"Hai! Apa kabar?" Ucapan lelaki itu memecah kesunyian, setelah sekian menit masih terdiam saling membeku. Semua jadi terasa kembali kaku dan saling kikuk. Mereka hanya terdiam, terduduk di samping ranjang saling bersebelahan, dengan kepala masing-masing tertunduk ke arah lantai. Bunga memberanikan diri mengangkat wajahnya, lalu tersenyum. "Ak—ak—aku Baik," jawab Bunga pelan. "Bagaimana dengan anda?” tanya Bunga. Laki-laki itu menoleh, menampakkan wajah tak suka atas sapaan 'anda' dari Bunga. Meskipun Bunga menyadari hal itu, namun hatinya bimbang. Haruskah mereka berbicara layaknya seorang teman seperti sebelumnya? Masih bisakah laki-laki itu menerimanya sebagai seorang teman setelah mengetahui profesinya yang sesungguhnya? “Aku baik.” jawabnya. Lalu keheningan kembali merengkuh ked

