Playlist ;
1. Drag Me Down - One Direction.
2. What Do You Mean - Justin Bieber.
3. Shape of You - Ed Sheeran
โจCakrawalaโจ
"Ke depannya, lo mau gimana Cak?"
Caka menatap Rifat dengan bingung, "Apanya?"
"Lo sama Kayla."
"Ooh." cowok itu mengangguk. Bintang dan Farhan, seperti biasa, mereka hanya diam menyimak. Memang, di antara mereka berempat, hanya Rifat yang mengikuti alur percintaannya.
"Oh doang?"
"Ya mau gimana? Harus lebih berusaha, dikit lagi sih."
"Gimana sih? Gak jelas lo, tumben banget--"
"Enggak gimana-gimana, lo tau sendiri doi ini keras bro, harus lebih extra lagi."
Rifat terkekeh, "Udah lah, cari yang lain aja, banyak kok yang mau sama lo."
"Beda bro, yang ini tuh sok jual mahal, jadi gue tertantang. Tinggal dikit lagi. Dia udah mau diajak pulang bareng, diajak hangout juga mau, itu udah kemajuan yang cukup pesat."
Rifat mengangguk, "Keren, dikit lagi lo juga berhasil. Saran gue sih, untuk sekarang jangan deketin siapa-siapa dulu, cukup dia aja biar dia percaya."
"Menurut gue, Kayla udah ada rasa, cuma dia ragu sama lo." kini Farhan bersuara membuat Caka dan Rifat menoleh kearahnya.
"Kenapa? Itu menurut gue. Dia itu orang yang keras, tapi dia sebenernya gampang luluh, cuma dia gunain kerasnya itu buat ya semacem berlindung."
Caka dan Rifat menatap Farhan dengan tatapan bingung, "Tau dari mana lo?"
Farhan berdecak keras membuat Bintang yang sedang memainkan HP nya menoleh.
"Gue temen SMP nya kalau lo lupa."
โจCakrawalaโจ
Caka, Rifat dan Farhan terbahak melihat Bintang keluar dari kelas dengan wajah murung.
"Kenapa lagi?"
"Kaya gak tau aja lo Cak. Tentu aja gak lain gak bukan, pasti Jasmin."
Bintang mengangguk dengan lemah, "Cewek gue mau pindah."
Kini Caka dan dua orang lainnya tak lagi tertawa, dia memasang wajah serius.
"Serius lo?"
"Kapan?"
Caka, Farhan dan Rifat berpandangan, kali ini mereka tak ingin bercanda.
"Besok."
"Kenapa emangnya? Tanggung banget."
Bintang menggeleng, "Katanya kejauhan."
"Kejauhan apa dah? Rumahnya dari sekolah--"
"Bukan, dia pindah rumah."
"Lho, gimana sih maksudnya? Dia pindah rumah, doang?"
"Iya, gue pikir mau pindah sekolah."
Tiba-tiba Bintang menggeram, "Anjing, gimana ini?"
"Lo kenapa sih?"
"Jasmin pindah rumah, udah gak di sana lagi. Mulai besok dia jadi tetangga gue."
Farhan mendengus keras, "Anjing! Gue pikir kenapa. Kenapa lagi lo murung gitu? Jad tetangga lo? Berarti kan setiap hari bisa ketemu, tiap jam lo bakal bisa ketemu. Malem minggu gak usah keluar rumah, tinggal--"
"Ya justru itu. Gue berharap bahkan setiap ketemu itu di luar. Bokapnya dia galak bener coy, takut gue kalau tiap pacaran cuma di rumah."
Caka mengumpat, "b*****t!"
Sebelum Bintang kembali bicara, Caka melangkah pergi kala melihat Kayla yang berjalan bersama Rina--temannya--menuju lobi.
"Mau ke mana lo?"
"Biasa." tanpa menoleh Caka menunjuk dua orang tak jauh di depannya."
Dia tak langsung menghampiri, terdiam sebentar sebelum akhirnya mendekat kala Rina tak lagi bersaa Kayla.
"Kay, pulang sama siapa?"
Kayla yang sedang memainkan HP nya menoleh, "Oh, hai Cak. Rencana sih mau naik taksi online."
Caka tersenyum, "Masih rencana 'kan?"
"Iya, emangnya kenapa?"
"Udah pesen belum?"
Kayla menggeleng, "Belum nih. Sebenernya udah, cuma belum dapet dari tadi, jam pulang soalnya."
Caka mengangguk senang, "Kalau gitu gak usah pesen, sama gue aja, sekalian gue mau makan, laper."
"Serius?"
"Iya, udah ayo." ajak Caka seraya menarik pelan tangan Kayla untuk mengikutinya menuju motor.
โจCakrawalaโจ
"Ma, gak lucu ih!"
Diva merengut tak setuju ketika sang mama mengatakan ingin memindahkan sekolahnya.
"Lho, emangnya kenapa?"
"Aku udah nyaman--"
"Kamu nyaman karena kamu udah lama di sana, nanti pun kalau kamu pindah, kamu bakal nyaman juga."
"Mama sendiri, kenapa mau aku pindah?"
"Ya gak kenapa-kenapa, cari suasana baru aja."
Diva menggembuskan nafasnya, "Emangnya aku mau pindah ke mana dan kenapa di sana?"
"Ke SMA Harapan Bangsa. Kenapa di sana? Karena Harapan Bangsa akreditasinya A, dan di sana kamu bisa mengeksplore apa yang kamu mau dan kamu bisa."
"Apa? Harapan Bangsa?"
Diva mengangguk lemah.
"Iya, dan kenapa harus di sana sih? Enggak, bukan, kenapa harus pindah? Nyokap kenapa aneh banget sih?"
Firly terdiam, "Emangnya kenapa di sana? Kan di sana bagus."
Diva melotot, sepertinya Firly melupakan sesuatu.
"Lo gak lupa kan kejadian satu bulan lalu?"
"Satu bulan lalu--oh, yang itu! Yaelah, itu kejadian juga udah satu bulan, Div. Mereka-mereka juga udah lupa pastinya. Lagian kejadian itu juga bukan kejadian penting yang harus mereka inget seumur hidup."
"Tapi gue--"
"Dan lagi, murid di SMA GARUDA bukan cuma lo doang, jadi jangan mikir kejauhan."
"Iya sih, tapi kan--"
"Gak ada tapi-tapian Diva. Gue jadi lo sih seneng pindah ke sana. Sekolah lumayan elite, banyak cowo ganteng nya lagi. Lo pindah ke sana, siapa tau langsung dipepet cowok. Perjalanan cinta lo burik banget di sini."
Mendengar saran dari Firly membuat Diva memutar matanya.
"Di otak lo yang kecil itu isinya cuma cowok doang ya?"
"Yaelah, otak gue gak kecil!"
"Terus apa?"
"Mini! Puas lo!"
Diva terbahak hingga membuat teman-teman kelasnya menoleh dan menatapnya sebal. Kebiasaan jika sudah tertawa pasti akan mengganggu yang lain.
"Sorry guys, sorry."
โจCakrawalaโจ