalam club. “Kenapa lo?” “Baru masuk aja gue udah stres.” “Lagian lo juga, entah apa minta ikut gua ke sini. Udah tau gak suka tempat ginian.” “Tau ahhh.” “Yaudah nikmatin aja.” ucap Lisa sambil menepuk-pundak Rosé. “Apanya yang di nikmati Lisa kalau ribut gini?” “Tau ahh Rosé, capek gua ngomong sama lo.” Rosé menatap sekelilingnya sambil meratapi nasibnya, bagaimana bisa dia memutuskan untuk ikut ketempat yang paling di bencinya itu. Sedangkan Lisa menggelengkan kepalanya menatap sahabatnya itu. “Nih.” ucap Lisa sambil memberi kunci mobilnya pada Rosé . “Apa ini?” “Kalau gua mabok, lo gak susah nyari kunci.” Rosé mengambil kunci mobil Lisa dan langsung menyimpannya didalam tasnya. “Huuh, kayak mau aja gua bawa lo. Lo mabok gua tinggal.” “s**t, sini kunci gua!” kesal Lisa. “Pergi lo sana!” “Awas lo ninggalin gua!” Rosé  mundur 2 langkah. Lalu nyeletuk “Nah, gua udah awas, udah mundur 2 langkah dari lo.” “ Udah ahh, sama lo lama-lama b**o gua. Lo gak minum kan?” “Air mineral.” “Heeh, lo kira ini warung pinggir jalan apa, ada jual air mineral!!” “Emang gak ada ya?” “Ya enggak lah!” “Jadi gua minum apa?” sedih Rosé. “Ludah, lo telan aja tuh ludah lo atau gak minum tuh air dari keran!” “Aduh, ngapain coba gua kesini? Kok bisa-bisanya gua minta ikut kesini.” ucap Rosé sambil menghela nafas panjang. ♥♥♥♥♥ Di sisi lain, ketika Rosé dan Lisa baru sampai ke club tersebut, ada sepasang mata yang terkejut dan tak melepaskan pandangannya dari sosok Rosé. Dia adalah JK, pria yang yang tidak sengaja bertemu Rosé di bandara 2 hari yang lalu. “Anne?” ucap JK pelan. “Siapa beb?” tanya perempuan yang mengandeng tangan JK. “Haaa?” ucap JK tersentak. “Tadi kamu nyebut nama siapa?” tanya wanita. “Hmm, gak ada.” “Hmm yaudah deh.” “Gua gak salah lihat kan? Sejak kapan Anne main ke bar? Setau gua Anne paling gak suka main ke bar.” ucap JK bermonolog dalam hati. “Beb!” panggil Irene, permepuan yang sedari tadi berada di sampingnya. JK tersentak dalam lamunnya. “Haaa?” “Kamu kenapa, kok melamun?” “Gak papa.” ujar JK dengan mata yang masih menatap Rosé lamat-lamat. “Aku kesana dulu ya ambil minum, kamu mau minum apa?” “Apa aja.” “Wait ya beb.” Pria itu hanya bergumam, di susul dengan perempuan itu pergi. Setelah perempuan itu pergi mata pria itu tak lepas dari Rosé dengan segudang pertanyaan di benaknya. Tanpa sadar bibir pria itu terangkat membentuk senyum. “Lo masih sama kayak 2 tahun yang lalu Anne. Tapi, kenapa lo ninggalin gua? Apa salah gua sampai lo ninggalin gua gitu aja.” ♥♥♥♥♥ Kembali ke sisi Rosé. Rosé sibuk melihat jam tangannya dari tadi. Club memang adalah tempat yang paling tidak disukai Rosé. Bagi Rosé club adalah tempat yang sangat tidak nyaman, dentuman musik yang menurutnya terlalu keras, bau alkohol yang sangat menyengat dan lautan manusia yang sibuk berjoget. Tidak ada satu pun part yang di anggap baik oleh Rosé. “Gua bosan!! Lisa mana lagi? Lisaaaaaa, gua bosan. Gua mau pulang!!” teriak Lisa. “Nih.” Ujar Lisa sambil menyodorkan satu kaleng minuman soda. Rosé menoleh ke sebelahnya dan melihat Lisa yang sudah ada di sebelahnya. “Lisaaa, akhirnya lo datang juga.” “Nih ambil dulu.” ujar Lisa sambil menggoyangkan minuman soda yang ada ditangannya. “Eeehh. Ini?” “Ambil buruan, lo tenang aja ini soda. No alkohol, gua masih pengen hidup lebih lama.” ujar Lisa santai. Rosé tersenyum mendengar penjelasan Lisa dan mengambil minuman yang ada di tangannya. “Kok ada?” “Gua nitip temen, mana tega gua ngeliat lo kehausan.” “Ahhh, terharu aku tuh.” “Lebay lo!” “Dih, gak bisa diromantisin. Pantes jomblo mulu.” “Rosé, gua lagi malas ngatain lo yang sama hal nya dengan gua, sama-sama jomblo.” “Itu lo udah ngatain gua tapi mohon maaf.” “Ohh iya, khilaf berarti.” “Btw, thanks yaa.” ucap Rosé sambil menggangkat minuman ditangannya. “Iya, bosan gak lo?” “Banget Lis.” ujar Rosé menggebu-gebu. “Sabar ya, masih sore banget buat gua pulang.” Mendengar ucapan Lisa, Rosé otomatis ngeliat ke arah jam tangannya dan langsung mengeritkan dahinya. “Bentar, sore dari mana? Ini jam berapa coba?” “Jam 11.” ujar Lisa santai. “Dan lo bilang sore?” “Biasanya gua pulang jam 3.” ujar Lisa lagi. “Ngerti gua sekarang kenapa lo gak betah tinggal di rumah orang tua lo, kerjaan lo gini ternyata.” Lisa hanya menanggapinya dengan tertawa renyah. “Ini lo mau pulang jam berapa?” “Hmm karna ada lo..” Rosé melihat Lisa berharap. “Hmm, jam 1.30 aja lah.” Rosé langsung masang muka datar. “Oke Rosé?” “Beda sejam doang sama gak ada gua!” “Mending dari pada enggak sama sekali kan.” Rosé  menghela nafas pasrah. “Apa kata lo aja deh. Ehh, tapi gua mau ngecas hp, dimana?” “Gak ada, lo kira ini rumah apa, mau ngecas hp!” “Gak ada?” teriak Rosé. “Enggak lah!” “Yahh hp gua lowbat.” “Ehh ada ada.” “Ada? Dimana dimana?” tanya Rosé semangat. “Ditoilet sama di lorong itu.” ujar Lisa sambil menunjuk sebuah lorong yang lumayan gelap. “Tapi-..” “Tapi apa?” “Disitu-..” “Disitu apa? Angker?” “Hmm gimana ya gua bilangnya.” “Apa Lis? Beneran angker?” “Bukan.” “Jadi apa? Buruan bilang!” “Hmm, banyak-..” “Banyak apa?” “Yang lagi ene-ena.” “Haaa, ena-ena? Apaan itu?” “Lagi ena-ena, mantap-mantap skidipapap.” Rosé menutup mulutnya kaget. “Serius lo?” “Ngapain juga gua bohong.” “Jadi gua ngecas dimana?” “Disitu aja.” ujar Lisa menunjuk lorong itu lagi. “Tapi ya tahan-tahanin ngeliat orang gitu-gituan.” sambung Lisa lagi. Rosé  langsung memasang muka cemberut. “Mata lo udah dewasa, jadi gak masalah kalau ngeliat yang begituan.” “LISA!” “Nah satu lagi, kan lo mau nikah nih bentar lagi, lumayan itu buat edukasi.” “Sialan lo Lis, edukasi apaan kayak gitu.” Lisa tertawa renyah melihat Rosé. “Udah ya gua mau kesana dulu. Lo kalau mau ngecas, ngecas aja disitu.” “Enggak apa-apa Rosé, lumayan edukasi..” “Diem lo Lis!” Lisa pergi sambil tertawa terbahak-bahak. Setelah Lisa pergi, Rosé masih terus memainkan ponselnya dengan batrai yang sudah lowbat sampai akhirnya sepuluh menit kemudian batrainya sudah benar-benar sekarat. “Fix nih hp bakalan mati bentar lagi.” Rosé ngeliat kearah lorong. “Apa enggak apa-apa ngecas disitu? Tapi-..” “Udahlah ngecas aja. Anggep edukasi Rosé, inget edukasi itu penting. Dari pada lo mati bosan di sini kan.” Rosé pun pergi kearah lorong itu untuk mengecas ponselnya. Dan benar saja yang dikatakan oleh Lisa ada 1 pasangan yang sedang b******u mesra. Rosé berusaha untuk bersikap bodo amat dengan sekitarnya itu, baginya yang terpenting adalah mengecas ponselnya dan bertahan hidup didalam club itu sampai Lisa bawa dia pergi dari tempat yang tidak nyaman baginya itu. “Ngapain lo disitu?” tegur seorang wanita yang tidak jauh dari Rosé. Rosé tidak menghiraukan. “Kenapa?” tanya pria yang bersama wanita itu. “Itu beb, dia kayaknya lagi videoin kita deh.” ujar wanita itu dengan nada manja yang cukup menjijikkan bagi Rosé. Di tempatnya Rosé masih tidak berkutik dan masih terus memainkan handphone nya yang sedang di cas. “Heeh lo!” teriak wanita itu lagi. Karna merasa terganggu Rosé menoleh pada sumber suara. “Gue?” tanya Rosé sambil menunjuk dirinya. “Iya lo!” “Kenapa? Ada masalah sama gua?” “Lo videoin gua ya?” “Haaa?” Rosé memandang wanita itu dengan wajah kebingungan. “Gak usah pura-pura deh lo! Sini hp lo!” “Maksud lo apa sih?” “Buruan sini hp lo!” “Siapa lo minta-minta hp gua?” ujar Rosé. “Lo videoin gua!” Rosé terkekeh singkat. “Gak kerjaan gua kali! Emang lo siapa sampai gua mau videoin lo?” “Siniin gak hp lo?” “Udah lah Ren!” ujar pria yang ada di depannya. “Tapi beb--.” Pria itu membalikkan badannya menghadap kearah Rosé. Matanya membelalak lebar saat melihat jika Rosé lah orang yang sedari tadi berdebat dengan Irene. “Anne.” batin JK. Rosé terperanjat kaget begitu melihat pria yang ada di depannya itu, sedetik kemudian Rosé langsung membuang mukanya. “Dari sekian banyak orang, kenapa harus lo?” ujar Rosé dalam hati. “Kalau dia videoin kita gimana beb?” ujar Irene dengan nada manja yang semakin menjijikkan bagi Rosé. “Sini hp lo.” ujar JK sambil menatap Rosé. Rosé tidak menggubris ucapan JK sama sekali. Tanpa berpikir panjang JK menarik hp dari tangan Rosé. Rosé sama sekali tidak bergemih atas perlakuaan JK tersebut. Setelah mendapatkan ponsel Rosé, JK langsung melihat isi galeri Rosé. “Ada kan beb?” JK hanya diam, begitu juga dengan Rosé. “Beb.” “Enggak.” “Yaudah yok.” ajak Irene sambil menggandeng tangan JK. “Nih.” ucap JK sambil menyodorkan ponsel ke Rosé, Rosé ngambil hp nya dan melihat kearah JK dengan tatapan tajam. “Bilang sama cewek lo. Kalian gak penting!” “Karna gua gak penting, makanya lo bisa ninggalin gua dulu.” ujar JK dalam hati. “Jadi gak usah ge-er gua mau videoin kalian, just kissing? Gak penting banget!” JK masih diam sambil melihat kearah Rosé dan mengeluarkan tatapan marah. Tanpa mikir panjang JK langsung menarik Irene dan langsung memburu Irene dengan ganas di depan Rosé. “Ternyata lo masih sama kayak dulu J. Sama-sama b******n!” ujar Rosé dalam hati. Rosé sama sekali tak perduli dengan apa yang dilakukan JK di depannya, Rosé memilih untuk Kembali memainkan ponselnya lagi. Karna merasa kurang nyaman dengan JK yang masih sibuk dengan aktivitasnya, Rosé mencabut ponselnya dan pergi dari situ. Melihat Rosé yang sudah pergi, JK menghentikan aktivitasnya. “Lo bilang gua gak penting Anne? Apa salah gua?” tanya JK dalam hati. “Dan kenapa tangan lo gemetaran kalau ada gua Anne?” sambungnya dalam hati. Setelah pergi dari situ, Rosé langsung mencari Lisa dengan kalang kabut. Setelah melihat Lisa, Rosé langsung menghampiri Lisa. “Lisa!” Rosé memanggil Lisa dengan wajah yang panik. “Lo kenapa Rosé?” “G-gue..” Rosé bicara dengan terbata-bata. “Kenapa?” tanya Lisa yangg mulai panik. “Gua mau pulang.” “Astaga Rosé, masih jam segini Rosé. “Hmm, gua pulang duluan ya.” ucap Rosé sambil bergerak mengambil kunci mobil Lisa dari tasnya. Lisa menatap Rosé dengan tatapan heran, detik kemudian Lisa melihat jika Rosé merogoh tasnya dengan tangan yang gemetaran. “Lo kenapa Rosé?” “Gua mau pulang.” “Rosé kenapa?” tanya Lisa sambil menggenggam tangan Rosé. Rosé berjongkok di hadapan Lisa sambil memeluk lututnya dan menumpahkan air matanya. “Rosé kenapa, jangan buat gua panik.” “Gua ketemu J.” ujar Rosé sambil menatap Lisa dnegan mata yang sudah penuh air mata. “APA?!” Teriak Lisa “Dia ngapain lo sampai lo nangis gini? Duduk dulu cerita sama gua.” ujar Lisa sambil berusaha membawa Rosé berdiri. “Gua mau pulang.” “Rosé” “Gua mau pulang Lis!” “Yaudah yok pulang.” Lisa berpamitan pada teman-temannya dan langsung membawa Rosé untuk keluar dari club itu. Selama dimobil Lisa dan Rosé saling diem-dieman. Lisa tidak berani bertanya apapun pada Rosé, karna Rosé yang membawa mobil. Lisa masih ingin hidup lebih lama. Rosé dan Lisa sudah sampai di apartemen Lisa, kini keduanya sedang duduk bersebelahan di sofa panjang yang berada diruang tamu. “Oke sekarang kita udah di rumah, jadi cerita ke gua, lo diapain sama JK?” “Gak diapa-apain.” ucap Rosé tanpa rasa bersalah. Lisa mengeritkan alisnya. “Jadi kenapa lo nangis?” “Jadikan...” Lisa berdehem bergitu Rosé sudah mulai bercerita. “Tadi gue pergi ngecas ke lorong yang lo bilang banyak edukasi itu.” “Hmm terus.” “Terus gua ngeliat JK kissing sama cewek..” “Lo cemburu?” tanya Lisa memotong ucapan Rosé. “Gua belum selesai cerita Lisa!” “Ahh iya iya, terus..” “Kan gua ngecas sambil mainin hp. Terus ceweknya ngira gua vidioin mereka lagi begitu, dan ceweknya itu minta hp gua.” “Lo kasih?” “Awalnya gak gua kasih.” “Terus?” “Hp gua ditarik sama si J...” “Gak dibanting kan hp lo sama dia?” Rosé menatap Lisa dengan tatapan sedikit memelas. “Lo beneran videoin mereka? Terus hp lo dibanting sama JK?” “Enggak! Lo kira gua apaan coba?” “Lah jadi lo kenapa nangis?” “Makanya diem! Jangan banyak tanya! Gak kelar-kelar kan gua cerita jadinya!” “Iya iya, lanjutin lagi.” “Terus dia meriksa hp gua, pas dibalikin.” “Balikinnya baik-baik?” “I-iya baik-baik sih.” “Jadi lo kenapa nangis maemunah?!” “Habis itu kan--” “Haa habis itu.” “J langsung narik ceweknya, terus nyium ceweknya di depan gua.” “Lo cemburu beneran?” “Enggak lisa, gua gak cemburu!” “Jadi kalau gak cemburu apaan? Lo lama banget dah ceritanya!” “Dia nulis di note hp gua, dia minta penjelasan.” “Dia nulis apa?” “Gua butuh penjelasan, pake tanda seru banyak.”  Lisa terdiam sambil menatap sahabatnya itu. “Gua harus gimana?” Lisa hanya mengangkat kedua bahunya menandakan dia tidak tau harus berbuat apa. “Lisa...” rengek Rosé pada Lisa sahabatnya. “Gua gak tau Rosé!” Rosé  merengek semakin kencang. “Kok lo makin kencang nangisnya?” “Gua takut..” ujar Rosé masih sambil menangis. “Kenapa harus takut? Lo punya salah sama dia?” Rosé  menggelengkan kepalanya. “Yaudah kalau gak salah, gak usah takut!” “Tapi..” “Kalian belum tentu ketemu lagi Rosé atau dia tau alamat baru lo? “Enggak..” “Yaudah tenang aja, dia gak akan nemuin lo..” “Kecuali takdir yang nemuin kalian berdua...” Rosé terdiam, otaknya mulai berfikir kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan timbul nantinya, seperti pertemuan mereka yang tidak di sengaja  untuk yang ketiga kalinya.. “Udah diem, jangan nangis lagi.” Rosé mengangguk dan mengusap air mata dipipinya. “Nah sekarang anak Mami tidur ya udah malam. Sebelum tidur, cuci kaki sama sikat gigi dulu yaa.” ucap Lisa sambil mengelus-elus pundak Rosé. Rosé menatap Lisa dengan tatapan sinis dan diikuti dengan gelak tawa Lisa yang mengisi ruang tamu apartmentnya.. “Mata lo yang gak seberapa itu udah mau keluar..” “Diem lo!!” “Udah pergi sana, baju ambil dilemari..” “Tau! Apartment gue ini!” “Dihhh orang zaman now, suka gak tau diri deh..” Rosé pergi ke kamar Lisa tanpa menghiraukan ucapan Lisa. Di kamar, Rosé Kembali melihat pesan yang dibuat JK untuknya kemudian Rosé menghela nafas cukup panjang. “Penjelasan apa yang lo mau? Bukannya semuanya udah jelas J?” ucap Rosé bermonolog. “Karna lo gue harus ninggalin Korea. Karna lo gue harus jauh dari semua orang yang gue sayang. Dan sekarang karna lo gue harus nerima perjodohan dari Mama.” Mama Rosé menjodohkan Rosé dengan anak temannya karna ingin melihat Rosé menikah. Sebenarnya Mama Rosé sudah meminta anak semata wayangnya untuk membawa pacarnya kerumah tapi tak kunjung diindakan oleh Rosé. Parahnya lagi, jangan kan membawa pulang pacar. Untuk membawa dirinya pulang saja Rosé sangat susah selama 2 tahun belakangan ini. Maka dari itu dengan sangat terpaksa Mama Rosé akhirnya memutuskan untuk menjodohkan Rosé. “Joen Jungkook, lo adalah orang yang paling gue hindari. Tapi kenapa lo yang selalu terlihat?!” Begitulah hidup, terkadang apa yang paling kita inginkan belum tentu kita dapatkan. Sedangkan apa yang kita hindari akan selalu datang tanpa henti. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD