HARI YANG MENYEBALKAN

781 Words
Jihan dan Arka menikmati makan malam dalam diam. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan juga garpu. Sambil sesekali Jihan melirik kearah laki-laki yang sedari tadi sukses membuatnya kesal setengah mati. Mulut Jihan terbuka lebar saat menyadari piring milik Arka sudah kosong, bahkan bersih sampai tak ada sisa butiran nasi sedikitpun. Jihanpun tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepalanya. "Alhamdulillah.. " Arka mengucapkannya dengan lirih namun masih bisa terdengar oleh telinga Jihan. " Jangan memandang Saya seperti itu. Kalau kamu terpesono sama Saya detik ini juga, malah Saya nanti yang repot. " sahut Arka dengan penuh percaya diri. Astagaaa!!ini orang bukan hanya ngeselin, tapi juga kepedean!! Jihan kembali menyuapkan nasi terakhir ke dalam mulutnya. Setelah habis, Ia lantas membalik posisi sendoknya. Dan mengelap mulutnya dengan sebuah tisu. Sedangkan Arka masih tetap memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. " Habiskan nasinya, Jihan. " " Sudah. " jawabnya singkat. " Saya bilang habiskan nasinya. " tegas Arka sembari mendekatkan posisi kepalanya pada Jihan. Jihanpun reflek menjaga jarak dan mundur perlahan. " Su-dah habis, Mas Arka bisa lihat sendiri, tuh! "Jihan menunjuk piring kosong miliknya. Arka menarik kepalanya lalu mengambil piring milik Jihan. Masih ada beberapa nasi yang tersisa di piringnya. Dengan lembut Arka segera menyendok sisa nasi itu lalu memberi kode pada Jihan agar membuka mulutnya. Namun Jihan hanya menggelengkan kepalanya. " Ayo, buka mulutmu Jihan. " Arka terus memaksanya sembari menyodorkan nasi di hadapan mulut Jihan. Jihan hanya meliriknya sekilas lalu membekap mulutnya rapat-rapat. " Ayo, buka. Ayah mengajarkan Saya untuk jangan pernah menyisakan nasi walaupun hanya sebutir, karena Kita tak pernah tau butiran nasi mana yang mendatangkan keberkahan untuk Kita. Maka dari itu, sekarang Saya minta tolong habiskan nasinya. " Arka berbicara dengan serius namun tatapannya penuh cinta. Jihanpun reflek membuka mulut. Dan suapan terakhir itu berhasil masuk ke dalam mulutnya. "Mas Arka memangnya habis kerja rodi dimana? Kok nasi sebanyak itu bisa habis tanpa sisa? " tanya Jihan dengan polosnya. " Saya habis kerja rodi untuk mengambil hati kamu."ceplosnya. Whattt!!! Jihan lalu menghembuskan nafasnya secara kasar, Gombalan Arka sedari dari ternyata membuatnya sedikit muak. Jihan lalu melirik jam dinding di atas sana. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.20. Adzan 'isya juga terdengar sudah berkumandang. Kapan sih acaranya selesai?sudah bete banget aku menghadapi laki-laki yang super menyebalkan ini. Tak lama kemudian Kedua orang tua Mereka berjalan menghampiri Arka dan Jihan. " Alhamdulillah sudah adzan, mari kita sholat jama'ah di musholla. " ucap Pak Hamid. " Mohon maaf sekali Pak Hamid. Lain kali saja. Kebetulan Ba'da 'isya ada acara yasin dan tahlil di masjid dekat rumah. Jadi Kami pamit undur diri. " Arsyad berpamitan pada Hamid dan keluarganya sembari menangkupkan kedua tangannya. " O, ya sudah Kalau begitu. Sampai bertemu kembali bulan depan di Walimatul 'ursy anak kita Pak Arsyad. " jelas Hamid sembari menepuk pelan punggung sahabatnya. " Ya, semoga diberi kelancaran sampai hari- H nanti. Terimakasih juga atas jamuan makan malamnya Pak Hamid, Bu Maryam." ucap Arsyad. Tunggu-tunggu. Sebulan lagi? Kemarin Ayah bilang ta'arufnya 3 bulan. Kenapa cuma sebulan?Berarti 1 bulan lagi Aku akan resmi menjadi istri sah dari laki-laki super menyebalkan ini? Astagaaa!! mimpi apa Aku semalam!! " Sama-sama Pak. " ucap Hamid dengan senyum simpul. " Arka, kamu mau ikut Kami pulang atau masih betah menemani Nak Jihan disini? " ledek Arsyad pada putranya yang masih duduk manis berhadapan dengan Jihan. Mendengar ucapan Arsyad sontak membuat Maryam, Fatimah dan juga Hamid terkekeh pelan. "Mmm, Arka pulang Yah. Kebetulan ada jadwal ngaji Ba'da 'isya nanti. " jawab Arka sembari bangkit dari duduknya kemudian segera merapikan bajunya. Iyeeeesss!!akhirnya Dia pulang juga!! " Kalau begitu Kami pamit pulang dulu Pak Hamid, Bu Maryam. Nak Jihan, Kami pulang dulu. Siapkan mentalmu ya, Nak. Karena sebulan lagi kamu akan menjadi istri dari seorang Arka yang super duper menyebalkan ini. " ucap Arsyad dengan senyum simpul. Astagaaa!Kenapa Pak Arsyad bisa tahu semua isi hatiku? Padahal dari tadi Aku hanya bergumam dalam hati. " Baik Pak Arsyad, Bu Fatimah. Hati-hati dijalan. " Jihan mengulas senyum sembari menangkupkan kedua tangannya pada orang tua Arka. " Saya pamit pulang dulu Jihan. Sampai bertemu lagi besok hari sabtu. " Arka berucap lirih sembari mengedip-ngedipkan matanya. Diiihhh!!genit banget sih ini orang. Eh tunggu, hari sabtu? Besok dong? Aku bakalan ketemu dia lagi. Ooohhh, BIG NO!! " Iya, Mas Arka. " jawab Jihan lembut, namun hatinya sangat dongkol. " Pak Arsyad, Bu Maryam. Saya pamit, Terimakasih banyak untuk jamuan makan malam yang istmewa ini. Assalamu'alaikum.. " Arka pun berpamitan pada orang tua Jihan. " Iya, sama-sama Nak Arka. " ucap Hamid dan Maryam bersamaan. Hamid, Maryam dan Jihan pun mengantar keluarga Arka sampai depan garasi rumah Mereka. Setelah mobil yang dikendarai Arka menghilang dari pandangan, Hamid, Maryam dan Jihan bergegas masuk ke dalam rumah. Bersambung...

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD