Two

859 Words
"Keyyy..." "Undaa..." Jogi mematung saat melihat key berlari ke arah perempuan berseragam putih abu, dan apa dia tidak salah dengar key memanggil perempuan itu 'bunda' Nova tersenyum saat key memeluk leher nya. "Unda kangen." Nova terkekeh mendengar ucapan key barusan. Sungguh itu membuat hati nova menghangat. "Padahal kan baru sebentar. Udah kangen aja sama bunda." Nova mengelus punggung key lembut. "Unda nya lama." Gumam key. "Ihh padahal baru sebentar loh." Kata nova lalu memangku tubuh gembul key. Nova tersenyum pada jogi yang sudah berdiri di depan nya. "Terimakasih sudah mengajak bermain key." Ucap nova lembut. Suara lembut nova, mampu menarik sudut bibir jogi. Jogi mengangguk lalu tersenyum lembut sambil mengelus belakang kepala key "iya, lagian gue suka sama anak-anak. Apalagi kayak key, anak nya pinter dan penurut banget." Nova terkekeh mendengar ucapan jogi, namun ia tidak berniat membalas ucapan jogi. "Unda." Panggil key "Iya sayang kenapa?." Sahut nova. "Puyang?." Jawab key. Yang dimaksud 'puyang' itu 'pulang' "Iya nanti kita pulang tapi ngga sekarang." "Kenapa?." Key mendongak kan kepala nya untuk menatap wajah cantik nova. "Kan bunda belum di bolehin pulang, sayang. Ga papa ya key nunggu sebentar." Kata nova menjelaskan. "Iya da papa." Usai mengucap kan itu, key pun kembali menenggelamkan kepala nya ke dalam ceruk leher nova. "Unda antuk." Kata key "Iya key tidur aja." Balas nova, sambil menepuk-nepuk punggung putra kecil nya dengan pelan. "Mmzz... saya karrenova silvana arisha, saya murid baru disini." Jelas nova memperkenalkan diri nya pada jogi. "Ah iya, kalo gue joginand piero arumandra. Lo bisa manggil gue jogi. Gue kelas XII-IPS-3." Kata jogi ikut memperkenal kan diri. "Arumandra." Gumam nova pelan, yang tentu saja tidak di dengar oleh jogi. Namun setelah nya nova menggeleng. Tidak mungkin!. Nova kembali tersenyum "oh kamu kakak kelas aku kalau gitu." Raut terkejut jogi tampak kentara terlihat "oh ya, emang lo kelas berapa?." Tanya jogi masih dengan wajah terkejut nya. "Aku kelas XI-IPA-1." Jogi mengangguk-anggukan kepala nya pertanda mengerti. "Berarti lo sekelas sama adek gue. Kebetulan adek gue juga sekelas sama lo." Nova mengangguk sekilas seraya tersenyum kikuk "ah iya." Gumam nya pelan "Oh iya, key itu..." kata jogi menggantung kan ucapan nya. "Dia anak saya kak."jawab nova cepat, karena ia sudah menduga jika pria tampan di depan nya akan bertanya tentang status key. Jogi gelagapan, ia menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Padahal tadi dia tidak akan jadi menanyakan perihal status antara nova dan balita tampan bernama key itu. Nova tersenyum penuh arti. "Kalo begitu saya permisi dulu kak, bu tia sama bu kiran sudah menunggu. Permisi." Nova pun akhir nya undur diri, ia kemudian pergi meninggalkan jogi di lapangan basket. Dan menghampiri bu kiranti dan bu tia yang sudah menunggu nya di pinggir lapang. Jogi menatap punggung kecil nova yang berjalan menjauh "cantik sih, tapi sayang udah punya buntut." Batin nya. Lalu jogi pun menghampiri sahabat dan teman se-ekskul nya yang tengah beristirahat di pinggir lapang. "Wehh.. mas bro, udeh balik aje lo." Seru randi menyambut kedatangan jogi. "Bacot lo ah." Balas jogi ketus kemudian duduk di samping dira. "Yee.. biasa aja kali." Cibir randi pelan. "Eh.. btw adek gue mana?." Tanya jogi. "Si ken?." Tanya dira. "Ya iyalah ogeb, adek gue siapa lagi kalau bukan si ken." Semprot jogi seraya menjitak kepala dira. "Yee.. sewot mulu lo, padahal tadi ngga. Apa jangan-jangan lo lagi PMS ya?." Celetuk bimo yang duduk di samping dira. Bimo itu sahabat nya ken, yang kalo ngomong suka nyablak. "Anj*ng lo kira gue cowok apaan." Sewot jogi. "Noh, tadi si ken izin ke toilet sama si deno." Meskipun tengah kesal pada sahabat nya, tak urung dira pun menjawab pertanyaan jogi. "Oh." "Eh iya bang." Seru ardhi pada jogi "Paan?." "Anak cowok tadi mana?." Tanya nya. Pertanyaan dari ardhi--sahabat adik nya, membuat jogi teringat kembali pada nova, ibu dari key. "Udah di bawa sama nyokap nya." Jawab jogi akhir nya, setelah lama ia terdiam. "Yang mana. Perasaan gue cuma liat bu kiran deh." Ardhi menggaruk rambut nya yang memang terasa gatal. "Ya iyalah lo ngga bakal liat, nyokap nya aja seumuran sama lo." Batin jogi. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenar nya, karena ia takut apa yang ia lihat tadi itu tidak benar. Dan malah berakhir dengan diri nya yang menyebarkan ghibah. "Heyy..heyy.. eperibadeh." Sapa deno dengan wajah ceria nya. Mengundang dengusan dari anggota ekskul basket. "lama." Protes randi saat deno duduk di samping nya. Sementara, ken mengambil tempat duduk di samping jogi. "Hehehe.. sorry bang ran, tadi gue sama ken mampir dulu ke kantin." Jelas deno. "Kita di pesenin makanan ga? Awas aja kalo ngga." Ancam bimo. "Udah. Nanti dianterin sama mang ujang." "Aseek... babang deno pokok nya yang paling the best." Pekik bimo heboh. "Ada mau nya baru muji." Cibir deno pelan. Randi yang mendengar cibiran deno terkekeh, lantas ia pun menepuk-nepuk punggung deno, adik kelas nya sekaligus adik tiri nya. "Sabar no sabar, orang sabar p****t nya lebar." Mendengar ucapan randi barusan membuat bibir deno mencebik. "Udah ah, lu nepuk punggung gue kek nafsu bener, sakit tau." Protes deno seraya menyingkirkan tangan randi dari punggung nya. Randi yang gemas pun mengacak-acak rambut hitam deno membuat si empunya mendengus. "Gaya lo dasar adek boncel." ♡♡♡♡♡♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD