Kejaran Malam Pertama

451 Words
"Mas …." "Apa?" Mas Andre yang sepertinya sudah dibutakan oleh hasrat, begitu geram saat tanganku terus meronta memaksa melepaskan diri. "Aku pengen pipis …." Mukaku yang mungkin saja tampak memerah membuatnya percaya dan melepaskanku. Tanpa menunggu lama, aku berlari dan langsung menuju kamar mandi. Sekian lama aku berdiam diri di kamar mandi mewah yang bahkan luasnya mungkin sama dengan kamar tidurku di kampung. "Ndri! Kamu lagi kencing apa lagi ngitungin bulu ketiak, hah?" Terdengar Mas Andre menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan tidak sabar. Aku meringkuk sambil menutup telinga pura-pura tak mendengar. Biar saja dia menunggu di sana sampai mengantuk. Salah siapa coba? Dia sendiri yang bilang tidak suka dengan anak ingusan, tapi dia sendiri menuntut hak seperti orang kesetanan. Lagi, aku menggerutu dalam hati. Satu jam lebih aku berada di kamar mandi, suara Mas Andre tak terdengar lagi. Pelan-pelan aku membuka pintu kamar mandi, berharap lelaki angkuh itu sudah tertidur. Aku tersenyum lega seraya mengelus d**a saat melihat suamiku nampak telah terlelap di ranjang king size dengan seprei warna putih dan taburan bunga mawar di atasnya. Ah, dia benar tidur atau pura-pura, ya? Hm, rasanya lebih aman kalau aku tidur di bawah saja. Takut juga tidur bersebelahan dengan lelaki ganas seperti itu. Entah pukul berapa, aku terlelap di atas kasur lantai. Aku membuka mata saat menyadari sudah tidur di tempat yang lebih nyaman. Jantungku berdegup tak beraturan saat menyadari aku sudah tidur bersebelahan dengan lelaki menyebalkan yang sayangnya adalah suamiku sendiri. Aku bisa bernapas lega saat mendengar suara dengkur halus Mas Andre yang tidur di sampingku. Setidaknya untuk malam ini aku aman dari kejaran malam pertama. Kupandang lekat wajah Mas Andre yang sedikit terkena pantulan lampu tidur. Aku tak menyangkal dia memang tampan. Benar-benar tampan. Tapi saat mengingat statusnya yang badboy? Ah, sudahlah. "Kenapa?" Tanpa kusangka, Mas Andre membuka mata saat aku tengah merenung menatap wajahnya. Ya ampun, matilah aku. "Kamu baru nyadar kalo cowok yang nikahin kamu siang tadi, emang ganteng?" Mas Andre mencecarku dengan pertanyaan yang membuatku otomatis salah tingkah. "Apaan, sih?" Aku menyangkal seraya memalingkan wajah karena malu. Jantungku tak beraturan saat Mas Andre mengaitkan tangannya di leherku. "Kamu takut kena HIV?" bisiknya di telingaku. Membuat bulu romaku sontak berdiri. Aku menatap wajah tampannya tanpa kata. Hm, apa dia ada silsilah paranormal? Kenapa bisa tahu persis dengan apa yang kupikirkan? "Mas … tolong jangan lakukan sekarang, please." Aku memohon saat hidung bangirnya menyusuri pipiku. Spontan, Mas Andre menghentikan aksinya. "Ok, jadi kapan?" tanyanya yang justru membuatku gugup setengah mati. Aku menggigit bawah bibir sambil menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. "Mungkin besok, hari ini aku capek." Aku memberikan alasan. "Oke, aku tunggu besok." Mas Andre menutup wajahnya dengan bantal. Ya Allah aku harus cari alasan apa lagi besok?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD