Chapter 2 : Moving too Fast

978 Words
Lorna menelan saliva, menarik sudut seprai dengan kuat sambil menutup mata  rapat. Ia merasakan sebuah bibir mencumbunya dekat, lekat begitu penuh gairah. Sesekali tangan pria itu menyentuh pinggulnya, meremas kuat tubuhnya begitu lama. Sekali lagi ia merasa seakan begitu sesak saat cumbuan itu semakin dalam hingga rasanya sulit untuk melepaskan begitu saja. Namun sepersekian detik kemudian, sosok itu melepaskan ciumannya. Mempertemukan kedua mata yang begitu saling membutuhkan. "Kau merindukan ku, honey?"tanya sosok itu membuat Lorna langsung membuka mata. Membulat besar dan segera menaikkan tubuhnya. "Alexander!"tukas Lorna memegang kuat dadanya yang tengah berdetak kencang. Ia memegang kuat rambutnya, mengedarkan pandangan ke tiap isi rumah lalu terhenti pada Rowan yang tengah menatapnya penuh tanya. "Siapa Alexander?"seketika pria itu penasaran, mencoba mencari tahu nama yang di sebutkan Lorna saat ia bangun dari tidurnya pagi ini. "Rowan apa kau di sini sejak tadi? Apa tidak ada seseorang yang masuk ke sini kan?" "Lorna apa maksud mu?"potong Rowan cepat mencoba mendekat dan meraih jemari wanita tersebut, meremasnya kuat. "Aku—"Lorna mengeluh, menarik jemarinya dari sentuhan pria itu dan memegang kepalanya begitu kuat. "Kenapa dia kembali muncul di pikiranku?"batin Lorna mengingat mimpi nya yang tampak begitu nyata. Hingga debaran jantungnya berpacu sangat cepat. "Ceritakan padaku, apa kau punya masalah?"tanya Rowan kembali, menaikkan dagu wanita tersebut hingga kedua mata mereka bertemu. "Kau ingin mengajakku pergi hari ini kan?"Lorna menghindar mencoba mencari cara lain untuk tidak mengungkit apapun soal masa lalunya. Tringg!! Percakapan itu terhenti sejenak, Rowan melirik ponsel yang ia pegang sejak tadi dan tersenyum kecil. Jemari itu tampak menari cepat pada layar ponsel tanpa menghiraukan seseorang yang tengah menatapnya cukup penasaran. "Ada apa?"tanya Lorna datar. "Tidak! Seseorang mengomentari postingan ku di **,"balasnya sambil menatap layar ponsel itu begitu lekat. "Kau tampaknya aktif di media sosial,"sindir Lorna mengedarkan pandangannya lekat dan beranjak bangun dari tempat tidur. "Aku hanya ingin memperkenalkan mu!" "Maksud mu?"Lorna mengerutkan kening, Ah- wanita itu menutup seluruh aksesnya. Tidak ada satupun media sosial bahkan ia sengaja menggunakan ponsel biasa untuk menghilangkan jejak. Ia tidak butuh camera atau fitur canggih apapun. "Aku memposting fotomu! Foto kita!" "Apa? Rowan aku sudah katakan jangan posting apapun tentang ku, sekalipun itu hanya ujung kaki ku, kenapa kau—" "Lorna kenapa kau begitu marah? Ini hanya sebuah foto! Aku tidak melakukan apapun terhadap hal itu,"potongnya memasang wajah penuh tanya. "Rowan kau tidak tahu apa yang pernah aku alami hingga sampai di sini! "Lorna membentak dengan nada yang begitu kasar, terlihat tidak ingin kalah. "Apapun yang ada di masa lalu, aku akan melindung mu!" "Kau tidak paham!"wanita itu mencoba menjelaskan sesuatu yang seharusnya tidak ia ingat lagi. "Kau pikir aku tidak cukup untuk melindungi mu?" "Demi Tuhan! Kau tidak akan pernah bisa melakukan apapun untuk ku jika—" "Lorna sudahlah! Aku tidak ingin bertengkar denganmu,"potong Rowan sambil mengeluh pelan sambil menatapnya tajam. "Aku mohon hapus fotoku!"pinta Lorna penuh harap mencoba membuat pria itu paham. Rowan mengangguk menaikkan ponselnya kembali dan tampak mengutak-atik ponselnya. Ia hanya mengarsipkan foto itu, tidak benar-benar menghapusnya. "Sudah aku lakukan!"Rowan menunjukkan layar ponselnya pada Lorna membuat wanita itu terdiam lalu mengangguk pelan. "Aku harap kau tidak melakukan hal itu lagi!"Lorna memutar tubuhnya cepat, ingin menjauhkan diri. Tap!! Langkah wanita itu berhenti, Rowan menariknya dan mendadak mendorong Lorna kembali ke atas ranjang. "Rowan apa yang kau lakukan?"Lorna membulatkan mata, melihat pria itu duduk di sudut ranjang sambil menahannya dengan dua tangan. "Kapan kita bisa melakukannya?"tanyanya datar membuat Lorna langsung merasa begitu ketir. Perasaannya campur aduk! Bagaimanapun pria itu kekasihnya dan Rowan sudah menunjukkan keseriusan. "M-melakukan a-apa?"seketika Lorna bicara gagap, menahan diri untuk menjaga jarak. Selama Rowan tidak terlewat batas, ia tidak akan bereaksi. "Aku ingin memiliki mu, Lorna!"bisik nya sambil mengedarkan pandangan di wajah wanita tersebut. "Aku harus—" "Lorna berhentilah menghindari ku! Apa kau benar-benar tidak yakin dengan ku?"potongnya cepat kembali menahan tubuh Lorna lebih dekat. Mendadak pria itu menyentuh paha kanan wanita tersebut. "Rowan!!" Lorna menepisnya cepat, menangkap pergelangan tangan pria tersebut dan spontan mendorongnya menjauh. Hampir saja pria itu terjatuh ke lantai dan beruntung ia masih bisa menautkan diri pada sudut lemari. "Lorna apa yang salah dengan mu? Kau—"pria itu terdiam, mencoba menahan diri lalu memalingkan pandangannya ke arah lain dan segera meraih ponsel miliknya kembali yang sempat ia letakkan di atas ranjang tadi. "Aku pergi!"ucapnya dengan nada kecewa lalu pergi begitu saja dari rumah itu. Rowan terhenti saat ponselnya berbunyi kembali, ia melirik dan menarik napas begitu dalam membaca pesan direct di salah satu media sosialnya. "Ya aku pikir Haggen memang indah, terutama kotaku Danhag!"Rowan membalas cepat pesan itu lalu membuka profil wanita cantik yang tampak mencoba menggodanya intens. Ia tertarik dalam beberapa detik, lalu menoleh kembali ke belakang memastikan Lorna tidak di dekatnya dan terus membalas pesan-pesan tersebut. ______________ Michella melangkah di tengah mansion mencoba mencari Alexander yang tengah  meneliti galeri mobilnya, lalu melangkah ke tengah memerhatikan patung lilin yang ia buat hingga menghabiskan jutaan dollar agar benda itu jadi semaksimal mungkin, tampak begitu realistis bersama gaun pengantinnya.          "Sir,"panggil Michella kembali membuat pria itu menjengah ke arahnya. "Aku sudah dapatkan infonya!"sambung Michella sambil menelan saliva cukup kuat, menyampaikan sesuatu yang ia temukan. Alexander menaikkan salah satu alisnya, menatap begitu lekat dan melangkah pelan ke arah Michella "maksud mu?" "Rowan Emanuel Ryvero! Ia berada di negara Haggen, tepatnya di kota Danhag!"ucap Michella membuat sorot mata Alexander kilat menatapnya seakan penuh harapan. "Kau yakin?" "Yes sir, aku akan mencari lebih detail. Kemungkinan besar nona Lorna bersamanya," "Cari tahu lebih banyak, jika ia memelihara semut pun kau tetap harus memberitahukan hal itu padaku!"perintah Alexander begitu banyak ingin tahu. Sial- postingan yang di temukan Milla berhasil membuatnya sangat frustasi. Ia bertanya-tanya bagaimana hubungan Lorna bersama pria itu sekarang. "Baik sir, aku akan mencari tahu lebih banyak,"tukas Michella begitu penurut. "Sir, aku lupa. Nona Joana tadi datang mencari mu!"sambungnya datar meneliti Alexander yang baru saja ingin kembali  ke dalam ruangan. "Aku akan urus itu. Sekarang kumpulkan semua orang! Setelah pengantaran barang besok kita berangkat ke Haggen!"ucap Alexander membuat wanita itu menelan Saliva. "Sir bagaimana jika kita di serang lagi?" "Aku punya rencana!"jawabnya cepat lalu mendekati patung lilin Lorna kembali dan menatap begitu tajam. "Aku harus cepat menyusulnya!"Alexander meraih ujung pakaian pengantin itu tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun. "Dia harus menepati janji untuk memakai apapun yang aku pilih!"sambungnya sambil memiringkan bibirnya sedikit seakan tersenyum menang ke arah benda itu sambil bernapas sedikit lega.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD