Thalia mematut dirinya di cermin. Ia memilih penampilan kasual. Napasnya berkali-kali berembus kasar. Terkadang ia menggigit bibir. Lipstik tipis berwarna merah muda yang ia sapukan terhapus lagi. Itu bukan kencan pertamanya, tapi ia gugup sekali. Entah ke mana Costa akan membawanya nanti. Mendadak saja ia tidak percaya diri. Satu hal yang ia antisipasi adalah berapa pasang mata akan tertuju pada pria itu dan tentu saja ia akan terlibat di dalamnya. Walaupun sering bersikap masa bodoh dan sesuka hati, menjadi bahan gunjingan publik adalah sesuatu yang ia hindari. Padahal, itu hanya kencan biasa. Ia tidak mungkin diajak candle light dinner segala, mengingat hubungan mereka yang terombang–ambing di tengah prasangka bahwa itu hanyalah hubungan pura-pura. Ya, itu murni prasangka. Ia menga

