“Mon—.” Panggilnya perlahan. Ramon terlonjak kaget. “Ya?” jawab Ramon seraya membalikkan badan. “Bagaimana keadaanmu?” “Baik.” Suara itu terdengar begitu datar. “Bella bagaimana?” tanya Prayit lagi. “Seperti kemarin. Tak ada perubahan. Sekarang lagi tidur,” jawab Ramon masih dengan raut datar. Prayit melangkah semakin dekat. “Bagaimana lukanya?” tanya Prayit berusaha melirik ke arah Bella. Tapi kepala wanita malang itu tertutup oleh tubuh Ramon. “Masih seperti kemarin.” Saat dekat makin jelas raut muka Ramon. Wajah kuyu dan putus asa. “Saya boleh melihat luka Bella, Mon?” tanya Prayit pelan. Wajah Ramon tampak berubah. “Cuma melihat?” Ramon balik tanya. Tentu Prayit bingung mendengarnya. Apa lagi dengan tatapan tajam seperti itu. Lidah Prayit mendadak kelu. Terlihat makin gugup da

