𝐊𝐡𝐚𝐝𝐢𝐯𝐚 𝐌𝐮𝐭𝐡𝐢𝐚

1151 Words
Playlist; 1. Tomboy - Destiny Rogers. 2. Love Songs - Kaash Paige. 3. Typa Girl - Blackpink. ✨Khadiva Muthia✨ "Ah b******k!" Sebenarnya tak ada yang terjadi, tapi cewek dengan seragam rapi itu tak sengaja menginjak ranting hingga membuatnya terkejut. "Gila! Ini gue yang ada kuota atau emang gak ada signal sih?" "Div, kenapa sih?" "Ini coy, gue kirim chat ke nyokap, tapi pending." "Gangguan kali, gue juga gitu kok." Mendengar temanmya bicara seperti itu membuat cewek bernama Diva itu tersenyum girang. "Jadi gue bukan gak punya kuota?" Firly mengangkat kedua pundaknya, "Ya gue gak tau somplak!" Diva mengangguk, "Cabut yok, bosen gue." "Ke mana?" "Ke mana kek, di sini gue ngantuk banget." "Ayo deh." Diva dan Firly pergi meninggalkan sekolah dengan cara mengendap-ngendap, untunglah seluruh kendaraan murid diparkir di luar sekolah. Dan sekarang, di sinilah mereka berada. "Ngapain kita ke sini, Div?" Firly bertanya bingung karna Diva tiba-tiba menghentikan motornya di dekat sekolah yang cukup jauh dari sekolahnya. "Mau jajan gue." Firly mendengus, "Jajan aja sampe ke sini, di sekolah juga banyak yang jual jajan kali!" "Ye, santai keles. Bosen gue sama jajanan sekolah yang itu-itu aja." "Gaya lo bosen, biasa ngutang aja." Diva menoyor kepala Firly, "Gue ngutang juga pas pulang langsung gue ganti, balik lagi gue ke sekolah buat ganti tu utang! Emang lo, yang ditagih dulu baru bayar!" Ucapan sinis Diva tak Firly gubris karna cewek itu kini sudah berdiri di depan gerobak Es Cendol. "Mang, Es Cendol sama Es Campur nya masing-masing satu. Yang Es Campur gulanya kurangin ya." Diva sendiri sudah berdiri di depan gerobak Bakso. "Mie Ayam satu, komplit. Sama Bakso Urat nya satu." ✨Khadiva Muthia✨ "Gue kenyang banget asu." gumam Diva membuat Firly terkekeh, "Makanya, jadi orang tu jangan laper mata, liat yang menarik dikit lo deketin tu gerobak." Firly menatap mangkok Bakso dan dua gelas es teh manis yang sudah kosong. Cewek itu bahkan baru saja menghabiskan Es Campur nya. "Lebay deh lo, namanya juga laper--" "Ya laper habisin dulu yang ada, masih laper juga, baru pesen yang lain! Udah kaya gini gue gak mau nungguin lo berak di parkiran--" "b******k, gue mules." ujar Diva panik karena perutnya yang tiba-tiba mulas. Firly membelalakkan matanya. "Mang, di sini ada toilet gak?" "Toilet? Ada neng, toilet satpam yang di sekolah sebrang, saya biasanya ke sana kalau mau buang air. Tapi ya itu neng, pintunya gak ada gantelannya." Perkataan penjual Es Campur membuat Firly meringis sementara Diva menggigit bibirnya menahan mulas. "Pegang batu, lo cari batu terus digenggam, cepetan!" Diva pun menuruti perkataan Firly yang memintanya untuk mencari batu, setelah dapat diapun menggenggamnya. "Neng, itu temennya kasian banget, tapi kamar mandi di pos satpam gak aman." Entah apa yang dia pikirkan, namun secara tiba-tiba sebuah ide terlintas, "Pak, ini udah istirahat belum ya?" tanya Diva seraya menatap penjual Es dan sekolah di sebrangnya bergantian. "Istitahat ma udah dari tadi neng, sekarang lagi pada belajar, tapi--" Belum selesai penjual Es itu bicara, Diva sudah berlari menyebrangi jalan yang kebetulan sepi dan Firly tak bisa menahan kala kini tak lagi melihat presensi temannya. "Kalau gitu saya ke sana aja deh. Mules banget gak tahan." Kini Firly menatap penjual es dengan tatapan bingung, "Tapi kenapa mang?" Si penjual es itu meringis, "Istirahat pertama emang udah dari tadi, tapi istirahat kedua belum. Ini bentar lagi juga istirahat--" Lagi, perkataan penjual es itu terpotong kala suara bell terdengar. Firly membelalakkan matanya, saat menatap jam-- "Anjrit Diva." ✨Khadiva Muthia✨ Diva berlari mencari toilet, walaupun sudah bertanya pada satpam dia tetap sulit menemukan tempat pembuangan itu karena tempat itu bukan wilayahnya. "b******k, toilet mana sih?" Sambil terus berlari, Diva sesekali bergumam, "Untung aja lagi pada belajar, coba aja kalau engga, malu banget gue, mana lagi pakai batik sekolah." Saat melihat plang bertuliskan toilet Diva berbinar, baru saja ingin menambah kecepatan larinya, dia mendengar derap langkah kaki yang tak beraturan seolah tengah lomba lari, dan suaranya semakin dekat. "Kenapa--" Kringggg~ Matanya membelalak, bukannya berlari, Diva justru terdiam dengan wajah yang entah bagaimana bentuknya. "Kayanya gue cepirit deh." gumannya yang dia yakini hanya dia yang mendengar, nyatanya tiba-tiba ada yang berbisik, "Lo anak sekolah Garuda, kok ada di sini?" Seketika perutnya berhenti mulas dan rasa ingin buang air itu tak lagi ada. Dengan ragu Diva membalikkan badannya dan orang yang tadi berbisik tengah menatapnya dengan tatapan bingung. Diva meringis, "Boleh gue tau, toilet ada di mana?" Dalam hati dia mengumpat, untunglah cewek itu tak mengenalnya, begitu pun sebaliknya. Jadi jika nanti dirinya menjadi topik obrolan di sekolah ini, dia tak perlu khawatir. Setelah cewek itu memberi tahunya letak toilet, dia segera berlari setelah mengucapkan terima kasih. Di dalam bilik dia mengatur nafasnya yang terengah. "Sial, sial sial." pekiknya tertahan. Wajahnya entah semerah apa sekarang. Ingin menghubungi Firly, tapi dia baru ingat jika HP dan dompetnya berada bersama Firly. "Mau nangis aja gue." gumamnya lirih. Berkali-kali dia mengumpat dalam hati karena dia tak lagi mulas. "Istirahat ke dua biasanya lama, setengah jam mungkin. Gak mungkin gue nunggu selama itu tanpa ngapa-ngapain, mau keluar tapi gue takut, mau lepas seragam, gue cuma pake tanktop." ✨Khadiva Muthia✨ Di dalam bilik Diva terus menggigit jarinya. "Keluar, enggak. Keluar, jangan. Aduh, gue udah muak banget berdiri di sini, udah hampir 10 menit gue di sini, gak ngapa-ngapain, berdiri doang." Dengan bermodalkan nekat Diva memilih keluar. Saat membuka pintu, Diva mematung. Sial. Ternyata banyak yang sedang mengantri dan orang-orang di sana menatapnya dengan berbagai pandangan dan dia tak ingin repot-repot mengartikann tatapan mereka satu per satu. Yang pasti, mereka bingung dengan keberadaannya. Sebelum banyak yang bertanya dan memandangnya aneh, Diva memberikan cengirannya. "Sorry ya lama, gue mules banget." Setelah itu dia pergi dengan terburu-buru. Karena terlalu terburu-buru Diva sampai tak sadar jika seseorang mengikutinya. Ketika sadar, dia berhanti melangkah secara tiba-tiba sehingga orang itu menabraknya. Dan sialnya, karena dia memang letoy, sehingga akibat 'tabrakan' itu, dia tersungkur. Di hadapan orang-orang. Di koridor sekolah, menuju ruang kaca--lobi. Ini karma karena gue berani bolos. Dia yakin Firly pun akan mengatakan hal yang sama. Malu dan kesal, semuanya menjadi satu. Dengan segera Diva bangkit dan berdiri, dia menatap orang yang mengikuti dan menabraknya tadi dengan sinis. "Lo siapa sih? Ngapain ngikutin gue? Jangan mentang-mentang gue bukan murid di sini lo bisa berbuat seenaknya." ujarnya sinis namun pelan dan kali ini dia pastikan hanya dia dan orang itu yang mendengar. Tanpa menunggu jawaban dari orang itu Diva segera berlari meninggalkan semuanya, orang-orang yang menatapnya dengan berbagai sudut pandang. Sesampainya Diva di luar, cewek itu mengatur nafasnya. "Sial banget gue hari ini." "Div! Diva!" itu suara Firly dan dia segera berlari menghampiri temanmya yang menatapnya cemas. "Diva, lo kok--wait, lo bocor ya?" Awalnya Diva tak mengerti, namun ketika Firly memutar tubuhnya, barulah dia sadar. Detik itu juga Diva ingin segera menghilang. Seketika ingatannya terputar pada kejadian beberala saat lalu. "Dih, dasar, padahal mau ditolongin. Gue yakin dia mau dipinjemin jaket." ✨Khadiva Muthia✨
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD