Pagi ini, entah mengapa, suasana di meja makan begitu mencekam. Tidak ada pembicaraan sama sekali ketika semua member sudah berkumpul di sana. Sampai Ravel dan Yohan menatap member satu-persatu untuk bertanya apa yang terjadi lewat gerakan matanya. Dan entah mengapa mereka juga menjadi ikut diam padahal tidak tau permasalahan.
“Apa ini challenge untuk diam di meja makan?” Tanya Yohan pada akhirnya.
“Ayo, kita makan, kepalaku benar-benar pusing.” Ujar Nauta karena memang semalam ia minum cukup banyak, jadi pagi ini kepalanya benar-benar sangat pusing. Ketika bangun saja, ia melihat seperti semua benda di sekitarnya melayang.
Syukurnya semalam ia bisa pulang dengan selamat karena meminta tolong pada teman non idolnya untuk mengantarkannya ke asrama. Temannya itu melakukannya dengan baik hingga Nuta ada di meja makan pagi ini. Karena keributan yang terjadi sebelumnya, ia jadi ragu untuk meminta bantuan Jevin.
Tidak hanya Nauta yang masih pengar, tapi Davon, Jevin dan Jino juga begitu. Sementara Hyun Jae, tidak begitu merasa pusing karena memang ia tidak minum cukup banyak semalam. Selain itu juga kemampuannya untuk minum benar-benar kuat.
“Terima kasih untuk makanannya.” Ujar Davon disusul yang lain mengucapkan terima kasih, kemudian memindahkan makanan ke piring mereka masing-masing.
Hari ini, memasak adalah tugas Yohan dan Insu, akan tetapi Hyun Jae membantu mereka dan mengatakan untuk menyiapkan sup juga karena yang mabuk pasti merasa pengar ketika mereka bangun. Semalam Yohan sempat bergabung juga untuk minum, tapi ia sama sekali tidak mendengar cerita mengenai Nauta dan Davon karena ia bergabung lebih lambat. Sementara Insu, Deon dan Ravel langsung masuk kamar mereka dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Ravel menyantap makananya, tapi masih merasa heran dengan situasi hening yang tak biasa ini, sangat tidak biasanya para member hening. “Apa hanya aku yang merasa ada sesuatu di sini?” tanyanya meminta persetujuan member lain.
Deon mengangkat tangannya, “Aku juga merasakannya.” Ujarnya.
“Artinya adalah masalah di tengah-tengah kita.” Ujar Yohan curiga. Ravel tertawa menanggapi itu karena tidak percaya dengan dugaan Yohan.
“Davon dan Nauta bertengkar.” Ujar Insu membuat Ravel berhenti tertawa. Bahkan member lain pun cukup terkejut dengan ucapan Insu dan langsung mengalihkan pandangan padanya, kemudian berpindah pada Nauta dan Davon dalam sesaat.
Davon dan Nauta masih menyantap makananya seolah tidak mendengar ucapan mereka, padahal perilaku mereka justru lebih mengatakan iya atas ucapan Insu. Hyun Jae lalu menatap Insu, “Kau tau dari mana?” tanyanya. Seingatnya semalam, hanya Jevin, Jino saja yang tau tentunya selain ia dan pelaku utama pertengkaran.
“Semalam aku mendengarnya ketika kau berbicara dengan manager.” Jawabnya.
“Jadi kalian benar-benar bertengkar?” Tanya Ravel masih saja tak percaya.
“Aku sudah selesai makan. Pagi ini aku ada jadwal.” Ujar Davon segera beranjak dari kursinya.
“Wah, apa itu tanda penolakan untuk saling memaafkan?” ujar Ravel dengan takjub.
“Sepertinya iya.” Ujar Yohan mendukung dugaan tersebut.
Davon menatap tajam pada Ravel dan Yohan hingga keduanya menjadi hening seketika dan tak menatap Davon sama sekali. Setelah Davon pergi, Yohan dan Ravel langsung menatap Nauta yang masih makan, “Ada masalah apa?” Tanya Yohan.
“Sudahlah, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri.” ujar Hyun Jae.
“Eh, tidak bisa begitu. Selama mereka belum baikkan, maka kita yang terkena dampaknya. Kita jadi ikut diam-diaman seperti kita semua saling tak berteman. Di bawah atap yang sama kita tinggal, tapi ada pertengkaran, jelas itu membuat udara panas tersendiri.” Jelas Ravel.
Hyun Jae tak lagi bisa menyangkal karena apa yang Ravel katakan itu benar. Sulit rasanya untuk merasa nyaman tetap di asrama jika ada member yang saling diam. Pada akhirnya Hyun Jae menatap Nauta, “Nau, kemarin aku sudah bicara dengan Davon. Kali ini aku butuh penjelasan dari sudut pandangmu.” Pintanya.
“Jino dan Jevin bisa menjelaskan yang sebenarnya.” Ujar Nauta.
“Kami butuh sudut pandangmu, bukan Jevin dan Jino.” Ujar Hyun Jae.
Mau tak mau, Nauta pada akhirnya menjelaskan dari sudut pandangnya sendiri terhadap pertengkaran ia dan Davon. Akhirnya Deon, Ravel, Yohan, dan Insu jadi tau cerita sebenarnya. Ravel menjadi hening seketika karena ia memiliki pengalaman berpacaran dengan idol senior dan hubungannya kandas begitu tercium media. Fansnya menyerang ia dan kekasihnya lewat media sosial mereka.
Pihak agensi mengajak mereka untuk mendiskusikan hal tersebut karena memang dampak hubungan mereka bukan hanya mereka saja, tapi untuk grup masing-masing dan terlebih pada agensi yang harga sahamnya melonjak turun. Tapi untuk hubungan satu agensi, sebenarnya Lion Entertaiment tidak begitu mengekang para artisnya.
Tapi melihat ada permasalahan besar yang timbul karena hubungan tersebut, mereka merasa bahwa ini harus segera diselesaikan dengan berdiskusi pada orang yang bersangkutan. Pihak agensi mengatakan kerugian mereka karena hubungan yang terjalin antara Ravel dan Yena (idol senior tersebut).
“Kami akan mengkonfirmasi kalian putus melalui perusahaan, itupun atas persetujuan kalian. Kalian masih bisa melanjutkan hubungan diam-diam dengan syarat lebih hati-hati dan tidak di luar kantor.” Itulah jalan keluar dari pihak agensinya saat itu. Mereka sama sekali tidak memaksa untuk Ravel dan Yena putus.
Sayangnya Yena berkata lain, “Aku dan Ravel akan menyelesaikan hubungan kami.” Ujarnya membuat ruangan itu menjadi sangat hening. Ravel menatap Yena dengan cukup terkejut karena tidak menduga bahwa Yena akan memutuskan hal seperti itu.
“Kalian boleh tidak putus kalau kalian mau.” Ujar staff agensi saat itu.
“Tidak. Aku merasa kami harus tetap putus. Akan lebih buruk lagi bagi kami, grup, dan perusahaan jika kami menjalani hubungan diam-diam, tapi pihak agensi sudah mengkonfirmasi bahwa kami putus. Mereka akan lebih terkhianati dan itu tidak baik untuk kami maupun perusahaan.” Jelas Yena.
“Ya, itu memang benar, tapi kami tetap menghargai hubungan kalian.” Ujar pihak agensi lagi.
Sayangnya Yena sudah bulat dengan keputusannya saat itu. Sementara Ravel, jangankan untuk menyanggah, untuk berbicara pun ia merasa tidak mampu. Tenggorokannya terasa kering karena entah mengapa hatinya seperti ditikam dengan ribuan pisau sehingga benar-benar sakit.
Setelah diskusi berakhir, para staff keluar dari ruangan dan meninggalkan Yena dengan Ravel saja untuk menyelesaikan hubungan mereka sendiri. Dari Yena yang tidak ingin menatapnya sama sekali, Ravel yakin bahwa apa yang diucapkan wanita itu tadi pada pihak agensi adalah keputusan yang sudah bulat tanpa mempertimbangkan keputusan darinya.
“Kau benar-benar ingin putus?” Tanya Ravel.
“Iya. Lagipula hubungan kita merugikan perusahan, jadi lebih baik kita putus.”
“Tanpa mempertimbangkan keputusanku sama sekali? Tanpa bertanya apa isi pikiran dan hatiku sama sekali?” Tanya Ravel dengan rasa sakitnya sendiri.
“Iya, aku yang ingin putus. Mereka tidak memaksa, tapi aku yang menginginkannya. Aku tidak mampu dengan hubungan yang membuat aku merasa sakit menjalaninya.” Ujar Yena.
Mengingat hal itu membuat Ravel mengangguk, “Aku setuju dengan Davon.” Ujarnya hingga member lain melihatnya dengan terkejut.