“Selamat. Kamu sangat cepat mengambil hati Ibuku.” Maya berkata dengan cemberut pada ponsel yang ia posisikan berdiri di atas meja rias.
Maya baru saja selesai mandi ketika Vincent menghubunginya. Pria itu berkata bahwa dia sudah tiba di penthouse. Dan karena mereka melakukan panggilan video, Maya bisa melihat latar di belakang pria itu yang memang interior di penthouse Vincent.
“Sepertinya kamu tidak senang.”
“Tentu saja.” Bibir Maya semakin menukik ke bawah. “Kamu dengan mudahnya mendapatkan yes dari Ibuku. Tapi aku malah susah mendapatkan pengakuan dari Mamamu.”
Maya mencondongkan tubuhnya pada ponsel. “Katakan padaku apa rahasianya, ayo! Ajari aku!”
Vincent tertawa pelan di ujung telepon. Pria itu baru saja masuk ke dalam kamar. “Mamaku akan menyukaimu nanti.”
“Aku berharap begi
