Chapter 1 : Agreession

1252 Words
Falling to Pieces With The Demon's Update     Playlist:  Maroon 5 feat Wiz Khalifa - Payphone •••• "Michella!! Mich-"Alexander berhenti bicara saat wanita yang ia panggil itu cepat berdiri di depannya. "Yes sir,"jawab wanita itu, mengedarkan pandangan ke arah Milla yang tampak membasahi bibirnya, ia terlalu sering sesak napas sejak sekarang. "Cari tahu tentang pria ini secepatnya,"tunjuk Alexander memberikan ponsel miliknya pada Michella dengan cepat. "Lakukan dengan cara apapun!"titahnya lagi membuat Michella mengangguk datar lalu segera menjauh dari kawasan tersebut. "Alexander, kau tidak bisa gegabah. Bagaimana jika Lorna sudah menikah?"Milla mencoba menahan membuat mata pria tersebut langsung terpahat tajam, menusuk mendengar kalimat barusan. "Semua orang butuh dokument untuk menikah!" "Baca caption-nya!"perintah Milla membuat pria itu kembali melirik ponselnya, memerhatikan pesan sarkas padanya. "My baby & LorN,"baca Alexander membatin. "Tidak ada foto anak kecil di sini," "Bisa saja Lorna sedang hamil sekarang!"terang Milla mencoba bersikap realistis. "Ini hampir empat tahun. Mungkin saja ia memilih kehidupan barunya Alexander. Tidak semua orang hanya terpaku pada masa lalu," Alexander mengepal tangannya kuat, mencoba menahan diri lebih lama. Ia tidak ingin terpaku pada pernyataan Milla yang belum jelas. "Apapun yang terjadi, aku akan merebut kembali milikku!" "Alexander..." "Kau tahu bagaimana aku menderita karna kehilangan Lorna,"potongnya cepat membuat wanita itu diam tanpa berani bicara apapun. "Milla,"panggil seseorang membuat mata hijau wanita itu bergerak cepat. "Kembali ke kamar mu dan tunggu aku di sana, ada hal yang perlu aku bicarakan padamu sir,"ucap Billy melangkah pelan sambil mengedarkan pandangannya yang begitu tegang. Milla menelan ludah, mengangguk pelan lalu melangkah cepat ke arah kamarnya sambil mengusap perut yang terasa cukup membebani tubuhnya. "Sir, seseorang mencoba menyerang gudang senjata. Mereka memutuskan listrik melalui jaringan internet dalam 20 menit hingga semua akses mati. 18 orang bodyguard tewas tertembak akibat insiden ini," "Jadi bagaimana persediaan senjata?"tanya Alexander sambil mengepal tangannya kuat. "Kita kehilangan sekitar 20 senjata, tapi mereka tidak berhasil masuk ke ruang utama,"jelas Billy cukup tegang membuat pria itu mengedarkan pandangan ke tiap ruangan. "Siapa pelakunya?"tanya Alexander datar. "Kelompok bersenjata yang menyerang ku dan Michelle pagi tadi,"Alexander langsung melirik Billy kembali lebih tajam. "Kapan jadwal pengiriman barang lagi?"tanya Alexander membicarakan bisnis ilegal yang ia jalani sejak Lorna menghilang dari sisinya. "Lusa sir,"jawab Billy cepat. "Pancing dan dapatkan mereka! Aku akan ikut campur tangan di sini,"ucap Alexander begitu tegas sambil menarik napasnya dalam. "Baik sir, aku akan mengurusnya!"Billy mengulum bibir mencoba menahan diri, ia sedikit sensitif akhir-akhir ini mengingat Milla yang tengah mengandung anaknya. "Berikan tugas ini pada Michella! Kau urus Milla!"seketika sorot mata Billy membulat, pria itu seakan bisa membaca pikirannya. "Sir," "Anak itu sangat terlatih,"potong Alexander membuat Billy tersenyum tipis. ______________ Lorna baru saja keluar dari tempat latihan bela dirinya, ia menyukai olahraga Pankration dan terus mencoba menguasai semua teknik dasarnya. Setidaknya ia bisa melindungi diri di tengah kota padat ini. Wanita itu melangkah pelan menyusuri jalan yang mulai sepi dan gelap, sesekali ia menelan ludah memerhatikan keadaan sekitar lalu berhenti di dermaga yang tampak begitu besar, mengingat bagaimana ia sampai di negara itu untuk pertama kalinya. Mencoba bertahan hidup hingga sejauh ini. "Banyak yang berubah selama 3tahun,"keluh Lorna sambil menunduk malas lalu menarik penuh napasnya yang mendadak tersendat. Merasakan dinginnya malam di Haggen. "Apa kabar mu daddy?"tanyanya membatin mencoba meminimalisir rasa rindunya yang menumpuk bertahun-tahun. Dor!!!  Dor!! "Heidie!"Lorna mendelik mendengar suara teriakan yang begitu mengusiknya, begitu keras mencoba memancing keingintahuan. Wanita itu berlari cepat mencari sumber suara yang tampaknya tidak terlalu jauh. "Your highness!"bisik nya memerhatikan putri mahkota Haggen, Miya Abellone Elizabeth tengah di serang kawanan perampok bersenjata dan berhasil melukai salah satu pengikutnya, hingga pertarungan itu tampak tidak seimbang. Tiba-tiba Lorna berlari kencang, datang dari tempat yang tidak di prediksi oleh siapapun, menangkap leher salah satu pria bertopeng itu dan menekan tubuh nya kebawah begitu cepat. Pria itu nyaris melukai Miya yang begitu fokus memeriksa keadaan pengawalnya yang mengalami luka tusuk. Tidak sampai di situ, mendadak seorang lainnya mendekat. Menarik Lorna begitu cepat menjauhi kawanan nya sambil melemparnya ke lantai tanpa ampun. Seketika wanita itu segera bangkit tanpa membuang waktu mencoba menghindar namun kembali di tangkap. Stranger itu mencengkeram leher Lorna dan langsung membenturkan tubuhnya ke tembok. Lorna memukul-mukul tangan stranger itu berkali-kali, mencoba meloloskan diri hingga ia menendangnya kuat dan berhasil membuat sosok itu menjauh dan terjatuh ke belakang. Ia mengedarkan pandangan memerhatikan salah satu pengawal Miya mengatasi kawanan lainnya.  Seseorang mendekat kembali, tidak ingin kalah pada kekuatan Lorna yang terbilang seadanya. Stranger itu menghunus wanita itu dengan sebilah pisau membuat Lorna cepat menghindar, menangkap dan menaikkan tangan kuat itu ke atas hingga erangan terekam lebih keras, wanita itu menaikkan lututnya menghantam perut pria itu begitu tangkas. "Menyerah lah,"bisik nya masih melakukan aksinya begitu gigih. Dorrr!! Lorna terhenti mendengar suara tembakan, kepalanya seperti berputar kuat dan telinga wanita tersebut mendadak berdenging kuat. Ia seakan melemah mengingat hal buruk pernah terjadi dalam hidupnya. Brakk!! Salah satu perampok itu di tembak mati oleh pengawal Miya dan tubuhnya langsung tergeletak lemah begitu saja.  Melihat itu, pria yang ada di dekat Lorna mencoba membalikkan serangan. Ia mendorong wanita tersebut hingga jatuh dan mencoba kabur, ikut bersama yang lainnya. Tiba-tiba Miya datang dari belakang memukul pria itu dengan bongkahan kayu yang ia temukan membuatnya langsung terjerembab ke bawah. Dor!!  Dor!! Pria itu langsung di sambut tembakan yang di lepaskan dari pengawal Miya pada kedua kakinya, hingga harapannya untuk kabur seketika musnah. "Kau tidak apa-apa?"tanya Miya mencoba membantu wanita itu bangkit dari tempatnya. Memerhatikan Lorna mengangguk dengan wajahnya yang pucat. "Saya tidak apa-apa, your highness." Miya mengangguk, "terimakasih,-" memutar tubuhnya menghadap salah satu pengawalnya, "Mikel, Heidie!" hardiknya dengan wajah khawatir. "Saya akan mencari bantuan your highness." ujar Mikel menginjak leher perampok sambil merogoh ponselnya dan menelpon seseorang. Kawasan itu cukup sepi dan sulit untuk nya meminta bantuan warga sekitar. "Heidie..."gumam Miya pelan saat melihat wanita tersebut tidak bergerak. Seketika wanita itu beranjak mendekat bersamaan Lorna yang mengikutinya. "Izinkan saya akan memeriksanya, Your Highness." Lorna segera berjongkok di depan Heidie. Memeriksa denyut nadi wanita tersebut dengan cepat, lalu melirik sejenak ke arah Mikel yang menarik paksa stranger itu ke tiang lampu dan mengikatnya dengan borgol serta melepas penutup wajahnya. "Denyut nadi nya masih berdetak, masih ada harapan,"tukas Lorna melirik ke arah Miya yang penuh kekhawatiran. Ia hanya mengangguk, bingung dalam situasi tak terduga itu. Nyaris sepuluh menit kemudian, dermaga itu mulai penuh dengan polisi yang datang bersamaan dengan ambulance. Orang kerajaan tampak sibuk, ikut panik di tengah kekacauan ini. "Sebaiknya kau ikut dengan kami ke kantor,"ucap salah satu polisi yang mendekati Lorna. Ia butuh keterangan dari wanita tersebut. "Ya tentu saja,"jawabnya singkat kembali melirik ke arah Ambulance yang kini mulai bergerak menjauh. ________________ Lorna memijat keningnya, mencoba membuka pintu rumah dengan cepat. Ia letih bukan main hari ini. "Lorna!"tegur seseorang dengan wajah ketir ke arahnya. Memandang tegas. "Rowan .. Kenapa-?" "Aku ingin bicara!"pria itu melangkah masuk ke dalam ruangan rumah Lorna tanpa permisi membuat wanita itu kembali memijat keningnya yang terasa sakit. "Kenapa kau ikut campur dalam urusan kerajaan?"tanyanya cepat saat melihat wanita itu menutup pintu rumah dan berjalan ke arahnya. "Rowan putri mahkota di serang! Ah bukan hanya karena dia putri mahkota tapi-" "Jangan terlalu perduli Lorna. Kau tahu akan sulit untuk mu jika kau terlalu mempercayai siapapun di sini," "Rowan aku-"kalimat wanita itu terhenti saat pria tersebut meraihnya dan memeluk erat begitu hangat. "Aku tidak ingin kau terluka,"bisik nya pelan dan lagi-lagi kalimat itu membuatnya mengingat seseorang yang mulai menghantui pikirannya akhir-akhir ini. "Istirahat lah. Aku akan menemanimu di sini, kau libur kerja kan besok?"tanya Rowan tersenyum tipis melihat Lorna membalasnya hanya dengan anggukan kecil. "Kalau begitu besok aku akan mengajak mu keliling kota, kita sudah lama tidak punya waktu bersama!"sambungnya sambil memegang sudut wajah Lorna dan menatapnya tajam. "Yahh kau benar, aku butuh liburan!"balasnya tersenyum sumringah. Rowan mengangguk lalu mencoba mencium bibir tebal wanita itu. "Ah... Aku harus mandi!"tolak Lorna langsung menepikan wajahnya ke arah lain dan melepaskan pautan pria itu. Seketika Rowan langsung membasahi bibirnya, mengepal tangan begitu kuat. "Menghindar lah terus, hingga aku mendapatkan mu!"batin Rowan melihat Lorna kini beranjak menjauh dari hadapannya begitu cepat. _______________ Bagaimana untuk part ini!! Info negara Haggen itu cuma Khayalan, sengaja di buat-buat, karena di w*****d naskah ini Collaborasi dengan salah satu penulis yang ada diWattpad...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD