PART 2

1036 Words
Betty menatap kedua tangannya yang terikat sebuah dasi berwarna hitam milik Dave. Lalu tatapannya jatuh pada Dave yang melepas kemejanya perlahan sambil menatap Betty penuh gairah.  "Dave..." Dave mengangkat telunjuk ke atas bibirnya, meminta Betty diam. Setelah itu tangan Dave kembali bergerak pelan membuka kancing kemej anya. Betty terkesiap saat Dave membuang kemeja nya ke ujung ranjang. Posisi Dave yang sangat dekat dengan Betty, dengan kaki yang tertekuk membuat Betty tak urung menatap Dave lekat. Dave yang kini bertelanjang d**a. Tangan Dave terulur...memisahkan kaki Betty yang tertekuk. Dengan gerakan pelan Dave Dave merunduk setengah menindih tubuh Betty. Betty membeku saat Dave menatapnya lembut sambil menggerakkan tangannya membuka kancing baju Betty hingga tiga kancing ke bawah, sebelum akhirnya meloloskan nya hingga ke tangan Betty yang terikat.  Betty mengernyit karena justru dia merasa telanjang tapi masih memakai baju walau tidak dengan benar. Sejenak Dave menatap tubuh Betty yang masih memakai bra dan sebuah rok yang sudah tersingkap semena-mena. Betty membuang wajahnya ke samping saat Dave mengelus pahanya. Bahkan setelah ciuman panas yang membawa mereka terhempas ke ranjang apartemen Dave itu, Betty masih merasa malu karena tubuh setengah telanjang nya. Tubuh Betty melengkung saat Dave dengan lihai menarik celana dalamnya dan membuangnya ke ujung ranjang. Lenguhan terdengar dari mulut Dave saat dengan mata terpejam Dave mengusap s**********n Betty lembut.  Betty menahan napas. Darahnya berdesir turun hingga ke pusat dirinya. Berkumpul membuat pusat dirinya berkedut hebat minta diisi. "Dave...lepaskan ikatan ini.." "Hmm...tidak. Kau cantik seperti ini." Betty menelan salivanya susah payah saat Dave beranjak dan membuka celana panjangnya. Lalu celana dalamnya hingga Betty dapat melihat bukti gairah Dave yang berdiri tegak siap bekerja keras. Dave kembali merunduk dan membuka kaki Betty yang kembali posesif menutupi ketelanjangan di balik rok pendek yang dipakainya. "Dave...aku..." "Pelan. Aku akan melakukannya dengan pelan." Dave memagut bibir Betty dan mereka berciuman dengan panas. Dengan tangan Betty yang Dave bawa ke atas kepalanya. Betty merutuk dalam hati karena dia tak bisa bergerak bebas. Merutuk karena dengan curang Dave membelainya disemua tempat yang terjangkau oleh tangannya. "Kau siap...?" Betty tak menjawab. Tapi di bawah sana, pusatnya telah siap. Dave tersenyum dan menumpukan tangannya di samping tubuh Betty sementara satu tangan lain memegang gairahnya dan membimbingnya ke arah pusat Betty. Betty menahan napas dan terpekik tertahan saat Dave bahkan mengingkari perkataannya untuk melakukannya dengan pelan. Dave menghunjamnya dengan sekali hentak yang membuat Betty meringis kesakitan.  Dave mulai bergerak pelan. Mengisi Betty dengan hunjaman memabukkan. Menggantikan rasa sakit dan perih selaput dara yang terkoyak dengan kenikmatan karena Dave mampu mengisinya dengan penuh. Tubuh Betty terlonjak-lonjak saat Dave menghunjamnya dengan gerakan cepat. Lalu pelan. Cepat lagi. "Aaaargh..." Dave menggeram saat miliknya menghantam sisi terdalam Betty. Gerakan seirama akhirnya tercipta. Menghasilkan seprai yang kusut masai dan Betty yang berulang kali melenguh kesal. Tangannya yang terikat jelas menyulitkan gerakannya. Dia menjerit dalam hati betapa dia ingin memeluk punggung keras Dave dan meredakan rasanya. Sesuatu yang panas meledak dari inti Betty membuat Dave kalap dan bergerak menghunjam semakin cepat. Sesaat kemudian Dave bergerak pelan. Melepaskan miliknya dari Betty dan menghunjamkannya lagi. Begitu berulangkali hingga Betty kembali b*******h. "Dave...aku..." "Wait!..." Dave kembali menghunjam keras. Tangannya bergerak melepaskan dasi yang mengikat tangan Betty dan Betty langsung saja memeluk punggung Dave. Dave menghunjam semakin keras dan akhirnya lenguhan keduanya bersahutan saat Dave menembakkan hasil gairahnya ke dalam Betty. Dave berhenti. Memberi kesempatan pada Betty untuk tergulung dalam kenikmatan bersamaan dengan intinya yang berkedut. "Dave..." Dave bergumam dan ambruk ke samping tubuh Betty. Betty tersenyum kecut. Dave tertidur begitu cepat dengan menelungkupkan tubuhnya. "Aku akan lebih membutuhkanmu setelah ini Betty. Kau membuatku...kacau..." Betty membeku. Urung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang setengah telanjang. Betty memilih beranjak dan memakai bajunya pelan. Menjelang dini hari.... "Aku akan lebih membutuhkanmu..." Betty terlonjak dari tidurnya. Kata-kata Dave lima tahun lalu begitu membekas di hatinya. Percintaan panas mereka menjadi sebuah mimpi erotis yang menyiksa Betty di hampir setiap malamnya. Betty terluka walau mungkin Dave tak menyadari ucapannya. Dan kata-kata itu membuat Betty pergi. Menjelang dini hari. Lima tahun lalu. Dave hanya membutuhkan s*x darinya, tanpa melibatkan perasaan. Hanya sebuah  penyatuan dua raga yang tak bermakna apapun selain terpenuhinya sebuah kebutuhan akan pelepasan gairah. Lima tahun lalu itu sangat menyakitkan. Dan tetap menyakitkan bahkan hingga sekarang di saat seharusnya semua berubah dan terobati oleh waktu. Betty menyingkap selimutnya dan berjalan menuju wastafel. Ini bukan kali pertama dia memimpikan kejadian lima tahun silam itu. Tapi sudah beberapa bulan ini mimpi itu jarang hadir. Betty merutuk karena mimpi itu hadir kembali setelah dia bertemu dengan Dave lagi. Betty membasuh wajahnya. Dingin air menyelusup pori. Membawa kesadarannya kembali utuh. Betty melirik jam di atas nakas yang menunjukkan sekarang adalah menjelang dini hari. Sama seperti waktu itu. Lima tahun lalu. Betty terpaku. Berdiri dalam diam menatap wajahnya di kaca. Temaram lampu tidur menyamarkan...airmatanya. *              "Katakan padanya kita tidak bisa mengambil pesanannya lagi, Jesse." "Tapi, Chef...baiklah." Jesse urung mengelurkan protes dan melangkah ke mejanya. Para kurir sudah mengantri untuk mengantarkan pesanan langganan. Betty menghela napas keras dan menyibukkan dirinya lagi. Pengunjung restorannya lumayan banyak saat jam makan siang seperti sekarang ini. Teriakan para Chef sahut menyahut menciptakan harmoni suara dan rasa di dapur restorannya. Sesaat kemudian Betty menggeram kesal membuat semua yang ada di dapur menoleh menatapnya. "Kalian teruskan. Maafkan aku." Betty melemparkan apronnya dan  melangkah keluar dari dapur restoran. Langkah kaki membawanya menjauh dari restoran dan dia berhenti di sebuah tanah lapang. Betty berjalan semakin ke tengah dan duduk terhempas di rerumputan. Hari ini dia memutuskan untuk menolak pesanan Dave. Betty berpikir semua sudah cukup dan dia ingin menyudahi semua bentuk pertemuan dengan Dave. Betty berpikir dia akan baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak. Sepersekian detik setelah dia mengambil keputusan, yang terlintas di benaknya adalah...apakah Dave makan siang tepat waktu? Apakah menu makannya sehat? Apakah... Beratus kata apakah menjejali pikiran Betty dan itu membuatnya berteriak kesal. Betty menoleh saat sebuah bola menggelinding mengenai kakinya. Seorang anak menghampiri Betty dengan raut ragu-ragu. "This your ball. Hei...berapa umurmu?" Bocah laki-laki itu mengacungkan tangannya. Jemari mungil nya menunjukkan jumlah empat. Dia empat tahun. "Apa kau bersama seseorang?.l" Bocah itu mengangguk dan mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya berlari menghampiri seorang wanita tua di kejauhan. Betty menghela napas dan memegang dadanya. Degup jantungnya terasa lebih cepat. Betty menangis. Betty ingin berteriak. Namun semua berakhir dengan dia yang menekuk dua kakinya dan menyembunyikan wajahnya. Kalau saja dia bertahan... Airmata Betty deras mengalir seiring bahunya yang berguncang semakin keras. Tidak hanya Dave Jefferson yang ada di masa lalunya. Ada bagian dari pria itu pernah singgah walau tak selamanya... ----------------------------  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD