Selalu ada buket bunga peoni merah muda sebelum para korban itu diculik. Kemudian, setelah tiga hari, mereka akan ditemukan dalam keadaan termutilasi, dengan tiap potongan tubuh diatur melingkar membentuk seperti bunga, kedua mata menghilang, dan kepala mereka berada di tengah lingkaran.
Pembunuh sinting ini diberi julukan ‘Pink Peonies Killer’. Steve Arya Wellington menduga kematian ibunya terkait pembunuh berantai ini. Saat dia mencoba menyelidiki kasus tersebut bersama empat rekannya, teror yang sempat padam lima tahun lalu justru kembali hidup untuk menargetkan Steve dan keempat rekannya.
Tarian pisau,
musik klasik suara rendah,
mengiringi jeritnya
Amis si rona merah,
perlawanan sia-sia
dan ketakberdayaan
adalah candu
Pria ringkih tlah hilang pesona,
menatapku horor,
mata sayu tak henti berlinang
Sesakit itu, kah?
"Izinkan aku mati," lirihnya
Kuhentikan sejenak logam di tangan,
mengamati iris cokelat penuh asa
Estetika yang tercipta di rautnya,
membuat jiwa bergelora
Pemandangan sempurna
Aku semakin ingin menyiksa
"Kumohon, akhiri hidupku."
Dia menangis, tak mampu menggerakkan anggota tubuh yang tak utuh
"Sangat sakit."
Membosankan!
Semua selalu saja mengeluh
Kenapa tak coba berjuang?
Sekali tusukan,
kuakhiri p*********n
Mengumpulkan bagian penting tubuhnya
Bangkit,
aku menendang potongan kaki
menghalangi jalan di gudang sempit
Menuju meja kecil, menghentikan musik
Pesta tlah usai
Membuka botol bening,
kuletakkan sepasang iris cokelat terang
Menyimpan rapi dalam koper di tangan
Bersiap untuk perburuan berikutnya
Aku mengambil jerigen,
menuang isi ke seluruh lantai
dan dinding
Bergerak ke luar bersama koper,
menyalakan pemantik
Merah membara memberi salam perpisahan
Hutan menyambutku