Contrattempo

1175 Words
Acatia dan juga Alisha sudah berada di Venice Marco Polo Airport sejak sejam lalu. Mereka menggunakan kereta api untuk ke bandara. Jika Alisha sibuk dengan melirik dan mencari sosok keluarga Uistean, maka beda halnya dengan Acatia yang memilih duduk sambil memainkan ponsel pintarnya. Kacamata hitam membingkai indah diwajahnya yang putih dan mulus. Sedangkan, Alisha, kaca mata hitamnya sudah ia letakkan diatas kepala. Gerakan Alisha yang terlihat mondar-mandir sejak tadi mau tak mau membuat Acatia terganggu. Ia menatap jengkel pada kakaknya. Sudah sejak semalam kakaknya bertingkah seperti orang gila karena tidak sabar menunggu yang katanya calon suami dari kakaknya membuat Acatia penasaran seketika. “Berhentilah mondar-mandir seperti itu. Kepalaku pusing melihatmu tak berhenti bergerak sejak tadi.” Alisha berdecak. “Kau tidak tahu bahwa aku sangat gugup, hah? Sudah belasan tahun kami tidak bertemu dan aku yakin dia akan sangat tampan.” “Ya, dan jangan sampai kau pingsan didepannya.” Sahutnya tanpa tedeng aling-aling. Lalu, kembali memusatkan fokusnya pada ponsel pintarnya. Alisha memilih untuk meninggalkan Acatia yang duduk dikursi santai dilantai bawah. Sedangkan, ia memilih untuk naik ke lantai atas melihat apakah keluarganya sudah sampai atau belum. Getaran di ponselnya membuat Alisha segera menggeser warna hijau. “Ya, Ma?” “Apa mereka sudah sampai?” Tanya sang Ibunda membuat Alisha menggeleng pelan. “Sepertinya belum.” “Ya sudah, Mama akan menyiapkan makan siang lebih dulu.” Alisha mengangguk walau sadar sang Ibu tidak dapat melihatnya. “Baiklah, Ma.” “Alisha?” Tegur seseorang membuat dirinya berbalik dan terbelalak melihat 4 pria tampan, dan dua orang wanita serta satu anak kecil. “Aunty Athila?” Athila mengangguk dan langsung menghambur dalam pelukan Alisha. “Kau semakin cantik saja, sayang.” “Aunty juga..” Balas Alisha ramah kemudian melepaskan pelukan mereka. Kini, Atreo memeluk Alisha. “Apa kabar Alisha?” Alisha tersenyum dan membalas pelukan Atreo. “Kabar baik, uncle..” “Aunty benar, kau semakin cantik saja.” Alisha tidak bisa menahan rona merah diwajahnya hingga kemudian Athila memperkenalkan Alisha pada seseorang wanita yang tak dikenalnya. Berharap wanita itu bukanlah istri dari Pria yang dikaguminya sejak dulu. Pria yang kini sibuk memegang ponselnya sejak kedatangannya. Tanpa sadar, Alisha berdecih. Athan tidak pernah berubah. Selalu sibuk dengan dunianya. “Sayang, perkenalkan, ini Allona istri Allastair dan ini cucu aunty namanya Adler.” Athila berujar ramah. “Alisha..” “Allona..” Setelah berjabat tangan, Alisha memilih untuk menatap jagoan kecil tersebut. “Hay sayang, perkenalkan nama Aunty Alisha..” “Aunty Lica?” Alisha mengangguk dan mengacak gemas rambut Adler. Lalu, menatap Allastair sekilas. “Dia mengambil semua kopianmu..” “Tentu saja. Bukankah aku patut diambil sebagai contoh? Lagipula..” Allastair mendekatkan bibirnya ditelinga Alisha. “Aku tidak sudi jika anakku memiliki wajah dan sifat seperti seorang Pria yang kau sukai.” Alisha membelalakkan matanya. “Ya, karena aku tau kalau Athan lebih tampan darimu kemana-mana.” “Haha..” Tawa Allastair meledak kemudian mengacak rambut Alisha yang jauh dibawahnya 7 tahun. “Aku merindukanmu..” Pria itu memeluk sepupunya dengan sayang. “Tapi, aku tidak! Karena aku hanya merindukannya..” Bisik Alisha disela-sela pelukannya. Allastair terkekeh dan melepas pelukannya segera. “Apa kau tidak ingin memelukku, Alisha?” Kali ini Avram yang bersuara. “Aku juga merindukan konyolanmu, Avram. Kau semakin tinggi saja.” Avram mengangguk dan memeluk Alisha erat. “Dan kau semakin pendek saja.” “s****n!!” Alisha memukul lengan Avram membuat Pria itu terkekeh pelan. Memang Allastair dan Avram lebih ramah dibandingkan Athan yang notabennya pendiam. “Aku lelah. Apa tidak bisa lanjut peluk-pelukannya dirumah?” Suara datar itu menghancurkan kebahagiaan siapa saja tanpa sisa. Alisha mengutuk dirinya sendiri karena sudah menyukai Pria bernama Athan! “Baiklah, sebaiknya kita pulang sekarang, ayo..” *** Sudah hampir dua jam dirinya duduk sambil memainkan ponsel seakan lupa akan keberadaannya karena terlalu sibuk. Pekerjaannya sebagai dokter benar-benar menghabiskan sisa waktunya, apalagi sebentar lagi dia akan dimutasi ke London. Itu membutuhkan banyak waktu untuk mengurus berkas-berkas nantinya. Acatia melirik pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 1, bahkan nyaris tiga jam mereka disini. Melirik ke sekitar, Acatia tidak lagi menemukan kakaknya. Gosh! Sepertinya kakaknya sudah melupakan keberadaannya karena sibuk sama calon pengantinnya. Mencari kontak dengan nama Alisha, lalu menghubunginya. Di dering keempat, sang kakak baru mengangkat. “Halo, Acatia! Gosh, aku lupa jika aku pergi bersamamu. Ya Tuhan, bagaimana ini??” Sialan! Makinya dalam hati. “Dimana kau sekarang?” Tampak ragu, Alisha menjawab tidak enak. “Aku baru sampai rumah.” Brengsek! “Kau meninggalkanku seorang diri dibandara, Alisha?!” Suaranya terdengar mengancam. “Sudahlah, ku tutup!” Tanpa mau mendengar jawaban dari Alisha, Acatia segera menutup panggilannya dan beranjak bangun untuk kembali ke rumah. Dia akan memberi pelajaran pada kakaknya yang sudah pikun tersebut. Lagipula, mana mungkin dia bisa melupakan adik cantiknya disini? Benar-benar… *** “Ada apa, Sayang?” Tanya Mamanya saat melihat Alisha tanpa panik dan takut. Denise, sang Mama sedang menyiapkan minuman untuk para tamunya. Alisha menatap Mamanya cemas. “Ma, aku melupakan Acatia dan meninggalkannya dibandara.” “Apa?! Bagaimana bisa kau meninggalkannya disana? Astaga, Alishaa.. Dia akan marah besar padamu.” Alisha menunduk dan mengangguk. “Aku tahu..” Denise menggeleng pelan. “Sudahlah, dia sudah besar. Bukan masalah besar itu, antar minuman ini ke depan.” Alisha mengambil nampan yang berisi minuman tersebut dan mengantarnya ke depan. Andrew, sang Papa yang kini sedang duduk bersama keluarga besarnya menatap Alisha yang sedang menyuguhkan minuman dengan pandangan bertanya. “Ada apa? Kenapa Mamamu ribut dibelakang?” Alisha tampak gugup dan menjawab. “Aku melupakan dan meninggalkan Acatia dibandara, Pa.” “Apa?!” Good, Alisha! Kau sudah membuat orang panik dan mempermalukan dirimu sendiri di depan Pria yang kau cintai. “Ada apa?” Kali ini Atreo yang bertanya penasaran dengan apa yang terjadi karena sikap panik kedua orang di depannya dan disusul oleh Denise dari dapur. Bukan hanya Atreo, namun seluruh keluarganya bingung apa yang sudah terjadi.“Alisha meninggalkan Acatia dibandara.” “Acatia?” Allastair bertanya. “Siapa?” “Ah, anak keduamu? Bagaimana bisa? Kami tidak melihatnya dibandara. Lebih tepatnya aku memang tidak mengenalnya dan hanya melihat Alisha seorang diri.” Atreo menyahut. “Benar, kan?” Alisha menarik napasnya dalam-dalam. “Dia ku tinggal dilantai dasar saat aku ingin mencari kalian dan aku lupa keberadaannya saat hendak pulang.” “Astaga..” Bukannya panik, Allastair malah terkekeh geli. “Sikap pelupamu memang tidak bisa dihindarkan lagi, Alisha.”Kali ini, ia merasa sangat malu. “Tapi, aku belum pernah melihat Acatia selama ini..” Lanjutnya membuat semua orang bungkam hingga Denise membuka suaranya. “Acatia lahir dan dibesarkan dirumah Nanny. Jadi, bisa dibilang dia lebih akrab dengan Nanny daripada kami orangtuanya sendiri.” Althia dan Atreo mengangguk pun dengan Avram dan Allastair. Beda halnya dengan Athan yang masih tampak tak peduli hingga suara mengalun lembut dengan nada sinis terdengar ditelinganya. “Aku pulang dan terimakasih karena sudah meninggalkanku sendirian!” Ujarnya sarkas bahkan masih di depan pintu masuk rumahnya tanpa peduli orang-orang yang kini menatapnya dengan pandangan yang berbeda.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD