" jawab gw astaga masa iya dia mati nyusahin gw dong entar " tukas pemuda dengan wajah panik dan terus melirik ke kursi mobil di samping nya, dengan membawa laju mobil dengan kecepatan tinggi menerobos hujan dan gelap nya malam
" Oh shittt " umpat pemuda yang sedang panik, kemudian meraih telpon genggam milik nya yang berada di laci mobil dan menghubungi seseorang
" Petra siapin kamar di RS sekarang jangan banyak tanya, lima menit lagi gw sampe " gertak pemuda tersebut
"Siap bos" jawab pemuda di sebrang telpon dengan mengerutkan keningnya
_ckitttt_ suara mobil berhenti di depan rumah sakit ,beberapa suster datang dengan membawa payung dan brankar dorong ke arah pemuda yang membuka pintu, namun ia tidak menghiraukan brankar dorong yang di bawa oleh para suster ia malah
Menggendong Aqila ala bridal style dan berlari menuju rumah sakit, dengan pakaian basah kuyup karna hujan di aksi dia tadi
" Dokter cepat obati dia, saya tidak tau apa yang terjadi padanya " panik pemuda tersebut dan langsung masuk ke ruangan ICU dan membaringkan tubuh Aqila di atas ranjang rs
" Baik ,tuan muda silahkan menunggu di kursi tunggu, kami akan melakukan yang terbaik " balas seorang dokter perempuan yang terlihat masih muda , pemuda tersebut keluar dari ruangan tersebut dan duduk di kursi tunggu , ia mengusap kasar wajah nya entah kenapa dirinya begitu panik dengan keadaan gadis yang sama sekali tidak ia kenali itu
" Oh shittt, kenapa gw sepanik ini anj*r, " umpat pemuda dengan mengusap kasar wajah nya dan melayangkan pukulan ke arah tembok di samping nya
" Bos siapa yang sekarat " sontak seorang pemuda dengan menepuk pelan pundak pria dengan wajah panik
" Gw gk tau ko, gw aja gak kenal Lo mending diem jangan bikin gw tambah panik ngerti Lo " jawab pemuda yang sedang duduk masih setia dengan wajah panik, petra yang mendengar penuturan bos nya tersebut menjatuhkan rahang nya dan menganga di tempat nya ia pun ikut duduk di samping bos nya kemudian menyerngitkan kening nya dan terlihat beberapa lipatan di kening pria tersebut
" Lahhhhhh. tuan muda Anderson yang terhormat, bos bilang bos gk kenal sama tu orang, nah terus ngapainnnn pake acara bentak terus desak saya tadi astaga bos, gak sakit kan atau bos kelebihan dosis tampan nih saya ngira tadi yang sakit atau yang kenapa- kenapa tuh bos sendiri eh malah hadehh sabar- sabar orang sabar cepat kaya " celoteh petra dengan wajah frustasi dan menatap bos nya tersebut
" Lo mending diem deh gw aja gak tau gimana perasaan gw, Lo kan tau sendiri gw mana pernah peduli sama orang lain, tapi gw aja bingung kenapa gw panik perasaan gw jadi cemas sama ti orang Lo gak akan ngerti mending Lo diem" ucap pemuda tersebut dengan mengeraskan suaranya kepada petra,
Petra pun hanya menggaguk paham maksud bos nya tersebut
_ceklek_ bunyi pintu ruangan ICU dan memperlihatkan seorang suster
" Maaf kalian keluarga pasien "ucap suster tersebut, pria dengan wajah panik tadi langsung menghampiri suster tersebut dengan wajah menunggu hasil pemeriksaan gadis tadi
" Iyah sus saya keluarga nya gimana keadaan dia, tapi kenapa suster yang keluar bukan dokter" sahut pemuda tersebut
" Saya hanya ingin mengembalikan ponsel pasien, barangkali pasien nanti sadar dan bertanya " jawab suster tersebut dan memberikan ponsel ke tangan pemuda tadi dan kembali memasuki ruangan ICU, pemuda tersebut kembali duduk dan mulai mengotak Atik benda pintar tersebut walau sudah basah, Petra yang masih setia dengan wajah cengo dan memperhatikan setiap gerakan sang bos nya tersebut hanya bingung dan geleng kepala
"Ni si bos abis minum obat cacing dosis tinggi ala gimana sih, masa ia dia panik sama orang yang gak dia kenal, jangan bilang tu orang cowo lagi klo bener si bos emang harus di bawa berobat ni " ucap Petra tentu di dalam hati dan terus melihat tingkah bos nya tersebut yang tidak mau diam berjalan ke kanan dan berbalik ke kiri lagi
_ceklek_ suara pintu ruangan ICU kemabali di buka dan lampu merah nya sudah mati menandakan dokter sudah selesai memeriksa dan mengobati pasien, pemuda tersebut langsung mendekati dokter tersebut
" Gimana kondisi nya dokter, dia baik- baik aja kan, masih hidup kan " tanya pemuda dengan wajah panik namun tetap saja sangat tampan di mata para kaum hawa.
" Tuan muda kondisi pasien cukup parah, namun kami cukup kagum dengan kekebalan tubuh pasien ,ia hanya merasakan pusing di kening akibat serpihan kaca, ia mendapatkan luka gores yang cukup lebar di kening akibat serpihan kaca, dan luka pukul di wajah dan beberapa di tubuh pasien, kami sudah mengobati, dan menyuntikkan obat bius pada pasien agar ia bisa istirahat lebih tenang"
Sahut dokter tersebut
" Kapan dia bisa sadar dok ,kalian tidak membuat dia tidur selamanya kan " bentak pemuda tersebut,
" Tuan muda pasien akan sadar kurang lebih satu jam lagi setelah obat bius berhenti bereaksi, korban akan mengalami kondisi cukup lemas, tapi itu tidak akan terlalu lama" sahut dokter, Petra yang melihat dokter tadi sedikit takut karna bentakan dari bos nya langsung mengajak berbicara
" Hemm bos mending bos ganti baju dulu, ntar bos malah sakit yah walaupun mustahil tapi biar rapi lagi, ya kali bls mau di katain gembel, gak kan, dan dokter makasih " ucap Petra dengan tersenyum tipis kepada sang dokter,
" Yeee giliran liat yang bening aja langsung Lo senyam senyum kek orang gila, yaudah sono siapi baju gw , gw mau mandi di sini aje" sinis pemuda tersebut kepada petra, ia yang mendengar tersebut mendekatkan dirinya dan berbisik
" Udah bos mah diem aja ini itung - itung saya punya cadangan " bisik Petra dengan menaik turunkan alis nya
" Udah saya siapin bos, bos tinggal terima beres aja " lanjut petra, bosnya pun berlenggang pergi dari sana untuk membersihkan dirinya, ia yang mendengar penjelasan sang dokter tadi, merasa lebih tenang karna sudah tau keadaan Aqila .
" Kenapa gw bisa se panik ini tentang keadaan Lo, sebenarnya Lo siapa " gumam pria tersebutdi dalam hati dan terus berjalan ke arah kamar mandi
IQBAL DAVE ANDERSON.
Seorang pemuda remaja yang masih berumur tujuh belas tahun, ia adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya ibunya bernama Alysa Anderson Dan ayah nya David Anderson
Ibunya dulu ialah dokter terbaik di kota, dan pemilik rumah sakit terbesar di kota tersebut, rumah sakit yang sedang di gunakan Iqbal untuk merawat Aqila ialah Rs milik ibu nya dan sang ayah adalah pemilik perusahaan-perusahaan besar dan banyak properti di Jakarta , ia juga adalah seorang ketua mafia terbesar di sana dan memegang tahta pertama dalam dunia bawah.
Iqbal memiliki wajah yang sangat tampan dan akan menatap dingin para musuh dan mampu menyembunyikan identitas nya sebagai seorang anak mafia.