BAB 3

1395 Words
Sejak kejadian minggu lalu di pasar Athena merasa sangat sial sekali. Ponsel hilang dan sepatu kesayangan yang diberikan oleh Nenek sekarang warnanya berubah sedikit kusam. Tidak ada yang bisa Athena lakukan lagi. Dia hanya pasrah, begitu juga dengan Bi Eneng sebisa mungkin dia mencuci sepatu Athena, tetap saja warnanya tidak secerah sebelum jatuh ke dalam selokan. "Non, Ibu guru Dewi sakit jadi siang ini tidak bisa datang ke rumah. Bu Dewi bilang kalau Non mau bisa datang ke rumahnya" ucap Bi Eneng membuyarkan lamunan Athena. "Rumah Bu Dewi dimana?" tanya Athena. "Ini alamatnya. Bibi pesan taksi dulu ya, ucap Bi Eneng sambil memberikan selembar kertas kepada Athena. Athena beranjak ke kamarnya untuk merapikan buku-bukunya yang akan dia bawa ke rumah Bu Dewi. Tidak lupa dia mengganti bajunya dan merapikan rambutnya. Melihat penampilannya sudah rapi Athena beranjak turun ke bawah. Ternyata taksi yang Bi Eneng pesan sudah berada di depan rumah. Athena pun melangkah terus untuk masuk ke dalam taksi. "Non, nanti kalau sudah selesai telepon Bibi ya. Biar  Bibi yang pesan taksi Non untuk pulang," pesan Bi Eneng sebelum taksi itu berangkat. Athena tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Selama dua minggu ini Athena sudah cukup mengerti kata-kata bahasa Indonesia yang sering dibuat untuk percakapan. Apalagi setiap malam Bi Eneng sering ke kamarnya untuk melatih bahasa Indonesia Athena. Athena tidak bisa banyak bercakap dengan orang yang baru di kenalnya. Bi Eneng yang melarang Athena untuk tidak berbicara dengan orang yang tidak di kenal, karena Bi Eneng takut kejadian di pasar terulang lagi. Dua puluh menit perjalanan sampailah Athena di sebuah Apartemen di pusat kota Bandung. Athena memberikan selembar uang seratus ribu. Saat supir itu memberikan kembalian, Athena menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun. "Terima Kasih, De," ucap supir taksi yang seorang pria hampir tua. Athena tidak menjawab dia hanya mengangguk. "Kasihan. Cantik-cantik tidak bisa ngomong. Tapi orangnya baik. Semoga kebaikan Ade itu di balas sama Allah SWT. Amien" ucap supir taksi itu yang masih menatap Athena masuk ke dalam Apartemen. Sesampainya di dalam Apartemen Athena berhenti di depan lift. Dia menunggu lift terbuka untuk naik ke lantai 4, lantai dimana Bu Dewi tinggal. Bunyi denting lift menandakan lift itu terbuka Athena pun melangkah masuk dan menekan tombol 4. Tidak butuh waktu lama di dalam lift Athena sudah sampai di tempat yang dia tuju. Di dalam Apartemen Bu Dewi yang bernuansa ungu Athena duduk di sofa menunggu Bu Dewi yang sedang membuatkan minum. Apartemen ini begitu rapi semua barang tertata dengan indah di tempatnya. Athena merasa terpesona dengan Bu Dewi seorang wanita yang mandiri walau umurnya hanya berbeda tujuh tahun darinya. "Athena, ayo di minum," ucap Bu Dewi meletakkan gelas berisi teh hangat di atas meja. Athena tersenyum dan mengambil cangkir bewarna ungu lalu meminum tehnya sedikit dan meletakkan cangkirnya kembali. Bu Dewi hari ini memang terlihat sedikit pucat, Athena menjadi tidak tega kalau Bu Dewi masih harus mengajarinya sampai sore. "Bu kalau tidak sehat. Saya pulang," ucap Athena. "Bukan seperti itu. Tapi seperti ini 'Bu kalau sedang tidak sehat, saya lebih baik pamit pulang'. Tetapi tidak apa-apa, setidaknya bahsa Indonesia kamu sudah bagus," ucap Bu Dewi tersenyum. "Iya Bu" ucap Athena tersenyum. "Bagaimana kalau kita bercakap-cakap seperti seorang teman. Jadi kamu harus menceritakan pengalamanmu sebelum di Inonesia, begitu juga dengan saya menceritakan pengalaman saya sebelum mengajar kamu?" tanya Bu Dewi. "Okey" jawab Athena semangat sekali jika dia harus menceritakan tentang Nenek. "Tapi harus menggunakan bahasa Indonesia. Tidak boleh di campur. Jadi kalau nanti ada kata yang salah saya akan memberitahu kamu," ucap Bu Dewi lagi dan Athena menganggukan kepalanya. Athena mulai menceritakan kisahnya selama di Alpen. Athena juga menceritakan kebiasaan mereka selama disana. Athena merasa senang sekali. Apalagi saat Nenek membuatkannya s**u vanila hangat dan kue kacang di saat salju turun. Tidak lupa Nenek selalu menceritakan William saat masih kecil yang suka menggembala domba. Nenek adalah ibu dari William sedangkan Katty istri William dan juga Ibu Athena dia asli orang Indonesia. Athena juga menceritakan kalau dia mempunyai saudara kembar bernama Aleah. "Kenapa kamu bisa tinggal bersama Nenek selama ini?" tanya Bu Dewi penasaran dengan cerita Athena. Seketika mendengar pertanyaan Bu Dewi raut wajah Athena berubah sedih. Dia terdiam sejujurnya dia juga tidak tahu pasti kenapa dia bisa tinggal bersama Nenek. Tidak seperti Aleah yang bisa tinggal dengan William. Yang Athena tahu William membencinya semenjak 10 tahun lalu mungkin sampai saat ini. "Baiklah, kalau terlalu sulit jangan diceritakan," ucap Bu Dewi yang melihat Athena sedih. Jam dua siang Athena sudah keluar dari Apartemen Bu Dewi. Dia juga sudah meminta tolong Bu Dewi untuk menghubungi Bi Eneng agar Bi eneng memesankan taksi untuknya. Disinilah Athena sedang berada di luar Apartemen menunggu taksi yang di pesan oleh Bi Eneng. Saat dia sedang berdiri dan matanya mencari taksi bewarna biru yang di pesan Bi Eneng, Athena memicingkan matanya kearah sebuah mobil bewarna putih dan seorang pria yang pernah dia lihat. Seketika Athena teringat akan pria itu. Ya, dia adalah pria sombong yang dengan sengaja membuang sepatu kesayangan Athena ke selokan. Terbesitlah sebuah ide jahil dipikirannya. Athena berlari dan bersembunyi di balik tembok saat dia melihat pria sombong itu melangkah masuk ke dalam Lobby. Saat Athena memastikan pria sombong yang dia tidak kenal namanya sudah masuk. Athena berlari menuju mobil putih yang dia yakini adalah kepunyaan pria itu. Lalu Athena mengambil batu kecil. Dia melihat ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada yang memperhatikannya, Athena mulai menggores body mobil itu dengan batu. Dan Athena tertawa puas sudah membalas dendam kepada pria sombong itu. "Apa ini?" ucap Athena merasa kakinya menginjak sesuatu. Athena  melihat kebawah dan disana ada sebuah dompet bewarna hitam tepat di bawah pintu kemudi. Athena sedikit membungkuk dan mengambil dompet itu. Tiba-tiba Athena kembali membuang dompet tersebut dan pergi, tetapi dia berbalik lagi menatap dompet hitam itu lagi. Athena sedikit berpikir, setidaknya hari ini dia melakukan satu kebaikan untuk membalas kejahilannya sudah menggores mobil pria sombong itu. Athena kembali mengambil dompet itu dia hendak mengambalikan kepada pemiliknya. Athena membuka dompet itu hendak mencari tanda pengenal dari pemilik dompet. Athena melebarkan matanya ketika melihat tanda pengenal yang berada di dalamnya. "Radit Alexander," ucap Athena membaca nama di tanda pengenal itu. "Jadi nama pria sombong itu Radit. Kalau tahu ini milik pria sombong itu, lebih baik aku biarkan dompet ini diambil orang. Hai, kau pria sombong setidaknya berterima kasih aku masih berbaik hati mengembalikan dompetmu ini" ucap Athena kepada foto Radit. Athena kembali ke Lobby. Dia menemui Recepsionis dan memberikan dompet Radit. Biar saja lebih baik Recepsionis yang memberikannya. Athena tidak sudi untuk bertemu pria sombong itu. Dan kebetulan juga taksi pesanan Bi Eneng sudah sampai Athena pun pergi menuju taksi untuk segera pulang. Radit sudah selesai dari Apartemen Daffa salah satu temannya sedang melangkah keluar dari Lobby. Recepsionis yang sudah mengenali Radit menghampirinya dan memberikan dompet yang tadi Athena temukan. "Kenapa bisa dompet saya disini?" tanya Radit kesal. "Maaf Tuan. Tadi ada seorang wanita muda berambut panjang. Menemukan dompet anda di dekat mobil putih itu," ucap Recepsionis. Baru saja Radit mengambil dompetnya dan hendak melangkah harus berhenti lagi. Daffa berlari menuju Radit. Daffa sepertinya sudah melihat goresan yang Athena buat di mobil putih miliknya. Daffa yang baru saja membeli mobil itu sangat marah melihat goresan panjang di mobilnya. "Dit, loe gimana bawa mobil gue? Kena apaan bisa ke gores panjang begitu?" tanya Daffa kesal. Radit yang tidak mengerti menatap Daffa kesal. Baru sehari dia meminjam mobil Daffa dan mana mungkin Radit membawa mobil itu ugal-ugalan sampai tergores. Radit dan Daffa segera menuju mobil untuk melihat goresannya. "Daf, ini bukan gue. Pasti ada orang yang sengaja ini" ucap Radit. "Iya. Tapi siapa Dit. Loe tahukan mobil ini baru bangat gue beli. Lusa gue mau jalan sama Monica" ucap Daffa frustasi. Radit yang masih memegang dompetnya teringat akan sesuatu. Radit sebenarnya tidak yakin dengan dugaannya ini. Lebih baik dia memastikannya agar dia tahu dugaannya benar atau salah. Radit kembali menuju Recepsionis yang tadi mengembalikan dompetnya. "Mba, apa wanita yang menemukan dompet saya wajahnya Indo campuran?" tanya Radit. Recepsionis itu sedikit berpikir, lalu dia menganggukkan kepalanya saat teringat wajah Athena. "Apa bicaranya sedikit aneh?" tanya Radit lagi. "Tidak juga. Cuma nadanya seperti orang yang luar yang baru belajar bahasa Indonesia" jawabnya. Radit semakin yakin kalau wanita yang sudah dengan sengaja menggores mobil Daffa adalah wanita yang menimpuknya dengan sepatu butut. Radit menyeringai ternyata dugaannya benar wanita dan sepatu butut itu adalah pelakunya. "Lihat pembalsanku Nona sepatu butut" ucap Radit menyeringai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD