1. Adelia
Jangan datang jika pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan.
.
.
.
Adelia Kartika Ocean
Hujan datang dengan deras mengguyur kota Jakarta sore, membuat orang-orang yang tengah berlalu lalang harus meneduh agar tidak terkena basahnya air hujan. Termasuk seorang gadis yang memakai seragam khas SMA, ia lebih memilih masuk ke dalam cafe daripada harus duduk di bawah halte.
Ceklek!!
Pintu cafe terbuka, kedua netra coklat gadis itu asik menelusuri setiap inci dari cafe tersebut, memandang satu persatu meja yang kosong, lalu pandangannya jatuh pada meja paling pojok di dekat jendela.
"Selamat siang kak, ada yang mau dipesan?" Tanya seorang pelayan kepada gadis tersebut.
"Caramel macchiato satu"
"Ada lagi?" Tanya pelayan itu lagi tapi dijawab gelengan oleh sang pembeli.
"Itu aja ya kak, silahkan ditunggu lima menit lagi" Ujar pelayan cafe itu lalu pergi untuk membuatkan pesanan dari gadis itu.
Gadis itu mengedarkan pandangannya ke luar jendela, melihat bagaimana mobil putih baru saja terparkir rapi diluar cafe, lalu pengemudinya turun bersama dengan seorang gadis yang mungkin usianya terpaut satu tahun dengannya.
"Loh, kak Adel ada di sini juga?" Seorang gadis dengan poni yang mempermanis wajahnya itu berkata sambil tersenyum, ia menghampiri orang yang duduk di meja paling pojok sambil berlari kecil.
Adel, yang di panggil 'kakak' oleh gadis itu berdecih sinis.
"Mata lo gak buta kan?" Jawabnya lalu melengos menuju kasir, mengambil pesanannya, dan pergi keluar cafe menerobos derasnya hujan.
Jessica menghela napas pelan, matanya melihat kakaknya sekilas dengan pandangan sendu, lalu kembali duduk ke mejanya.
"Kenapa ya, Kak Adel nggak bisa bersikap baik sama Ica?" Gumam Jessica. Rafa yang berada disampingnya menoleh sesaat
"Apa karena ica deket sama kakak?" Kali ini Jessica bertanya kepada Rafa.
"Apa hubungannya?" Tanya balik cowok itu dengan nada tidak suka.
"Kakak kan pacarnya" perkataan Jessica membuat Rafa tersenyum sinis.
"Kamu yang minta kan?"
"Iya, Ica tau kalo kak Adel suka sama kak Rafa, Ica nggak mau kalo ngeliat Kak Adel menderita terus"
"Bukan dia yang menderita, tapi kamu ca"
Jessica menunduk, tetapi di matanya, Adel lah yang menderita, bukan dirinya. Dia masih memiliki orang tua yang lengkap, teman-teman yang menyayanginya, dan memiliki Rafa yang selalu ada disampingnya.
Tapi Adel? Adel tidak memiliki apa yang Jessica miliki. Maka dari itu, Jessica meminta Rafa untuk berpacaran dengan Adel, dan meminta Adel untuk menerima Rafa.
Karena Jessica tau jika Adel mencintai Rafa, walaupun sikapnya selalu ketus pada cowok itu, dan begitu pula sebaliknya.
"Kak Rafa nggak bisa apa, suka sama kak Adel?" Tanya Jessica setelah terjadi suasana hening beberapa menit.
"Nggak"
"Kenapa?"
"Karena aku emang gak suka"
"Tapi kan kak Adel cantik"
"Percuma cantik kalo kelakuannya gak beda jauh sama setan"
"Kak Adel itu sebenarnya baik tau, cuma kakak aja yang gak pernah liat" Cibir Jessica sedikit kesal.
"Baik dari mananya? Dia gak pernah nganggap kamu sebagai adik, gitu kok dibilang baik"
"Mungkin Kak Adel masih gak terima aja sama kenyataan hidup nya"
"Maksudnya?"
Jessica menunduk, tidak ada yang tau masalah ini selain keluarganya.
"Kak Adel itu kesalahan kak, Kesalahan yang dibuat sama papi, dari bayi sampe umur 8 tahun kak Adel sama papi di tempatin dirumah oma, cuma karena papi gak mau jauh-jauh dari kak Adel, akhirnya kak Adel dibawa pulang ke Jakarta"
"Waktu itu mami marah besar ke papi, dan hampir minta cerai, tapi papi bisa jelasin semua ke mami, dan syukurlah mami bisa ngertiin papi, tapi untuk menerima kehadiran kak Adel... mami belum bisa"
Pernyataan Jessica membuat Rafa terdiam. Dia pikir Adel dan Jessica adalah saudara kandung.
Jessica menghelas napasnya. "Ica minta tolong banget sama kak Rafa. Tolong bahagiain Kak Adel ya, Ica sayang banget sama dia"
"Ca-----" Rafa ingin menyela ucapan Jessica, tapi gadis itu memotong ucapannya.
"Kak Adel udah lama menderita kak, dia selalu merasa sendiri, tolong bahagiain dia demi ica ya"
???
"Loh, kak Adel mau kemana? Udah malam loh ini" Tanya Jessica karena melihat Adel menuruni anak tangga dengan pakaian rapi.
"Bukan urusan lo" kata Adel lalu pergi melewati Jessica begitu saja.
"Kak Adel, kak, kak Adel" Jessica tak bisa mengejar Adel karena Adel sudah lebih dulu menaiki mobil dengan kecepatan yang tinggi.
Jessica menghela napas gusar, ah... pasti kakaknya pergi ke tempat 'itu' lagi.
Gadis itu segera mencari ponselnya lalu segera memencet nomer seseorang.
"Halo? Kenapa ca?"
"Kak, Kak Adel tadi keluar rumah pake mobil, ica gak mau kalo kak Adel pergi ke tempat 'itu' tadi"
"Ya trus?"
"Ihh... tolong dikejar lah, ica kan belum bisa naik mobil" ujar Jessica sebal.
Terdengar helaan napas panjang dari seseorang di seberang sana. "Otw"
Senyum Jessica perlahan terbit, walau ia tak bisa mengungkiri jika dirinya tengah merasakan sakit hari karena harus merelakan Rafa demi Adel.
Tak apa, yang penting Adel bahagia, cukup maminya saja yang memperlakukan Adel dengan buruk, dia jangan.
???
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis tengah bersandar pada mobilnya, memejamkan mata sejenak untuk menikmati angin malam yang berada di pantai ini, tentunya jauh dari keramaian kota Jakarta.
"Kapan masalah ini kelar tuhan?" Gumam gadis itu kepada dirinya sendiri.
Dia Adel, gadis cantik yang saat ini tengah berbaring diatas pasir sambil menyaksikan gemerlap bintang yang seolah-olah terasa dekat dengan dirinya.
Namun debuman ombak berhasil memecah lamunan gadis itu.
Adel berdiri, menatap jauh ke arah laut, lalu senyumnya perlahan mulai mengembang. Walaupun ada sedikit rasa ragu, tapi gadis itu tetap ingin melangkah kesana.
"Mungkin sedikit bermain bisa ngehibur gue"
Gadis itu mulai menutup mata, dan berjalan kearah pantai
Perlahan-lahan kaki Adel menyentuh dinginnya air laut, lalu disusul dengan lututnya, hingga tak tersadar jika air laut sudah menenggelamkan hampir setengah badannya.
"ADEEEEEEL"
teriakan itu mampu membuat Adel membuka kedua matanya.
Rafa.
Sial, ketahuan batin Adel, bukannya berhenti dan berbalik, tapi gadis itu malah semakin menuju ke tengah lautan, membuat Rafa yang berdiri jauh di belakangnga kelabakan sendiri.
"WOY ADEL, CEPET KE TEPIAN"
"DEEEL BERHENTI"
"ADEEEL LO GOBL*K"
Karena Rafa sudah benar-benar geram dengan Adel yang semakin lama semakin ke tengah, akhirnya Rafa memutuskan untuk menjeburkan dirinya dan menghampiri Adel.
Ck, nyusahin batin Rafa.
Rafa menarik tangan Adel, membuat gadis itu menoleh ke belakang dengan tatapan yang kesal.
"APA?" teriak Adel.
"Lo bisa mati del"
"Ya emang gue pengen mati, kenapa huh?"
"Ya kalo lo--Aarghhh... BISA GAK SIH LO GAK NYUSAHIN GUE SEHARI AJA?" Bentak Rafa kepada Adel, Adel hanya tersenyum sinis sebagai tanggapan.
"Maka dari itu, biarin gue mati, habis itu gak ada deh yang ganggu lo, lo bisa hidup tenang, iya kan?"
Rafa terdiam, menatap netra coklat milik Adel yang sepertinya dipenuhi dengan binar luka, hingga tak sadar jika ada ombak besar yang menghatam mereka dari belakang.
Adel sudah pingsan dari tadi, namun untung Rafa bisa berenang dengan baik dan membawa tubuh Adel ke tepian.
"Dasar bodoh, perusak hubungan, nyusahin orang, benalu" Cacian itu diberikan Rafa untuk Adel yang kini masih memejamkan matanya.
Namun siapa sangka jika Adel hanya berpura-pura pingsan untuk mendapatkan pelukan hangat dari Rafa, tapi semua itu hancur saat Rafa mencaci dirinya, ah... seburuk itu kah Adel di mata Rafa.
____________________________________________
New Story nih!!
Jangan lupa buat vote dan komen ya
.
.
.
.
25 Juli 2020