bc

Kembalinya Si Tuan Iblis

book_age18+
574
FOLLOW
4.8K
READ
family
HE
escape while being pregnant
heir/heiress
drama
detective
surrender
like
intro-logo
Blurb

Karena hidup bukan hanya tentang menunggu badai berlalu tapi tentang bagaimana cara menari di tengah hujan. - anonim

Sebagaimana dua orang yang terikat dalam masa lalu kelam dan dipertemukan kembali hanya untuk memberi dendam sementara rindu itu kian membuncah.

“Aku nggak akan membiarkan kamu mengakui sendiri anak yang juga anakku,” ujar Lingga.

“Dia bukan anakmu!” Rere tidak mau kalah.

“Dan aku nggak percaya. Ayo kita lakukan tes DNA.”

"Ini memang anakmu, dari hasil kelakuan bejatmu kala itu," kata hati Rere.

Akankah mereka membiarkan dendam merajai hati atau bagaimana bisa keluar dan memenuhi kebutuhan hati yang merindu?

chap-preview
Free preview
Bab 1 Lingga Si Cupu
Andrea Clave berjalan tergesa menuju perpustakaan untuk mencari teman-temannya yang tiba-tiba menghilang saat dirinya tengah berbincang dengan salah satu anggota BEM di lorong kampus. Gadis yang kerap disapa Rere itu adalah salah satu mahasiswi berprestasi di tempatnya kuliah selain karena fisiknya yang bisa dibilang sempurna. Hingga tak heran banyak laki-laki yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian bahkan cintanya. Namun Rere belum memikirkan untuk sekadar punya pacar. Pasalnya gadis berusia dua puluh satu tahun itu bercita-cita menjadi seorang dokter dan bertekad untuk mewujudkan cita-citanya tanpa terhalang oleh sebuah perasaan bernama cinta yang menurutnya omong kosong. Hidup dalam keluarga berantakan karena sang ayah pergi begitu saja meninggalkannya saat usia gadis itu baru menginjak sembilan tahun dengan seorang ibu yang beruntungnya baik, hanya saja sang ibu tidak bisa bertahan dan harus meninggalkannya dua tahun lalu karena penyakit gagal ginjal yang diderita membuatnya tidak percaya arti kata ‘cinta’. Rere yang selalu hidup dalam penderitaan mencoba bangkit untuk bisa menggapai cita dengan modal nekat karenanya alih-alih mencari pacar yang menurutnya hanya buang-buang waktu dia lebih memilih fokus pada kuliah dan keinginan terbesarnya. Gadis cantik dengan tubuh semampai itu tengah mengenyam pendidikan di bangku kuliah semester enam dengan bantuan beasiswa. “Aww! Liat-liat dong kalo jalan!” ketus Rere pada seorang pria cupu yang menabraknya. “Ma- maaf.” Tergagap, pria berkaca mata itu menatap lekat netra hitam legam milik Rere. “Ya udah gih sono, ngapain masih di sini!” Karena terburu-buru Lingga berbalik cepat dan kembali menabrak, kali ini sekumpulan wanita yang sedang berjalan ke arah Rere. “Buset nih anak, jalan pake mata!” seru Meta, salah satu teman dekat Rere memancing perhatian orang di sekitar mereka. “Maaf.” Lingga menunduk dalam menyembunyikan wajah dibalik kacamata tebalnya kemudian bergegas pergi. Dia sudah terbiasa menerima perlakuan kasar. Tampilannya yang berbeda dengan yang lain membuatnya selalu menjadi bulan-bulanan teman-temannya. “Kalian kemana aja sih, ditinggal bentar udah kabur aja?” Rere yang sudah terlanjur kesal bertanya pada sekumpulan temannya. “Lagian kamu asik banget ngobrolnya ya udah kita tinggal aja,” timpal Cyndi, salah satu dari mereka. Rere mempunyai tiga orang sahabat. Meta, Cyndi dan Brian. Berbeda dengan gadis itu yang hidup serba seadanya, mereka bertiga adalah anak-anak dari keluarga berada. Mereka adalah segelintir dari sekian banyak penghuni kampus yang dengan tulus bersedia berteman dengan Rere tanpa memandang status sosial. “Udah yuk kantin,” ajak Brian saat melihat nada kesal pada ucapan Rere sebelum terjadi perdebatan lebih panjang. Seperti persahabatan lain pada umumnya, mereka juga kerap kali berdebat kecil hanya saja sebisa mungkin mereka menghindari hal-hal yang memicu pertengkaran. “Yuk ah, udah dong Beb jangan ngambek.” Cyndi merangkul Rere mengajaknya menyusul Meta dan Brian yang sudah lebih dulu berlalu. “Eh, tadi kamu ngapain sama si cupu?” tanyanya. “Ngapain?” jawab Rere sambil memutar bola mata. “Kali aja, secara dia kan ngefans banget sama kamu.” Walau kerap kali membully Lingga, mereka tahu pria itu menaruh hati pada Rere. Namun mereka tidak setuju jika sang sahabat sampai dekat apalagi jadian dengan pria berkaca mata tebal itu. Menurut mereka Rere terlalu sempurna untuk bersanding dengan pria cupu macam Lingga. Gadis itu hanya menanggapi ocehan sahabatnya dengan gidikan bahu, setelahnya menepuk pundak Cyndi memberi isyarat agar berjalan lebih cepat karena di depan Brian terlihat melambai ke arah mereka. Suasana di kantin kali ini sangat ramai hingga tak tersisa tempat duduk kosong. Ada satu, itu pun sudah ditempati si cupu Lingga. Dengan terpaksa mereka mendekat pada pria yang sebenarnya tampan itu. Jangan tanyakan reaksi Lingga saat mereka berempat datang menghampiri. Seperti biasa aura tidak mengenakkan sudah terasa bahkan sebelum mereka duduk. “Boleh gabung, kan?” Brian bertanya. Dari mereka berempat hanya Brian lah yang tampak lebih bersahabat dengan pria itu. Lingga mengangguk tapi fokusnya beralih pada Rere. “Apa liat-liat?” ketus Rere membuat si empunya mata langsung menunduk. Kejam sekali kan si Rere ini? “Kalo suka bilang, jangan liat-liat doang!” seru Meta memancing. “Kamu? Suka sama aku?” Rere tertawa menyebalkan. “Aku si enggak!” lanjutnya. “Ya iya lah secara kamu kan sempurna, nggak lepel kali sama si cupu ini.” Cyndi ikut menanggapi. Yang diajak bicara hanya diam memilih fokus pada makanan di depannya yang tinggal separo. Sedetik kemudian pria itu berdiri lalu meninggalkan kawanan manusia yang selalu menghinanya itu. Lingga tidak tahu apa yang salah pada dirinya. Dia hanya berpenampilan berbeda dengan yang lain, apa itu salah? Toh dia tidak merugikan orang lain. Kalau masalah perasaannya pada Rere dia tidak menyangkal. Dia mengakui jika dirinya menyukai bahkan mungkin mencintai gadis itu. Tapi itu juga bukan kemauan dia, bukankah Tuhan yang membolak-balikkan hati manusia? “Eh, cupu! Kemana?” Teriakan Meta sontak mengundang tawa sebagian orang di kantin. Lingga kembali ke kelas tanpa mempedulikan kasak kusuk yang semakin lama semakin hilang dari pendengarannya. Sudah terlalu biasa dia diperlakukan tidak baik oleh mereka. Tidak apa-apa Lingga, sebentar lagi kamu lulus. Kalimat yang selalu dia rapalkan untuk menguatkan dirinya sendiri. Lingga adalah mahasiswa semester akhir jurusan fotografy. “Lingga!” panggil sebuah suara yang sangat dia kenal disertai langkah kaki mendekat membuatnya menoleh. “Sandra?” “Nggak usah ditanggepin ya omongan mereka," ucap Sandra, satu-satunya gadis yang care pada pria itu di kampus. Dia adalah anak salah satu kolega bisnis orang tua Lingga. Gadis itu sering kali melihat Lingga dibully oleh teman-teman mereka tak terkecuali kejadian baru saja di kantin. Lingga mengedikkan bahu, "Nggak masalah," balasnya. “Kenapa sih kamu masih aja suka sama Rere, padahal kan dia jahat banget sama kamu?” Semua orang bisa melihat tatapan cinta Lingga pada Rere termasuk Sandra yang tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. Menurutnya pria itu terlalu bodoh karena menyukai gadis jutek macam Rere. Masih banyak gadis yang lebih cantik dan pintar dari gadis itu. “Entah, aku juga nggak ngerti,” jawabnya acuh. “Dia tahu nggak kalo kamu suka sama dia?" tanya Sandra. "Gimana kalo kamu tembak aja, mana tau kan dia juga suka?” lanjutnya. “Kamu becanda? Bisa liat sendiri kan gimana perlakuan dia ke aku?" Nah ini yang membuat Sandra merasa heran. Pria itu tahu Rere tidak pernah menyukainya tapi masih saja berharap. Bukankah Lingga bodoh? “Nggak ada salahnya dicoba, senggaknya kamu bakal ngerasa lega kalo udah ngungkapin. Mumpung masih ada waktu loh, kan bentar lagi kita lulus.” “Benar juga sih, aku nggak pernah tau akan ada lagi nggak kesempatan buat ngomong sama dia.” “Nah tu tau.” Sandra senang Lingga masih mau mendengarkan nasihatnya. Pria itu masih berusaha walaupun tahu hasilnya akan seperti apa. Setidaknya Rere bisa sedikit merubah sikap pada sahabatnya itu jika tahu Lingga menyukainya. ‘“Tapi gimana caranya? Aku belum pernah lakuin itu sebelumnya.” “Umm ... enaknya gimana ya?” Sandra mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu. “Udah deh ntar kita pikirin lagi. Aku kelas dulu ya?” lanjutnya berpamitan. Dia tidak mau terlambat masuk dan dapat hukuman lagi dari dosen killer yang sekarang tengah menuju ke kelasnya. Lingga mengangguk, “Makasih, San," ungkapnya tersenyum tulus ke arah gadis yang sekarang mengacungkan jempolnya sambil mengangguk. Sandra adalah teman Lingga sejak kecil. Orang tua mereka berteman bahkan berencana menjodohkan mereka berdua. Namun saat dibicarakan keduanya menolak. Lingga dengan alasan ingin fokus pada pendidikannya dan Sandra tentu saja karena dia tahu bahwa pria itu mencintai Rere.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
4.5K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.5K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.7K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.5K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.8K
bc

Ayah Sahabatku

read
25.7K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook