Waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi, langit masih terlihat gelap, namun geliat kehidupan kota mulai terlihat bangkit. Beberapa pekerja dengan seragam dan baju kantoran tampak berjajar rapi menantikan bus yang akan membawa mereka ke tempat kerja. Tak peduli dingin dan kantuk masih menyerang raga, Alb sempat memperhatikan para pengabdi korporat-korporat itu, sebagian dengan wajah lesu karena mungkin kurang tidur sebab kerja lembur. Namun tak sedikit yang tampak segar dengan dandanan menor yang sedikit tebal. Sejenak, untuk pertama kalinya Alb merasa bersyukur karena tidak harus mencicipi nasib seperti para pekerja tersebut, yang terkadang kerja kerasnya kurang dihargai. Ia yang bahkan bisa dibilang tidak terlalu pandai dalam hal berbisnis pun masih mendapat kepercayaan untuk memeg

