Chapter 2

1087 Words
Hari sudah gelap, namun Erick baru pulang dari sekolah. Sekalipun Erick tidak pernah pulang sekolah seperti anak pada umum nya. Dia selalu pulang di atas jam tujuh malam. Itu pun sudah termasuk yang paling cepat. “Bagaimana sekolah nya? Hebat yah, sekolah sampai malam.” Sindir tuan Smith yang benar-benar sudah merasa lelah menasehati anak bungsu nya. Dulu, Erick tidak seperti ini, memang ia nakal dan selalu menang sendiri, namun sejak kepergian seseorang membuat sikap Erick semakin arogan dan berantakan. “Tumben papa udah pulang?” tanya Erick santai lalu duduk di sebelah tuan Smith. “Erick, mau sampai kapan kamu begini hah? Umur kamu itu sudah mau dua puluh tahun loh. Apa kamu tidak malu dengan teman-teman mu?” “Bilang saja papa malu punya anak seperti ku.” “Astaga Erick!” geram tuan Smith menahan emosi, “Kamu itu sudah bukan anak kecil lagi Rick. Pikirkan masa depan kamu, contoh kakak kamu itu!” “Ya ya ya, memang Aldo adalah contoh anak berbakti dan pintar. Lalu kenapa bukan Aldo saja yang papa minta mengurus perusahaan? Kenapa harus Erick,” katanya malas. “Kelak Aldo juga akan membantu kamu, tapi tetap kamu adalah pewaris utama perusahaan papa. Jadi jangan kecewakan papa. Papa mohon jangan begini terus.” “Erick capek pa, mau tidur.” Ia pun langsung beranjak dan meninggalkan tuan Smith yang masih duduk pasrah di sofa menatap kepergian anak bungsu nya. Saat Erick sudah sampai di dalam kamar, ia di kejutkan dengan seorang pria yang sedikit lebih dewasa darinya tengah rebahan di atas tempat tidur nya sambil memainkan HP nya. “Monyet, kapan lo balik!” seru Erick yang langsung melemparkan tas nya ke arah orang tersebut, membuat sang empunya langsung terkekeh. “Gue udah nungguin lo dari tadi. Kemana aja lo jam segini baru balik hem? Pinter banget anak SMA balik jam segini,” ujar nya dengan senyum tipis. “Empet gue di rumah. Bokap lo tuh ceramah mulu. A B C D sampai Z, pusing gue dengernya,” keluh Erick ikut merebahkan diri di samping orang tersebut. “Erick, dia juga bokap lo,” katanya berdecak, dialah Aldo, Aldo Smith, anak sulung tuan Smith dari alm. Istri pertama nya. Sumur mereka hanya terpaut tiga tahu, namun Aldo kini sudah menyelesaikan kuliah nya dari luar negri. Dan kini sudah kembali untuk membantu tuan Smith mengurus perusahaan. “Whatever,” ujar Erick malas. *** Siang hari yang lumayan terik, Erick cs sedang asik bermain bakset. Suara gemuruh penonton dan sorak sorai kagum dari murid di sana membuat Erick cs semakin terihat mempesona. Sementara Alluna yang melewati lapangan basket hanya cuek dan berlalu begitu saja, hingga tiba-tiba langkah nya terhenti karena bola basket itu hampir mengenai dirinya. Bug. “Astaga,” geram Alluna memegang dadaa nya yang terkejut. “Woy anak pindahan, bawain bola nya kesini!” teriak Bagas dari tengah lapangan. “Alluna tidak menjawab, ia hanya cuek dan berniat melanjutkan langkah nya kembali, namun lagi – lagi suara teriakan membuat nya menghentikan langkah. “Kuping o maish berfungsi kan? Lo gak denger tadi dai ngomong apaan hah!” Kini Adit lah yang bersuara, namun Alluna maish tidak memperdulikan nya. Hingga tiba-tiba ia merasakan tangan nya ada yang menarik nya dengan begitu kencang hingga membuat nya langsung terjatuh ke lantai. Brukk. “Auwwwhh!” keluh Alluna sambil mengusap telapak tangan nya yang terasa sakit. “Gue lihat – lihat, kuping lo masih lengkap ada dua. Tapi kenapa seperti nya tidak berfungsi yah? Apa perlu gue minta pak Mail buat nyogok itu kuping. Mungkin aja kuping lo ke sumbat banyak taai jadi nya budek!” ucap Erick, seketika mengundang geak tawa dari orang sekitar. “Dan aku lihat mulu kamu juga masih bisa bicara baik, tapi kenapa otak kamu gak bisa mikir yah? Otak sama mulut kenapa gak pernah bisa kompak, ah aku lupa otak kamu kan selalu di tinggal di rumah. Pantas saja tidak tau bagaimana cara meminta tolong!” balas Alluna tak kalah sengit kepada Erick. “Damtt! Lo berani saja gue hah!” bentak Erick begitu marah dan langsung menarik tangan Alluna kembali hingga membuat nya kembali merintih sakit. “Kenapa gue mesti takut hah? Karena lo anak pemilik sekolah? Satu satu nya siswa disini yang paling di sayang sampai akhir nya ninggal kelas ampai dua tahun. Atau gue mesti takut karena lo bakal ngeluarin gue dari sekolah ini? Silahkan gue gak takut! Gue udah capek sekolah, dan gue juga udah muak lihat tingkah aki-aki kaya lo!” sungut Alluna meluapkan semua isi hatinya. Memang iya, dirinya sudah sangat lelah sekolah dan bekerja secara bersamaan, namun dirinya juga sangat ingin melanjutkan hingga kuliah. Tapi juga ia tidak berani bermimpi sejauh itu untuk bisa kuliah. Fokus nya kali ini hanya sekolah dan bekerja, ah tidak. Sekolah bagi nya tidak terlalu penting, dia hanya butuh bekerja, dan membangun bisnis nya lebih luas lagi. Umur Alluna saat ini baru menginjak usia enam belas tahun, tapi dirinya sudah berada di kelas tiga. Sangat bertolak belakang dengan Erick yang sudah dua puluh tahu tapi masih berada di eklas tiga. Erick tidak menjawab ucapan Luna lagi, tapi ia langsung meninggalkan nya begitu saja. Entah mengapa saat Erick menatap mata Alluna ia merasa sedikit berbeda. Ia sudah tidk bisa membalas ucapan Alluna lagi, hingga akhrnya ia memilih pergi. “Anjirr, si monyet kenapa? Tumben dia kicep?” kata Bagas menatap heran pada Alluna yang masih mengatur napas nya karena habis mengeluarkan emosi. “Kesambet penunggu lapangan mungkin,” saut Adit berdecak. “Dah lah, ayo susul itu anak. Takut nya nanti depresi,” sambung Reno. “Depresi karena di kalahin sama cewek pindahan?” saut Adit lalu mereka tertawa sambil melangkah menyusul Erick. “Lun, kamu gapapa?” tanya Kayra yang baru saja berani menghampiri una setelah Erick cs pergi. Kayra adalah teman pertama Aluna di sekolah itu. Dirinya merasa beruntung karena ternyata masih ada yang mau berteman dengan nya. “Gapapa kok, hanya sedikit kesel aja.” Jawab Alluna menghela napas berat. “Gimana kalau aku traktur es krim ke kantin. Yuk,” Kayra pun angsung menarik tangan Alluna dan membawa nya ke kantin. Kayra bukan lah orang miskin seperti dirinya, ia cukup berada namun penampilan nya yang sedikit cupu makanya ia sering di bully dan di kucilkan. Dulu Kayra juga selalu menyendiri, hingga kahirnya Alluna datang dan mengulurkan tangan padanya, dan akhirnya mereka kini bersabahat. Awal nya Alluna juga berharap bahwa gadis yang di bully genk Vera juga mau berteman dengan nya namun ternyata ia salah, gadis itu malah membenci nya karena sudah di tolong.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD