Bab 4 Tiga Benang Takdir 2

1162 Words
Pria yang tiba-tiba muncul di depannya itu memang sangat keren. Sialan! Tubuhnya tinggi dan wajah tampan dengan pesona dewasa uniknya. Mantel yang dipakainya saja sudah pasti bermerk! Makin bikin ketampannya sudah seperti gulungan ombak tsunami. Meroket sangat cepat! Dalam hati, Hana mendecak kesal dengan keberuntungan pria itu. Sang pria memeluk tas kameranya, memiringkan kepalanya, mengambil posisi nyaman mengamatinya seperti tikus percobaan di laboratorium penelitian. “Apa lihat-lihat? Matamu minta dicongkel?” pekik Hana menahan emosi, tatapannya sungguh m*sum dan sangat meremehkan. “Jangan geer dulu. Memang kau ini tipeku? Wanita macan berkulit api sepertimu, tidak cocok dengan diriku yang keren dan tenang bagaikan air di hutan pegunungan alami ini. Takutnya nanti standarku jatuh.” “Apa?!” jerit Hana, sudah mau melepaskan tinjunya, tapi pintu lift terbuka. Masuklah seorang pria tua dengan mendorong pelan troli pembersihnya. Kedua orang ini langsung diam. Ternyata hanya sebentar, karena pria tua cleaning service ini hanya mau naik ke lantai berikutnya. “Jangan dekat-dekat! Minggir sana!” dorong Hana menggunakan bahunya ke tubuh pria di sebelahnya. “Memang kenapa kalau aku mau berdiri di sini? Memang lift ini punyamu?” Hana tertohok. “Sialan!” makinya, lalu memencet tombol angka berikutnya, tidak mau satu lift dengannya. “Kau mau apa?” “Berisik! Siapa yang tahan satu ruangan denganmu?” TAP! Adhitama langsung menahan kedua bahunya, menatapnya galak. “Kau masih ingat melemparku apa tadi pagi?” sinisnya tajam dan dingin. GLEK! “I-itu, kan, tidak sengaja!” Wanita ini mencoba melepas cengkeraman kedua tangan pria itu di bahunya, mata melirik cemas kepada angka lift yang berganti, takut ada yang melihat mereka dan salah paham. “Kenapa?! Mau minta ganti rugi! Minta saja! Memang aku takut?!” tantang Hana, memajukan dagunya, sok berani, tapi dalam hati sudah gemetaran. Dia ini miskin, tapi harga dri setinggi langit, dong! Adhitama mendengus geli, lalu melepasnya dengan santai. Hana kebingungan. Tidak biasanya pria ini mengalah. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. TING! Lift menunjukkan lantai yang dipilih olehnya tadi. Dia sudah mau mengambil langkah seribu, tapi Adhitama menahan satu bahunya ketika separuh tubuhnya sudah mau keluar pintu lift, membuatnya berbalik cepat secara otomatis. “Kau ini benar-benar galak banget, yak?” ledeknya berbisik di telinga Hana, lalu mengecup sebelah pipinya cepat. Hana mundur beberapa langkah karena kaget, mematung hebat. Sekujur tubuhnya macet, mata mengedip sekali. Dokumennya berjatuhan ke lantai, mata membola hebat. Pintu lift sudah mau tertutup, kesadaran Hana baru kembali, lalu seketika saja menjerit marah. Taring sudah mau keluar dari mulutnya. “ADHITAMA SIALAAAANN!!! KEMARI KAU!!! BER*NGSEEEEKK!!!” CEKREK! Pria di dalam lift dengan iseng sengaja mengambil pose Hana yang tengah mengamuk hebat di depannya, hendak masuk ke dalam lift kembali dan gelud sampai mati! DUK! Sialnya, yang ada malah kepalanya terbentur pintu lift dengan suara keras terdengar di sana, mencegahnya masuk, langsung pusing dengan mata berkunang-kunang, Hana mengerang kesal, mengelus-ngelus dahinya yang terasa nyut-nyut. Dendamnya kepada pria itu makin meningkat! “AWAS SAJA KAU, YA! TUNGGU PEMBALASANKU! BERANINYA BERBUAT TIDAK SOPAN KEPADAKU! PRIA CAB*L!” Beberapa orang melihat ke arah sini, membuat Hana merasa ditusuk melalui tatapannya, langsung membungkuk meminta maaf karena sudah berlaku tidak sopan. “Maaf.. maafkan saya...” ucapnya berulang-ulang pada beberapa arah. Dia bahkan tidak tahu di lantai ini sebenarnya divisi apa, tapi rasa malunya tidak berkurang setetes pun! “Awas kau, Adhitama sialan! Kau belum merasakan kekuatan kedua tanganku rupanya!” makinya berbisik pada diri sendiri, wajah sudah pucat kelam dengan menahan amarah gelap di dalam hatinya. Tangannya sibuk memungut dokumen di lantai. Berkilo-kilo jauhnya dari posisi Hana berada sekarang. Di sebuah mobil hitam mewah dan berkelas. Seorang pria tampan dengan rahang tegas, terpahat sempurna dan berjas hitam elegan duduk di kursi belakang, dan tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. “Ada apa, Pak? Tidak enak badan?” tanya sang supir, melihat bos mudanya itu tampak tidak nyaman sambil mengelus tengkuknya. Sang bos muda ini menjawab santai, nada suara tenang dan sangat dewasa, begitu intelektual, “aku baik-baik saja. Entah kenapa tiba-tiba aku merinding seperti ini.” Sebuah tawa kecil ceria terdengar di kursi depan di dekat sang supir, wajah manis seorang pria yang lebih muda dari sang bos muda menoleh menatapnya, berkata santai: “Tidak biasanya kau begini? Jangan-jangan, sejak terkena noda es krim kemarin, itu pertanda semua keberuntunganmu yang luar biasa selama ini ikut ternodai juga?” Andri Chandra Zayan Budiman menatap dingin kepada sekertaris pribadinya itu. Sudut bibir berkedut kesal. “Sebaiknya kau diam saja. Mulutmu selalu bicara yang aneh-aneh kalau sudah mengoceh. Sangat mirip burung beo menyebalkan,” titahnya dingin, memiringkan kepalanya dengan gaya yang terlihat keren, kening ditautkan dalam. Sang sekertaris hanya tersenyum lebar di wajah super cerianya, mengiyakan tanpa protes. Andri lalu melirik ke jendela mobil. Sekertaris super cerianya itu memang suka percaya dengan takhayul, tapi tidak dengan dirinya. Anehnya, hari ini dia benar-benar punya firasat aneh yang sulit untuk ditolak. Entah kenapa hatinya tidak tenang dan gelisah. Semoga saja hari ini dia tidak sial seperti perkataan sekertarisnya itu. Andri melonggarkan dasinya, membuka jas yang dipakainya, dan meraih mantel hitam mewah di dekatnya. Jas mewah yang digunakannya ini terlalu formal dan mencolok kalau hanya sekedar ingin berkunjung ke gedung penuh selebriti itu selama beberapa menit. Sudah pasti dirinya akan didatangi oleh banyak orang-orang yang ingin menjilat dalam kesempatan sempit itu. “Wuah! Anda beli mantel edisi terbatas itu juga, ya?” ucap sang sekertaris, melihat sang bos berganti luaran melalui kaca spion, mata dan bibir tersenyum lebar. “Berisik!” makinya berbisik kesal, segera memperbaiki mantel yang sudah terpasang pas di tubuhnya. Tampan, elegan, dan sangat dewasa. Pria CEO idaman semua wanita, tapi kini bergaya bagaikan seorang model papan atas. Mampu membuat air liur para wanita menetes, dan terhipnotis seperti orang kehilangan arah dalam sedetik jika melihatnya. Di meja Hana. Bruk! Dokumen dihempaskan begitu saja. “Sebaiknya dia hati-hati saja kalau bertemu lagi denganku! Akan kubuat benjol kepala penuh pikiran kotornya itu! Sialan!” desisnya berbisik menahan amarah, duduk di kursi dengan begitu galak. Tangan kanan sudah terkepal erat, ditatap dengan kilatan mengerikan penuh dendam, bibir tersenyum lebar yang aneh. Andri tiba-tiba merinding hebat sekali lagi. Kenapa dia lagi-lagi seperti ini? Apa ada syarafnya yang bermasalah? Haruskah bertemu dokter ahli syaraf? Pria ini benar-benar tidak akan menyangka apa yang akan menimpanya dalam beberapa jam ke depan. Sebuah hadiah pertemuan kembali yang sangat luar biasa! Andri bersandar, bersedekap menatap pemandangan di luar, wajah tampannya masih menahan kegelisahan aneh di hatinya. “...” ------------- *Komen yang banyak, guys! Mungkin saya khilaf update kalau disemangatin via komen. Hehehe. Tapi, kalau nggak rame komennya, ya, udah, updatenya tetep sesuai jadwal di blurb ini. Sampai jumpa di bab selanjutnya! Ingat, yak~ Slow~ Up date~ Kaburrr~~ ε=ε=ε=ε=┏(  ̄▽ ̄)┛ --------------- Halo! NatsuHika alias Nat-chan di sini!^^ Ayo tap love dan ikuti 2 cerita lain saya di bawah ini, yuk! 1. Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama ( RATE 21++ DAN BERKOIN ) 2. Dikejar-kejar oleh 5 Mantan Suami ( MASIH GRATIS ) 3. Diberi Suami Milyarder ( GRATIS - Januari 2022 ini update gila-gilaan)

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD