1

832 Words
nera namaku, usia 19 tahun asal malang dan memilih hidup jauh dengan keluarga yang selalu sibuk menyumpahi dan perjodohan paksa... sungguh aku tidak mau menikah muda, jika harus pun, aku gak mau menikah dengan lelaki yang sekedar butuh istri untuk mengisi kebutuhan sehari hari, seperti memasak, melayani di ranjang lalu melahirkan dan tak pernah keluar rumah. apa bedanya hidup sendiri jika hari hariku hanya seperti itu. sungguh bukan masa depan yang cerah. mungkin makan sudah tak harus bekerja lagi, tapi oke jika suami orang kaya, tapi jika makan saja pas pasan, apakah tidak makin rumit?! ... aaaah aku tidak mau hidup yang kayak itu... kulangkahkan kaki ini dengan berat dan sempoyongan di jalanan kota. tak ada sepersen pun uang, tak ada tempat tinggal, perut lapar, hari sudah malam setelah aku kabur dari rumah mulai siang tadi. aku bingung harus bagaimana. .. kaos dan celana jins ku sudah lusuh, ah lapar sekali... kududuk di salah satu bangku alun alun kota, sambil memeluk kakiku, menangisi nasib yang sangat waw sekali. tak sampai setengah jam tiba tiba ada yang menepuk pundak dan menyapa " hei , apa mbak tidak apa apa? " aku menjawab dengan gelengan lemah dan bersembunyi lagi di kaki yang masih ku peluk erat. "bicaralah mungkin dengan begitu bebanmu akan sedikit berkurang" katanya dengan lembut " aku kabur dari rumah, karna berkali kali mau di nikahkan dengan paksa oleh keluargaku, aku tidak mau hidup dengan lelaki b******k yang hanya sekedar butuh pelayan pribadi di hidupnya dengan dalih status istri. brengseeeeek .. kataku dengan cepat tanpa jeda dan nada yang makin meninggi. tangis pun pecah dan ter isak lebih keras. lelaki di sampingku sempat terkejut, lalu tersenyum geli mendengar alasan kesedihanku. bisa dimaklumi, bagaimana perasaanku saat ini. "namaku alvan, siapa namamu? apa kamu ada tempat tujuan untuk tinggal? " aku nera, aku tak punya uang, jadi tak ada tempat tinggal dan lapar. pelan dan hampir tak terdengar. " oke, begini. aku punya usaha kecil kecilan. jika kamu mau jadi karyawan sementaraku gimana? nanti kamu jg bs tinggal di kontrakanku. kamu bisa tinggal di kamar sebelah. siapa tau nanti kamu dapat kerjaan yang lebih baik, kamu bisa ganti kerjaan dan bisa pindah ke tempat yang lebih baik kalau kamu mau setelah ada duit, gimana? tenang aja. aku gak akan melakukan hal yang gak baik ke kamu. murni bantu aja. kamu mau?" tawaran tersebut sungguh menggiurkan saat ini, gelagatnya macam orang baik, cara bicaranya terdengar halus dan bijak, ekspresinya pun terkesan biasa. " tapi makanku untuk sementara ngebon dulu ya kak alvan, aku kan gak pegang duit sama sekali.. sungguh aku malu sekali sebenarnya. tapi dari pada jadi gelandang dan mati kelaparan bukan?! . " selama belum gajian kebutuhanmu kubantu, untuk makan kamu gratis kok, itu fasilitas. gimana kalo sekarang kita pulang ketempatku. kamu pasti capek dan sangat lapar bukan? ajaknya sambil berdiri kujawab dengan mengangguk. dan apa ini? dia bawa mobil, mungkin itu milik ortu batinku. tak apa, setidaknya todak jalan kaki lagi.. sementara ini hatiku sedikit lega karna ada yang mau menolong... tanpa kusadari mata ini terpejam dan lelap sekali saking capeknya. tersadar kembali saat tiba tiba kurasakan hangatnya matahari. " oh tuhan , " aku sangat terkejut melihat dimana aku berada. masih di mobil dan berselimut jaket. kulihat kursi di samping, lelaki yang menolongku semalam menemaniku dalam mobil dengan jendela yang setengah terbuka, dia masih tertidur. q bingung harus gimana, mau bangunin sungkan, tidak di bangunin perutku memberontak karna lapar. sepertinya suara perutku mengganggunya, lelaki yang memperkenalkan diri dengan nama alvan tersebut terbangun. kututupi wajahku dengan jaket pink di tanganku. " kenapa tak membangunkanku, " tanyanya sambil menggeliat. " maaf kita tidur disini, aku takut di bilang lancang jika menggendongmu tanpa ijin, jadi kutemani saja disini. kamu pasti laper banget. yuk masuk ke rumah. kamu bersihin diri aja dulu, dan kubuatkan sarapan oke. " kata alvan sambil masuk rumah. " ini kamarmu, " menunjuk arah pintu yang bersebelahab tersebut. " kamar mandi di sebelah dapur. anggap aja rumah sendiri oke. dan hari ini kita bersantai di rumah, karna masuk hari libur. . " " kak al, terima kasih" malunya diperlakukan begitu baik oleh orang tak di kenal, cogan pula " its ok. " masing masing pun sibuk sendiri. nera pergi mandi, alvanpun juga sama, dia segera membersihkan diri di kamr mandi dalam kamar dan memasak setelahnya.. Alvan lelaki yang terkenal cuek sebenarnya, dia merasa terkejut saja saat sedang jalan jalan di alun alun sendirian, melintasi seorang gadis yang sedang terisak sambil bersimpuh. karna jiwa baiknya begitu gatal, akhirnya ia memilih mencoba menyapa. alvan sangat terenyur mendengar alasan tangis gadi tersebut. saat gadis itu mengatakan alasan menangis, dilihat seksama wajah manis tersebut. terlihat menggemaskan dan manis sekali. karna tak ada tujuan, jadi di tawarkanlah tmpat tinggal sementara, dia tak bisa mengalihkan pandangannya k gadis yang mengaku nera namanya, nama yang unik, difikiran alvan saat ini, hanyalah agar gadis ini tertolong dulu. kedepannya di pikirkan besok saja kalau nera sudah tak terlalu sedih... ah akhirnya, tempat tinggalnya tidak akan sepi walau sementara, batin alvan...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD