Theresa tidak sadar sudah berapa gelas minuman yang ia tenggak. Kepalanya terasa berdenyut dan sudah dipastikan bahwa dirinya mabuk. Itu sebabnya ketika Juan mengajaknya ke dance floor, Theresa justru menurut dengan mudah. Minuman sialan itu membuatnya tidak sadar. Jika saja Theresa tidak mabuk, tentu ia akan menolak ajakan itu. Theresa adalah tipe perempuan yang menjunjung tinggi kesopanan dan kehormatan. Meski di pesta anniversary perusahaan sekali pun, suasana disini lebih mirip club daripada acara formal. Itu sebabnya Theresa akan menghindari melakukan hal yang menurutnya tidak pantas. Seperti saat yang ia lakukan saat ini, minum terlalu banyak hingga mabuk dan tidak sadar kesalahan apa yang akan datang selanjutnya.
Theresa melenggokkan tubuhnya menikmati dentuman musik yang ada. Hal itu membuat Juan menarik pinggangnya sehingga tubuh mereka berhadapan begitu rapat. Theresa justru menikmati hal itu. Semakin bersemangat menggerakan tubuhnya dan tanpa sengaja bergesekan dengan tubuh Juan karena tipisnya jarak di antara mereka.
“Kau seksi,” bisik Juan.
Lelaki itu juga mabuk. Mereka berdua sama-sama mabuk dan tidak peduli dengan apapun yang mereka lakukan. Theresa tersenyum dalam mabuknya kemudian menarik leher Juan untuk mendekat. Tangannya bergelayut di leher Juan. Ketika kulit mereka bersentuhan, hal itu menimbulkan sensasi yang sungguh menggetarkan. Hanya kulit tangan dan leher, tapi mampu mempengaruhi Theresa sedemikian hebat. Theresa merasa dirinya di luar kendali. Ia ingin bersentuhan lebih banyak dengan lelaki itu. Bukan hanya sentuhan antara leher dan tangan. Theresa sungguh mengiginkan yang lebih dari pada itu.
“Kau juga.” ujarnya kemudian menjatuhkan bibir di atas bibir Juan. Hal itu bukan hanya membuat Juan terkejut, melainkan beberapa orang yang mengenal dan melihat mereka. Hanya beberapa orang yang memperhatikan Juan, sang CEO tengah bersama perempuan cantik yang tidak mereka kenali. Theresa tidak begitu populer di kantor ini. Hanya segelintir orang yang mengenalnya. Perhatian orang-orang ke arahnya saat ini hanyalah karena lelaki yang ia peluk lehernya adalah CEO perusahaan mereka. Selebihnya orang-orang bertanya siapa perempuan yang berani menyentuh Juan seperti itu. Juan memang baru menjabat akhir-akhir ini. Akan tetapi pesonanya sungguh menjadi buah bibir di hampir seluruh perempuan di kantor. Baik yang masih lajang maupun yang sudah menikah. Tak jarang kharisma dan ketampanan Juan menjadi fantasi liar bagi beberapa wanita di kantornya, tanpa ia ketahui. Lalu ketika secara nyata mereka menyaksikan ada perempuan yang berhasil melakukannya dengan Juan di hadapan mereka. Hal itu tentu menimbulkan rasa iri.
“s**t!” gumam Juan ketika Theresa mengakhiri ciuman mereka. Gadis itu lantas menyandarkan kepalanya di d**a Juan. Sama sekali tidak sadar beberapa perempuan yang menyukai ketampanan Juan mulai menatap sinis ke arahnya. Semenjak pesta tadi sore, Juan benar-benar menjaga jarak dari setiap perempuan. Ia hanya sempat kelihatan berbincang sebentar dengan seorang gadis muda. Akan tetapi perbincangan itu kentara terlalu formal dan serius sehingga hanya dianggap perbincangan mengenai pekeraan. Lalu malam ini, setelah melihat Juan menggandeng seorang gadis ke dance floor. Ditambah mereka baru saja berciuman, tentu mampu mengundang perhatian dan hujatan untuk Theresa.
Juan memeluk pinggang Theresa erat kemudian tangann menurun untuk meremas b****g perempuan itu. Tangan Jessica yang semula bertumpu pada d**a lelaki itu kini berpindah ke lengan. Theresa meremas lengan Juan tepat ketika merasakan sensasi remasan gemas pada bokongnya. Rasanya pesta ini bukanlah pesta berkelas yang diadakan perusahaan ternama, tapi lebih seperti club berisi orang-orang penting yang berhasil menjaga moral dan attitude selama bekerja
“Kita perlu kamar,” bisik Juan seraya mengecup telinga Theresa. Kegiatannya berlanjut dengan menuruni leher kemudian mengecupnya disana.
“Sekarang saja,” pinta Theresa dengan meremas jas yang Juan kenakan. Lenguhan Theresa terdengar. Senyum di wajah Juan mengembang karena itu lenguhan itu akibat perbuatannya. Akibat gigitan kecil yang Juan berikan pada leher Theresa.
---------
Meski mabuk, Juan bersyukur ia dapat berjalan sedikit seimbang. Setidaknya lebih baik dari Theresa. Ia memapah perempuan itu dengan melingkari tangan di pinggangnya. Menjatuhkan beberapa kecupan di dalam lift sementara menunggu lift sampai lantai tujuan dan terbuka. Kini mereka telah tiba di kamar Juan. Lelaki itu tidak punya tempat lain untuk dituju. Mereka hanya butuh kamar dan Juan yakin pilihan tepat adalah dengan menuju kamarnya. Menuju kamar Theresa saat perempuan itu mabuk tentu akan menyulitkan. Juan tidak tahu kamar Theresa dan tidak yakin apakah Theresa masih mengingatnya saat mabuk begini.
Merebahkan Theresa di atas ranjang, Juan kemudian bangkit untuk melepas jas serta kemejanya. Dalam ketidaksadaran, Theresa sungguh terpukau dengan otot kuat pada perut Juan. Ia ingin segera menyentuhnya dan merasakan sensasi betapa kokohnya perut itu.
“Aku ingin kau.” Juan menggumamkan hal itu sebelum meleparkan kemejanya. Ia lantas memposisikan diri berada di atas Theresa. Bertumpu dengan lengannya agar Theresa tidak tertindih. Juan kembali menjelajahi bibir Theresa, mengecap, menggigitnya seolah terdesak akan kebutuhan itu. Meski merasa belum cukup, Juan mengakhiri kegiatan itu dan mengangkat bibirnya. Ia mulai menjelajahi bagian lain. Mulai dari mengecup pipi, rahang, kemudian telinga gadis itu. Menggigit telinga dengan lembut sehingga mampu menjalarkan sensasi yang membuat Theresa melenguh. Bibirnya turun ke leher. Mengecap semua bagian leher itu dengan bibirnya. Gerakannya perlahan ketika mulai menyentuh tulang selangkan Theresa. Tatapannya berhenti di d**a gadis itu. Tangannya tergerak untuk menyentuh meski masih tertutup gaun.
“Sialan!” pekik Juan karena justru merasa semakin tidak tahan. Ia menyingkap gaun perempuan itu kemudian membelai tepat di intinya. Menyebabkan lenguhan Theresa semakin kerasa dan gadis itu kelimpungan mencari sesuatu untuk diremas. Sebagai bentuk pertahanan diri atas segala yang tengah dilakukan pria itu terhadap tubuhnya.
Juan menyentuhnya tepat di inti, dengan tangan lainnya asik meremas d**a Theresa. Perpaduan sensasi yang membuat Theresa menggeliat tidak karuan. Tangan Theresa lantas tidak tinggal diam. Ia meraba otot lelaki itu hingga tangannya semakin turun dan terhenti pada tonjolan di balik celana. Theresa meremasnya dan membuat Juan kini mengeram dengan mengeluarkan suara yang sungguh seksi. Theresa menyukainya. Menggenggam benda itu yang masih terbalut kain, disertai desahan yang mulai dikeluarkan Juan. Ia benar-benar tidak sadar sehingga bisa berlaku sekurangajar ini.
Dengan gerakan cepat ia membuka kait celana kemudian menurunkan resletingnya. Hendak menurunkan celana lelaki itu namun tangganya dicekal tiba-tiba.
“Bukan sekarang,” ujar Juan lirih dengan suara sensual.
Juan kini menatap Theresa dengan lekat. Mata perempuan itu sayu namun mengobarkan kebutuhan akan gairah.
“Sekarang,” ujar Theresa lirih. Juan menarik napasnya. Nampaknya ia tidak memiliki pilihan lain selain menuntaskan hasratnya saat ini juga. Gadis di bawahnya juga menginginkan itu dan membutuhkannya.