BAB 2

1302 Words
Sudah seminggu ini Athena belajar semua tentang Indonesia. William sudah mendatangkan tiga guru perempuan yang datang pagi, siang dan sore hari. Semua guru itu mengajarkan Athena cara berbicara bahasa Indonesia, belajar tentang masyarakat Indonesia dan pasti kebudayaan orang Indonesia. Untunglah Athena cepat dalam pelajaran hafal-menghafal. Dibandingkan dengan Matematika Athena lebih suka pelajaran menghafal. Sudah terbukti dalam waktu seminggu Athena sudah bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia walau masih terlalu baku. Kamus Inggris-Indonesia bertumpuk di meja belajarnya. Athena setiap malam selalu mencoba berbicara bersama Bi Eneng. Walau sesering mungkin dia membuka kamus untuk mengetahui arti ucapan Bi Eneng. Apabila Athena ingin membalas ucapan Bi Eneng dia masih membuka kamusnya lagi. Begitulah seminggu ini Athena jalani. Hari minggu yang cerah. Athena sudah rapi dan sedang duduk menunggu Bi Eneng menyiapkan makanan. Dengan rambut dikuncir kuda Athena meminum susunya sebelum sarapan datang. Lima menit kemudian Bi Eneng datang membawa masakannya. Athena menatap makanan dihadapannya dengan mengeritkan alisnya bingung. Ada sayuran mentah bewarna hijau lengkap dengan sambalnya. Lalu ada ikan kering digoreng bercampur sambal. Seminggu ini Athena belum pernah melihat Bi Eneng memasak semua ini. "Bi E Neng se dang mem bu at sa lad?" tanya Athena dengan gaya bahasa Indonesia yang masih kaku dan terbata-bata. "Salad? Teu ngartos Non" jawab Bi Eneng yang masih sibuk menyiapkan makanan di atas meja. Athena yang tidak mengerti ucapan Bi Eneng menggaruk tengkukknya yang tidak gatal. Athena membuka kamus disampingnya mencoba mencari kata 'Teu dan Ngartos'. Athena yang pusing tidak menemukan artinya menatap Bi Eneng yang tertawa melihatnya. "Ke na pa Bi E neng ter ta wa?" tanya Athena. "Saya lupa, Non. Bibi tadi bilang tidak mengerti apa itu salad" ucap Bi Eneng. Athena mengeluarkan ponselnya yang baru tiga hari dia terima dari William. Athena mencarikan gambar salad di internet. Lalu dia memberikannya kepada Bi Eneng. Bi Eneng semakin tertawa melihat gambar diponsel Athena. "Ini bukan salad. Ini namanya lalapan dan sambal terasi. Dan yang ini namanya ikan asin. Non, harus coba. Rasanya enak" ucap Bi Eneng sambil menunjuk lalapan dan ikan teri di atas meja. Athena menatap tidak suka dengan daun-daun hijau dihadapannya. Athena mengambil selembar daun itu dengan ragu dan mencoba memasukkannya ke dalam mulut. "Huek" Athena memuntahkan daun hijau yang baru saja dimakannya. Dia tidak mengerti kenapa Bi Eneng memberikan daun-daunan ini. Kenapa bukan memasak nasi goreng seperti biasanya saja. "Bibi give me a leaf is I a goat?" oceh Athena yang sudah jelas Bi Eneng tidak mengerti artinya. "Maaf ya, Non. I yam sori. Makanan di kulkas habis" ucap Bi Eneng sambil mengatakan bahasa Inggris yang sudah dia sering dengar dari Athena. Athena yang mendengarkan Bi Eneng menjadi tertawa. Athena berpikir mungkin dirinya seperti Bi Eneng saat mengucapkan kata-kata bahasa Indonesia yang baru saja dia pelajari. Bi Eneng yang kasihan kepada Athena akhirnya mengambilkan roti tawar dan selai coklat. Athena pun mengambil selembar roti coklat dan mengoleskan selai coklat lalu dia melahapnya sampai habis. Siang hari Athena duduk sambil menonton televisi. Hari ini tidak ada jadwal guru yang datang. Di temani keripik singkong Athena asyik menonton sinetron Indonesia sekaligus dia belajar percakan dari sinetron itu. Athena terlihat sedih, seketika dia merasakan wanita yang di sana adalah dirinya. Seorang Ayah yang tega membuang anaknya. Tak terasa air mata Athena menetes dia sangat sedih melihat wanita itu menangis meminta Ayahnya untuk tetap bersamanya. "Non, itu hanya sinetron. Tuan tidak seperti itu. Tuan sangat menyayangi Non. Buktinya Non dibawa kembali ke Indonesia" ucap Bi Eneng mematikan televisi yang ditonton Athena. "I ya Bi" lirih Athena. "Non, lebih baik ikut Bibi ke pasar ya. Biar Non tidak bosan di rumah" ajak Bi Eneng. Athena yang mengerti maksud Bi Eneng menganggukan kepalanya, walau dia tidak tahu semua arti ucapan Bi Eneng. Athena berlari ke kamar untuk mengambil tas selempangnya. Di dalam pasar Athena menjadi pusat perhatian. Tentu saja karena Athena satu-satunya keturanan Indo yang datang ke pasar tradisional siang ini. Athena memiliki rambut panjang dan wajah yang cantik. Tetapi dia tidak malu untuk becek-becekan di dalam pasar. Selama di Alpen Athena sudah terbiasa datang ke pasar tradisional. Dia tidak jijik sama sekali. Athena sangat senang menemani Bi Eneng berbelanja. Apalagi saat di tukang ikan. Disini jarang para remaja yang berbelanja hanya Athena yang terlihat semangat memilih ikan segar yang masih hidup. "Bi Eneng. Ini saha?" tanya penjual ikan langganan Bi Eneng. "Ini teh ponakan Bibi. Geulis pisan ya" jawab Bi Eneng dengan bangga. Athena yang tidak mengerti hanya tertawa menganggukkan kepalanya. Setelah semua belanjaan selesai Athena membantu Bi Eneng membawakan semua belanjaan Bi Eneng. Mereka melangkah keluar dari pasar dan menunggu di pinggir jalan untuk mencari taksi. Athena masih berdiri sambil memainkan ponsel barunya. Dia membuka gambar-gambar Pegunungan Alpen. Athena merasa rindu sekali dengan Nenek. Hanya dengan melihat gambar pemandangan di Alpen setidaknya rasa rindunya berkurang sedikit. Saat Athena asyik menatap ponselnya seorang pria dari ujung jalan berlari kencang, tepat di hadapan Athena dia menarik ponsel dari tangan Athena. "Hei," teriak Athena melihat pria itu berlari dengan membawa ponselnya. "Jambret. Jambret," teriak Bi Eneng histeris. Athena yang merasa marah berlari mengejar pria yang membawa ponselnya. Sayangnya pria itu terlalu cepat berlari, Athena yang hampir kehabisan tenaga berhenti dan membuka sepatu kets sebelah kanan dan melemparnya ke arah pria itu. "Ahh," ucap pria yang sedang membaca segelas kopi panas. Athena yang melihat lemparannya salah sasaran melebarkan mata dan menutup mulut dengan tangannya. Athena memberanikan diri melangkah mendekati pria yang sudah terkena lemparan sepatunya. Dengan wajah merasa bersalah Athena meminta maaf kepada pria itu. "Sorry, Mr," ucap Athena. "Sorry-sorry. Kamu lihat Jas bos saya terkena tumpahan kopi karena kamu. Jangan jadi preman disini. Jangan mentang-mentang wajah kamu Indo segala bicara bahasa Inggris," ucap seorang wanita dengan nada membentak. Jelas saja Athena tidak teralu mengerti apa yang wanita itu ucapkan. Athena menatap bingung kepada wanita dan pria dihadapannya ini. Athena berpikir cepat, coba mengingat kata-kata bahasa Indonesia yang sudah dia pelajari selama ini. Tetapi kenapa semuanya berasa hilang dalam ingatannya. "Sa ya ma rah Ja ngan ma af," ucap Athena terbata-bata karena sudah bingung harus mencari kata apa lagi. Tentu saja pria dan wanita yang memakai pakaian kerja dihadapannya menjadi bingung dengan ucapan Athena yang tidak jelas ini. Akhirnya pria itu membungkuk dan mengambil sepatu Athena. Athena melebarkan matanya kembali saat pria itu melempar sepatu Athena ke dalam selokan yang tak jauh dari sana. "My shoes" teriak Athena menatap sebelah sepatunya masuk ke dalam selokan. "Your battered shoes are only worth my flip-flops," ucap pria itu datar lalu pergi meninggalkan Athena. Athena berlari melihat sepatunya yang sudah basah dan hitam karena tercampur dari selokan. Athena berjongkok mencoba mengambil sepatu kesayangannya itu. Rasanya Athena ingin menangis saja. Ini adalah sepatu pemberian Nenek saat ulang tahunnya yang ke-17. Walau pria sombong itu mengatakan sepatu butut Athena hanya seharga sandal jepitnya, Athena tidak peduli. Yang terpenting bagaimana caranya dia bisa mengambil sepatu dari dalam selokan yang hitam dan bau ini. "Non. Non jangan kesitu" teriak Bi Eneng sambil berlari menghampiri Athena. Athena terisak melihat sepatunya yang sangat kotor. Dia tidak menyangka pria itu tega sekali. Athena bersumpah kalau dia tidak ingin bertemu dengan pria sombong itu lagi. Pria sombong itu hanya tersenyum sinis sambil melangkah menuju mobilnya. Dengan wanita yang memarahi Athena tadi mengekorinya. "Mas Radit, apa rapatnya kita tunda saja?" tanya wanita yang ternyata adalah sekertaris pria sombong bernama Radit. "Tidak" ucap Radit dingin. Sekertaris wanita itu hanya menunduk dan menganggukan kepalanya. Dia sudah tahu kalau sudah begini mood bosnya pasti memburuk. Athena menatap kepergian pria sombong itu, di dalam hatinya dia sangat kesal dan marah. Kalau samapi Athena bertemu lagi dengan pria itu, Athena akan membuat perhitungan dengannya. Athena tidak menyangka ada pria seperti itu di dunia ini.  Athena pun dengan sedih pulang membawa sepatunya yang kotor. Dia tidak berkata apa-apa dan hanya terdiam. Athena berharap cepat sampai di rumah agar dia bisa mencuci sepatunya ini. Athena berharap sepatunya ini bisa kembali bersih dan cerah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD