Pagi harinya, Wahyu berusaha mencoba berlaku seperti biasa. dirinya paham, Dewi sedang marah, tidak akan berakhir baik jika ia ikut tersulut amarah juga. Tidak ada salahnya jika kali ini ia yang mengalah. Wahyu berjalan menuju meja makan, di sana Dewi duduk sambil mengoles selai kacang pada lembaran roti di hadapannya. Diberikannya setangkup roti yang sudah selesai ia buat ke hadapan Wahyu, tanpa ada sepatah kata yang terucap dari bibirnya. Wahyu menerima roti tersebut dengan senyum tulus. Dikecupnya pucuk kepala Dewi seperti kebiasaannya dipagi hari ketika isterinya membuatkan sarapan untuknya. “Makasih Sayang!” ucap Wahyu. Berharap itu dapat meluruhkan kemarahan Dewi padanya. Tidak ada balasan terucap dari mulut Dewi, pandangannya masih terfokus pada lembaran roti lainnya yang belum

