Seusai acara penghargaan, Azi akhirnya memilih pulang dengan dua mobil karena tentu saja mereka tidak mungkin bersama dalam satu mobil yang mana nantinya akan sempit. Untuk pembagian mobil, mereka sering dibagi menjadi dua kelompok, di mana yang kalem harus dicampur dengan yang ribut. Misalnya Hyun Jae, Deon, dan Insu yang kalem, pasti akan semobil dengan Ravel dan Yohan di mobil pertama. Lalu Nauta dan Davon yang lebih kalem akan semobil dengan dua member termuda, yaitu Jino dan Jevin di mobil kedua.
"Bagaimana kalau kita minum-minum untuk merayakan kemenangan hari ini?" tanya Jino. Jino sebenarnya tidak begitu suka alkohol, namun ia suka acara perayaan. Itu sebabnya ia mengusulkan hal tersebut.
"Besok aku harus syuting." ujar Davon. Dan jelas itu adalah penolakan untuk ajakan Jino.
"Dan aku sudah terlanjur ada janji dengan Aileen." ujar Nauta menyayangkan ajakan itu. Kalau bukan dengan Aileen, ia pasti rela membatalkan janjinya untuk merayakan kemenangan mereka bersama para member.
"Bukankah terlalu dini bagi Aileen untuk terlibat masalah?" tanya Davon yang semula hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka saja.
"Kenapa kau mengatakan seperti itu?" tanya Nauta dengan wajah yang mengeras akibat pertanyaan Davon yang terkesan mengatakan bahwa ia adalah masalah untuk Aileen.
"Wanita itu masih baru debut dan tentu saja ini sulit baginya. Dengan interaksi kalian yang seperti ini, tidak menutupi kemungkinan kalau media mudah mengetahui hubungan kalian dan itu akan lebih merugikan Aileen." jelas Davon masuk akal.
Sayangnya Nauta yang sedang kasmaran menjadi kesal mendengar ucapan Davon. Ucapan pria itu seolah melarangnya untuk bertemu dengan Aileen, padahal mereka saja sangat jarang bertemu.
Jino dan Jevin saling berpandangan karena merasa percakapan Nauta dan Davon sudah masuk tahap serius. Ia tau pandangan Davon yang sangat realistis, pastinya sangat berbanding terbalik dengan pandangan Nauta sebagai pria yang sedang jatuh cinta.
"Aku tidak suka membahas ini bersamamu." kata Nauta bermaksud menghentikan pembahasan itu sebelum ia menjadi semakin emosi dan meluapkan kemarahannya pada Davon. Lagipula ia juga hendak bertemu dengan Aileen nanti, jadi ia tidak ingin bertemu dalam keadaan marah, yang mana nantinya bisa saja terlepas saat bersama wanita itu dan membuat Aileen menjadi tidak nyaman.
"Aku juga tidak ingin membuatmu kesal dan marah, hanya saja ini memang perlu ku sampaikan. Aileen bisa rugi kalau kalian ketahuan oleh penggemar. Pikirkan pandangan penggemar yang pastinya akan menganggap Aileen sangat tidak profesional, atau mungkin pandangan bahwa wanita itu hanya bisa menggoda saja dengan kecantikannya sehingga dapat memikat senior seagensinya."
Nauta mengepalkan tangannya, lalu menarik kerah baju Davon, "Kau menghina kekasihku?" tanyanya marah.
"Apa yang kalian lakukan? Nauta, lepaskan tanganmu dari kerah baju Davon." tegur Seo Yejun yang merupakan manajemen kedua mereka. Ia sama sekali tidak menduga kalau Nauta dan Davon benar-benar bertengkar serius.
Nauta melepaskan kerah baju Davon dengan kasar. Kemarahan masih melekat jelas padanya sampai ia enggan melirik ke arah Davon yang sedang menatapnya tajam.
Davon berdecak sinis dan kesal, "Sepertinya kau kurang mengetahui bagaimana media dan netizen menanggapi hal-hal seperti itu." ujarnya.
"Aku tau dan aku berusaha hati-hati." tanggap Nauta dengan tegas.
"Aku tidak berpikir bahwa kau berhati-hati, karena yang kulihat kau justru sedang di mabuk cinta sampai sulit mengendalikan diri." ujar Davon mengingat bagaimana Nauta sering menunjukkan bahwa dirinya sedang memperhatikan Aileen.
"Sudah lah Dav, jangan diteruskan." ujar Yejun.
Setelah itu, Davon memilih diam sampai mereka tiba di asrama. Semuanya turun tanpa berbicara apapun, sangat berbanding terbalik dengan mobil pertama yang tertawa ria satu sama lain entah karena pemabahasan apa.
Yejun menghampiri Yeon Jin, manager utama Azi yang tadi mendampingi di mobil pertama. Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi antara Nauta dan Davon. Tanpa sengaja Hyun Jae mendengarnya ketika akan kembali ke mobil karena ada barangnya yang tertinggal.
Saat Hyun Jae akan kembali masuk ke asrama, Yeon Jin menghentikannya dengan memanggil namanya. "Nauta dan Davon bertengkar." ujar Yeon Jin dengan teramat berat, "Tanya pada Jino dan Jevin permasalahan mereka, lalu berdamai lah. Aku tidak mau ada masalah lebih lanjut nantinya."
"Akan kucoba." ujar Hyun Jae.
***
Hyun Jae pikir karena mereka memenangkan beberapa penghargaan malam ini, maka akan ada acara minum sebagai perayaan, tapi ia malah dikejutkan dengan Nauta yang sepertinya hendak pergi tanpa mengganti baju formalnya tadi.
"Mau ke mana Nau?" tanya Hyun Jae.
"Menemui Aileen. Aku ada janji dengannya." jawab Nauta seadanya.
Hyun Jae mengangguk kecil, lalu menepuk bahu Nauta hingga ketua grup mereka itu pergi dari hadapannya. Lagi pula Hyun Jae tak mungkin menghentikannya untuk membahas pertengkaran yang dimaksud Yeon Jin.
Hyun Jae pergi ke kamarnya dan memilih mandi sebentar karena badannya terasa tidak nyaman dengan keringat yang menempel. Seusai itu, ia ke dapur dengan pakaian tidur. Rasanya ia perlu alkohol saat ini.
"Kalian di sini?" tanyanya terkejut karena menemukan Davon, Jevin dan Jino ada di meja makan dengan alkohol dan ayam bumbu yang terhidang di hadapan mereka. Sepertinya mereka sempat memesan saat Hyun Jae mandi tadi.
Hyun Jae lalu bergabung dengan mereka dan menuangkan alkohol ke gelasnya sendiri, bahkan sebagai yang tertua di sana, ia menuangkan juga untuk ketiga adiknya itu. "Kalian diam sekali malam ini?" ujar Hyun Jae heran.
"Tadi kak Davon sama kak Nauta bertengkar." ujar Jevin. Jino langsung melirik Davon untuk melihat reaksinya setelah Jevin mengungkapkan hal itu kepada Hyun Jae.
"Karena apa?" tanya Hyun Jae.
Setelah pertanyaan itu, mengalir lah cerita dari Jevin dan Jino bergantian. Melihat Davon hanya diam saja, mereka sepakat menganggap bahwa Davon setuju hal ini diceritakan pada member tertua. Hyun Jae mengangguk paham sampai cerita berakhir, lalu menepuk bahu Davon.
"Aku mengerti apa yang kau sampaikan pada Nauta." ujarnya, "Tapi Dav, caramu menyampaikan pada Nauta itu salah. Apa lagi kita juga sama-sama tau kalau mereka tidak sesering itu bertemu."
Davon menggelengkan kepalanya, "Entahlah, aku hanya mengatakan apa yang terlintas di kepalaku tadi. Aku tidak menduga kalau itu akan jadi bahan pertengkaran seperti ini." ujarnya.
Davon dan Nauta itu adalah member paling cocok satu sama lain. Di saat member lain sulit untuk diajak bekerja sama, tapi Davon selalu menuruti Nauta untuk bekerja sama mengerjakan pekerjaan rumah dan berbagai hal baik itu di asrama ataupun di agensi.
Ini bahkan pertama kalinya mereka bertengkar sampai Nauta menarik kerah bajunya. Yang Davon ucapkan mungkin benar jika hubungan Nauta dan Aileen bisa berdampak pada grup nantinya jika ketahuan, apalagi ke grup The Girls sendiri. Tapi sepertinya cara Davon menyampaikannya yang salah sampai berujung pertengkaran.
"Saat mereka bertengkar, kami benar-benar takut karena itu pertama kalinya melihat Kak Davon dan kak Nauta saling menatap tajam dan mengepalkan tangan. Kalau tadi posisi kami tidak di mobil, sepertinya mereka akan saling tinju." ujar Jino. Jevin mengangguk setuju.
***
Nauta pergi ke perusahaan, tapi hanya berdiam di basement sembari menunggu Aileen datang. Untuk menghindari orang lain melihat mereka, Aileen mengatakan untuk bertemu di perusahaan saja dan duduk-duduk di mobil Nauta saja.
Nauta jelas setuju karena bagaimanapun, di luar sangat tidak aman bagi mereka berdua bertemu karena orang akan mudah mengenali mereka dan pada akhirnya akan membuat mereka mengambil foto serta mengganggu privacy keduanya.
Ketika Aileen datang dan mengetuk kaca mobil, Nauta lalu membuka kunci mobil dan membiarkan Aileen masuk sendiri. Wanita itu tanpa pikir panjang, langsung duduk di kursi depan, tepat di samping Nauta.
"Bagaimana hari ini? lelah?" tanya Nauta sambil menatap Aileen.
Aileen balas menatap Nauta, lalu mengangguk, "Lelah, tapi yah, mau bagaimana lagi. Memang ini proses yang harus kulalui untuk bisa seterkenal Azi kan?"
Nauta mengusap rambut Aileen dengan lembut, "Kau sudah sejauh ini, artinya kau hebat."
"Terima kasih. Aku terharu mendengar pujian itu." ujar Aileen. "Oh iya, di mana alkoholnya? Kau jadi membelinya?"
Nauta mengangguk, kemudian membuka pintunya, berjalan ke belakang mobil dan membuka bagasi mobil. Setelah itu, ia berjalan ke sisi mobil yang ditempati Aileen dan membuka pintu wanita itu, "Ayo keluar." ajaknya.
Aileen diajaknya berjalan ke belakang dan wanita itu menurut, sampai ia melihat sebuah karpet berbulu digelar di bagasi dan sudah ada lima botol alkohol di sana dengan dua buah cawan kecil.
"Tidak apa-apa kan kalau kita duduk di bagasi saja sambil menatap parkiran ini?"
Aileen terkekeh pelan, lalu menepuk lengan Nauta, "Aku yang mengajakmu ke sini, itu artinya tidak masalah. Lagi pula perusahaan adalah tempat paling aman dari orang luar." ujarnya.
Aileen dan Nauta duduk di bagasi mobil dengan kaki menggantung ke luar sambil meneguk isi cawan mereka yang terus berulang terisi lalu kosong. Nauta menatap tangan Aileen sebentar, lalu mengambilnya dan menggenggamnya, "Tadi aku bertengkar dengan Davon."
"Kenapa?" tanya Aileen heran.
"Dia banyak mengatakan hal menyebalkan, jadi aku kesal dan menarik kerah bajunya." jelas Nauta, meski tidak begitu detail tentang topik permasalahannya.
"Jangan bertengkar dengan member lain, nanti kau sendiri akan merasa tidak nyaman. Apalagi kau ketua grupnya."
"Iya, aku tau, tapi dia benar-benar menyebalkan tadi."
"Aku tidak tau apa yang kalian ributkan, tapi yang pasti, dia punya alasan mengatakannya dan kau punya alasan untuk marah. Nanti kalau kau sudah mulai dingin, coba pikirkan ucapannya dengan baik." saran Aileen dengan lembut.
"Lagipula dari yang aku tau, Davon bukan orang yang akan mengatakan sesuatu yang buruk untuk membuat pertengkaran. Dan yang aku tau, kau pun tidak mudah emosi seperti ini, apalagi hanya dengan kata-kata." ujar Aileen sambil mengusap tangan Nauta.
Ia tidak ingin Nauta berpikir bahwa ia sedang membela Davon, itu sebabnya ia memilih netral untuk menenangkan pria itu. Saat ini ia tau jelas kalau Nauta masih kesal karena tangan pria itu agak menguat menggenggamnya.
Melihat Nauta hanya diam, Aileen lalu melepaskan genggaman tangan pria itu, dan menangkup wajah Nauta dengan kedua tangannya dan mengarahkan agar Nauta menatapnya. Ia lalu menoleh kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang lain. Lalu ia mencium pria itu, "Aku tidak membela Davon, kalau itu yang kau pikirkan."
Nauta menyentuh pinggang Aileen dan merapatkannya, "Apa kau keberatan mencium ku lagi?" tanya Nauta.
Aileen tersenyum geli, lalu kembali menempelkan bibirnya dengan Nauta dan kali ini mereka berpagutan. Aileen bisa merasakan kalau tangan Nauta meremas pinggangnya, bahkan berusaha masuk ke dalam bajunya.
Ia masih terbuai dengan ciuman Nauta sampai akhirnya pria itu sendiri yang menjauh lebih dulu. Aileen pikir di tengah ketidaksabaran itu Nauta akan mengambil kesempatan untuk berbuat lebih jauh, ternyata pria itu hanya mengusap pinggangnya saja.
"Alkohol benar-benar merusakk pikiranku." ujar Nauta dengan wajah memerah.
Aileen terkekeh, lalu mengangguk, "Aku juga ingin menyerangmu karena alkohol." ujarnya dengan geli.