Bab 3 Tiga Benang Takdir 1

1034 Words
Hana merasakan gejolak emosinya sejak kemarin sudah mencapai puncak ketidakstabilannya gara-gara seorang pria sok keren bernama Adhitama Galen Praditya! Benar-benar manusia perwujudan s*tan dia itu! maki Hana, melenguskan napas berat kelelahan. Semua emosi negatifnya dilampiaskan kepada pria yang hampir masuk rumah sakit gara-gara sebuah stapler darinya. Tapi, dipikirnya lagi, dia memang pantas mendapatkannya! Hana menggertakkan gigi marah, mata mengganas galak. Sore ini, Hana sibuk memantau penjualan di beberapa toko di mall-mall yang menjual beberapa merk pakaian yang berada di bawah naungan perusahaan tempatnya bekerja. Kelelahan mental dan fisik, dan masih saja dibuat kesal dengan pria itu, membuat Hana sudah seperti bom berjalan. Dia sangat stres sekarang! Akhir tahun begini, penjualan dan pemesanan bisa menjadi peluang bagus untuk bisa mencapai target yang diinginkan, atau pun melampuinya. Ini sekalian berpeluang besar semakin mendongkrak produk mereka di mata publik, dan berharap bisa meraih brand awareness dalam waktu singkat. Mereka adalah divisi yang bisa dibilang paling sulit, tapi juga memiliki pendapatan luar biasa. Jadi, meskipun kerjanya kadang berat dan menyita energi, bonus yang diberikan tidak tanggung-tanggung! Kadang mereka dapat bonus doubel, dalam bentuk uang dan juga paket liburan. Baik perorangan, maupun bersama-sama tim kerja mereka. Kerja di bagian penjualan dan pemasaran benar-benar menguras mental, tapi semuanya sepadan. Inilah yang membuat Hana meski kadang mengeluh, tidak bisa benar-benar mengundurkan diri. Hanya berani di mulut saja. Toh, tanggungannya tidak sedikit! Perusahaan tempat Hana bekerja adalah semacam perusahaan yang menjual hampir segala macam barang, tapi yang menjadi fokusnya adalah pakaian dan perawatan kecantikan & tubuh, baik untuk wanita maupun pria. Produk apa lagi yang perusahaan mereka jual? Banyak! Semuanya tersaji lengkap di web penjualan mereka atau pun melalui aplikasi online shop yang baru saja mereka luncurkan 3 tahun lalu. Semuanya tentu langsung melejit dan memiliki daya saing tinggi! Apa yang mereka jual adalah produk dengan nilai guna yang luar biasa, berbahan tinggi, dan semuanya memiliki harga bervariasi. Mulai dari harga yang bisa dijangkau oleh kalangan biasa, sampai kaum jetset yang membeli dalam edisi terbatas. Khusus untuk divisi di mana Hana bekerja, dia adalah bagian yang bertugas menjual pakaian dan perawatan tubuh, alias bagian utama yang menjadi andalan perusahaan mereka. Karena cuma cabang, jadi kantor mereka sebenarnya tidak bisa dibilang besar juga, hanya menempati 2 lantai. Tapi, aslinya menempati sebuah gedung tinggi berkaca biru megah di ibukota, dan bagian dari perusahaan itu sendiri. Bisa dibilang mereka numpang di gedung perusahaan TV milik Grup Chandra, perusahaan utama yang mendukung semua cabang bisnis keluarga tersohor tersebut. Salah satunya adalah tempat Hana bekerja sekarang. Kenapa numpang di gedung stasiun TV tersebut? Karena lini perusahaan itu adalah bagian yang juga bertugas menjual barang-barang melalui tayangan siaran langsung dengan selebriti top menjadi host-nya. Hana yang sudah kelelahan baru saja kembali dari tur melelahkannya, berjalan masuk ke perusahaan megah dan hebat itu dengan wajah pucat dan jelas-jelas terlihat sudah kehilangan roh dari wajahnya. Laporan yang dipegangnya pun hanya dipegang asal-asalan, kakinya berjalan malas bagaikan zombie kelaparan. Ini tidak ada bedanya dengan hari-harinya bekerja seperti biasa, hanya saja 2 kali lipat, soalnya dia belum makan sejak tadi gara-gara harus mengejar deadline yang ada. Lobi perusahaan penuh dengan orang-orang yang kebanyakan adalah orang-orang TV di gedung itu. Beberapa selebriti juga terlihat di sana, baik yang kelas bawah maupun atas, tapi semuanya itu tidak penting bagi divisi Hana. Mereka hampir setiap hari melihat wajah-wajah tampan dan cantik, sampai-sampai standar mereka menjadi sangat tinggi. Jadi, mereka hanya memberlakukan standar cantik dan tampan saja khusus di tempat mereka bekerja. Toh, para artis dan aktor itu tidak semua indah secara alami. Ada yang hasil make up dari seorang artist make up profesioanl, ada juga yang hasil operasi plastik gila-gilaan. Sikap mereka juga tidak semua baik, malah ada yang minus kuadrat. Ini membuat para karyawan di divisi Hana melihat para jejeran selebriti itu sudah seperti orang biasa. Kecuali kasusnya hanya pada beberapa segelintir orang yang benar-benar terlihat berbeda. Bagaimana dengan pesona fotografer tampan yang membuat darah Hana mendidih? Dan menjadi idola di divisinya bisa membuat semua orang di sana klepek-klepek? Tentu saja karena dia sangatlah tampan jika merunut dari kebiasaan mata para karyawan itu yang sudah sering melihat yang segar-segar. Dengan kata lain, Adhitama Galen Praditya punya ketampanan di atas rata-rata. Selebriti saja sampai kalah! Biasanya para karyawan perusahaan Hana lewat lebih memilih jalan lain ketimbang lewat masuk pintu utama seperti ini. Alasannya sederhana, tidak mau bersinggungan dengan para orang-orang terkenal dan sombong di gedung utama ini, sementara mereka hanya divisi yang numpang 2 lantai dari 45 lantai yang ada. Apalagi kerja mereka bukan hanya menguras otak, tapi juga menguras keringat. Sangat berlawanan dengan mereka yang punya posisi dan kuasa. “Cih! Lihat dia! Genit sekali! Siapa yang sangka kalau artis beken seperti itu ternyata rubah bermuka dua? Beruntung sekali manajemen artis di sini tegas dengan  kontrak karyawannya,” keluh Hana melirik gemas dan jijik kepada seorang artis cantik dengan dres merah seksinya, sibuk menjilat kepada beberapa pria berjas hitam, sepertinya sedang mencari sponsor untuk dirinya agar bisa melejit lebih tinggi. Hana menghela napas berat. Dia sebenarnya juga ingin sekali menjadi artis, tapi kenyataan hidup menekannya seperti batu besar di punggungnya. Cantik? Tentu saja dia cantik! Tapi, apakah hanya dia satu-satunya wanita cantik di ibukota? Tidak, dong! Dunia hiburan itu, tidak bisa hanya mengandalkan kecantikan semata. Harus punya trik tersendiri agar bisa menjadi terkenal. Paling parah, ya, main belakang. Jadi simpanan pria kaya yang mau jadi sponsor mereka. “Sudahlah. Bisa-bisanya aku dulu berpikir mau jadi selebriti?” keluh Hana kepada diri sendiri, mata mendatar sebal melihat lift terbuka di depannya. Dokumen dipeluk kuat-kuat di depan tubuhnya, sudah berpikir untuk segera pulang dan ingin berendam dengan campuran aroma terapi yang lembut. Membayangkannya saja sudah bikin dia jadi semangat untuk tidur. Ya, Tidur! Pasti rasanya enak banget masuk ke dunia mimpi! Hana berjalan santai masuk ke dalam lift, mata setengah terpejam membayangkan dirinya sudah berada di rumah kecilnya, langsung bersandar di lift itu dengan menghantamkan punggungnya, menghela napas berat. Sebuah dengusan mengejek terdengar di dalam lift ini. DEG! Sialan! Dia tahu siapa suara terkutuk itu! “Apa?! Kenapa kau tertawa? Aku tidak punya tenaga bertengkar denganmu!” sindir Hana dengan suara berat mengerang malas, menatap galak tak berdaya kepada Adhitama Sang fotografer tampan itu, sudah berdiri di sisinya sambil bersedekap mengamatinya dari ujung kaki sampai kepala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD