La cena

1168 Words
Setelah makan siang berlalu, Athan beserta keluarganya masuk ke dalam kamar yang sudah di persiapkan. Andrew dan Denise meminta mereka untuk beristirahat. Padahal, Athan sama sekali tidak merasa lelah mengingat penerbangan yang hanya memakan waktu lebih kurang dua jam. Memilih berbaring di kasur empuk sebesar 6 kaki tersebut dan kembali mengecek ponsel pintarnya mana tahu saja ada pekerjaan yang bisa diselesaikan olehnya. Sejenak, bayangan seorang gadis yang sejak tadi mencuri perhatiannya itu terlintas. Tak pernah lepas dari otaknya. Tatapannya, caranya berbicara, dan sikapnya membuat Athan merasa penasaran karena tidak pernah menemukan wanita seperti Acatia. Berbeda dengan Alisha yang menunjukkan terang-terangan rasa sukanya pada Athan dan itu membuat Athan malas sekaligus muak. “Acatia…” Gumamnya pelan nyaris tak bersuara. Athan menggunakan lengannya sebagai bantal. Menatap langit-langit kamar yang di design seperti abad pertengahan. Semuanya serba unik, berukir dengan indah. Jauh beda seperti di London yang mulai berdesign modern. Awalnya, Athan mengira bahwa rumah unclenya Andrew terletak ditengah-tengah pulau, namun dia salah. Karena nyatanya rumah Andrew terletak di daratan, lebih tepatnya di Venezia Mestre. Cara Acatia berbicara membuat Athan tertarik untuk pertama kalinya mendekati seorang wanita. Ya, Athan memang tidak pernah mendekati wanita karena wanita sukarela memberikan tubuh dan hatinya pada Athan. Namun, kali ini berbeda. Sesuatu di dalam dirinya meminta berontak agar terus berdekatan dengan Acatia. Gadis cantik serta manis seperti jelmaan dewi itu telah mengusik hatinya. Menghela napasnya pelan dan memilih untuk memejamkan matanya. Mencoba mengalihkan pikirannya dari gadis tersebut agar tidak lagi masuk ke dalam pikirannya. Namun, tidak semudah itu karena semakin Athan mencoba menghindarinya, maka semakin banyak pula nama Acatia melayang-layang di dalam otaknya. “Aaarrghh, s**l!!” *** Acatia baru saja menginjakkan kakinya dirumah lewat dari jam makan malamnya. Hari ini dia benar-benar sibuk karena harus melakukan operasi bypass jantung. Melangkah gontai menuju dapur dan membuka freezer dua pintu, lalu mengambil sebotol air mineral dan menenggaknya dengan puas. “Seharusnya kau minum air hangat.” Acatia nyaris menyemburkan semua minumannya yang belum tertelan habis. Dirinya kaget karena tiba-tiba saja suara itu muncul membuat badannya seketika berbalik dan menatap jelmaan dewa di depannya. Jantungnya kembali bertalu kencang. Namun, dengan cepat Acatia menguasai dirinya dibawah tatapan tajam sang Pria. “Siapa kau?” “Uistean Athan Tertulio. Putra ketiga dari pasangan orangtuaku!” Jawaban yang tidak pernah disangka oleh Acatia membuat matanya melebar karena kaget. Tidak menyangka jika di depannya adalah Pria yang diceritakan oleh Alisha. “Kau bercanda?” Gelengan santai itu sudah menjelaskan membuat otak Acatia berpikir ulang sebelum meletakkan jas dokter serta handbagnya diatas meja pantry. Menatap Athan lekat seolah menelisik sebelum bertanya serius. “Jadi, kau adalah calon suami Alisha?” Athan mengerutkan dahinya tidak suka. Menyadari bahwa Alisha sudah mengklaimnya seperti itu. “Tidak. Aku sama sekali tidak berniat menikahinya.” “Apa?!” Helaan napas pelan dan berat membuat Acatia mundur selangkah. Dia adalah Pria yang berbahaya dan Acatia tau itu. Namun, dia tidak boleh terperangkap dalam mata hitam nan kelam tersebut. Sejenak, kesunyian menaungi kala keduanya saling tatap menatap hingga Acatia memilih berdeham karena tidak nyaman dibawah tatapan dominan yang bahkan mampu menguasai dirinya. “Jadi, apakah Alisha berbohong padaku?” Athan mengangkat bahunya. “Mungkin dia memang menginginkan aku jadi suaminya. Lagipula, sejak kecil kami sudah dijodohkan.” Acatia memilih mengangguk dan kembali menghabisi sisa air mineral dalam botol tersebut. Berusaha untuk tidak memperdulikan tatapan tajam yang kini menyelidikinya. Seolah mencari tau isi hatinya. “Yah, kuharap kau bisa membahagiakan Alisha. Dia sangat mencintaimu.” Sahutnya santai membuat rahang Athan mengatup menahan geraman karena wanita didepannya benar-benar tidak jatuh pada pesonanya. “Dimana yang lain? Kenapa sepi sekali?” Tanyanya lagi. Athan memejamkan matanya erat untuk menetralkan emosinya dan menjawab santai. “Mereka keluar.” “Kenapa kau tidak ikut? Bukankah tujuan kalian berliburan?” “Banyak pekerjaan. Aku malas!” Athan kini memilih untuk duduk di depan Acatia. Memperhatikan wajah cantik yang seakan tidak pernah puas untuk dipandang. “Sejak kapan kau kembali ke keluargamu?” “Saat umurku 15 tahun.” Balasnya singkat dan memilih untuk melihat bahan makanan yang tersedia di dalam kulkas. “Kau sudah makan?” Athan mengangguk. “Baguslah, setidaknya kau tidak perlu merasakan makanan racun buatanku.” Sahutnya cuek dan mulai menyiapkan kacang polong, roti pangsit, serta daging. “Makanan racun?” Tanya Athan tidak mengerti. Acatia mengangguk dan mulai mengiris daging. “Ya, makanan racun. Alisha yang mengatakannya padaku. Padahal dia sendiri belum tentu bisa masak.” Athan menarik sedikit sunggingan dibibir seksinya. Menahan geli karena nyatanya Acatia adalah perempuan yang cerewet dan ketus. Tidak menyaring-nyaring dulu dalam berkata-kata. “Sepertinya aku ingin mencoba makanan racunmu.” “Tidak usah. Kau sudah makan dan aku yakin perutmu akan membuncit jika kau terlalu banyak makan. Uang yang kau gunakan untuk perawatan tubuhmu akan sia-sia.” Kini, Acatia menyiapkan kacang polongnya serta bumbu rempah-rempah lainnya. Ia berniat untuk membuat menu Ackee and Saltfish. “Aku tidak akan gendut hanya dengan makan banyak. Lagipula, aku tidak melakukan perawatan, Nona.” Acatia mengalihkan perhatiannya dari bahan makanan tersebut. Menatap Athan sambil memiringkan kepalanya menyelidik. “Benarkah? Kulitmu bersih dan terawat. Aku mengira kau melakukan perawatan.” Athan nyaris terkekeh mendengar perkataan blak-blakan Acatia. Tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan wanita unik didepannya. Selain tidak terpengaruh akan pesonanya, Acatia adalah wanita jujur, sederhana, namun mampu menarik Pria manapun hanya dengan kepolosan dan kesederhanaannya. “Aku tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti itu. Anggaplah ini bawaan dari lahir.” “Kau benar-benar beruntung.” Serunya kagum dan mulai memasak untuk makan malamnya. Tidak ada lagi yang membuka suara dalam beberapa menit hingga harum masakan Acatia menguar dan masuk melalui indra pembaunya. Dia mulai menyiapkan 2 piring dan meletakkan masakannya ke dalam piring masing-masing lalu menaruhnya di atas meja pantry di depan Athan. “Makanlah. Jika kau mulai merasa pening, hentikan. Karena aku belum mau masuk penjara hanya karena memberikanmu masakan beracunku.” Kali ini, Athan benar-benar tidak bisa menahan senyumnya. Membuat Acatia terpana pada ciptaan Tuhan didepannya. “Kau benar-benar tampan..” Athan kembali berwajah datar. “Benarkah?” Acatia mengangguk. “Sudahlah, aku sudah lapar. Selamat makan.” Ia benar-benar tidak mengeluarkan suara apapun lagi dan hanya berkutat pada makanannya. Keduanya memiliki satu persamaan, yakni sama-sama tidak membuka suaranya saat makan. Di sela kesibukan makannya, Athan sesekali menatap wajah cantik Acatia yang tampak tenang sangat makan. Dia menyukainya. Menyukai apapun yang ada dalam diri Acatia. Selain pintar memasak, Acatia adalah wanita sempurna. Ya, Athan akui masakannya terasa pas dilidah dan sangat lezat membuat Athan menghabiskannya tanpa sisa. “Terimakasih atas makan malamnya.” Acatia menengadah dan menatap Athan sambil tersenyum. “Ya, sama-sama.” Ia kembali mengambil piring kotor dan menumpukkannya di wastafel lalu mulai mencucinya. Tidak sekalipun Athan mengalihkan perhatiannya dari Acatia. Jika seperti ini, mereka seolah-olah adalah pasangan suami istri yang bahagia. Dimana sang istri bekerja dan suami menemaninya. Sialan! Athan memaki dalam hati. Pikirannya semakin kacau saja. Hingga suara sayup-sayup diluar memenuhi pendengaran keduanya. Mereka saling tatap sebelum beranjak bersama untuk menemui keluarganya yang baru saja pulang dari jalan-jalan.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD