bc

Melodi Cinta

book_age18+
2.2K
FOLLOW
11.4K
READ
possessive
sex
HE
CEO
drama
sweet
bxg
icy
city
lawyer
like
intro-logo
Blurb

WARNING 21+

Cinta bagai melodi, nada tinggi rendah bersatu padan agar menjadikan alunan lagu yang indah. Sama halnya dengan Cinta, perjalanannya berlika liku dengan tujuan kehidupan yang bahagia.

Prasetya Mahendra, pria dingin dan sama sekali tidak pernah peduli dengan yang namanya cinta dan wanita, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara agar perusahaan miliknya menjadi perusahaan raksasa nomor satu di dunia. Namun pada akhirnya hatinya tunduk pada seorang gadis bernama Kinara Anjani, gadis yang baru lulus SMA dan baru masuk kuliah jurusan Hukum di salah satu Universitar Ibu Kota.

Sejak saat itulah, pribadi Pras menjadi hangat. Pria matang itu rupanya adalah sosok yang sangat romantis. Namun siapa sangka, di balik keromantisannya itu terselip sifat kepemilikan yang amat sangat. Hingga Kinar merasa hidupnya berada di bawah tekanan Pras, apapun yang Kinar lakukan selalu berada dalam pengawasan Pras.

"Kamu untuk dan hanya milikku." Ucap Pras selalu.

Sanggupkah Kinar bertahan di samping Pras?

Ikuti kisah mereka yuk!

Jangan lupa tap love, follow, dan tinggalkan jejak di kolom komentar ya!

Cover by Canva

chap-preview
Free preview
MC 1
"Inang, bangun neng, sudah siang ini mah!" Ini suara Bunda Kinar, Inang adalah panggilan sayang Bunda nya pada Kinar. Krek ... Pintu kamar Kinar pun terbuka. "Ada apa sih, Bun?" Sepertinya Kinar masih belum terkumpul semua sukmanya. "Kamu teh lupa kalau hari ini harus berangkat ke Jakarta?" Mata Kinar langsung membola. "Bunda kenapa gak ingetin dari tadi sih, Bun? Kalau gitu Kinar siap siap dulu dah," Bundanya hanya geleng geleng kepala melihat tingkah Kinar. "Kebiasaan," gumam sang Bunda. *** Selesai mandi Kinar langsung menuju walk in closed, semalem dia sudah menyiapkan outfit yang akan dia pakai hari ini. Kaos hitam polos yang di padukan dengan celana monokrom warna grey. Wajahnya dia poles tipis dengan gincu yang dia omre, ngikutin jaman gitu lah. Rambut nya sengaja Kinar cepol tinggi, memperlihatkan leher jenjangnya dan ia beri poni di depan juga sedikit helai rambut di bagian depan samping menambah kadar kecantikan gadis berusia delapan belas tahun itu. "Hei kamar, makasih ya sudah nemenin aku selama ini. Kamu aku tinggal ke Jakarta dulu, nanti kalau libur semester aku pasti pulang kok. Aku pergi dulu yah!" Kinar berdialog dengan kamarnya, lantas keluar kamar. "Sudah tidak ada yang ketinggalan lagi kan?" Tanya Bunda. "Sepertinya tidak ada Bun," "Coba ingat ingat lagi deh, sapa tahu ada yang ketinggalan." "In sya Allah sudah semua, Bun. Sekarang Inang berangkat ya, Bun. Bunda harus jaga kesehatan, Inang akan jauh dari Bunda. Inang tidak bisa lagi jagain Bunda tiap saat. Tapi kalau ada apa apa jangan ditutup tutupi dari Inang, secepatnya Bunda harus ngasih tahu Inang. Okey Bunda?" "Iya iya, sekarang cepat gih berangkat nanti ketinggalan kereta loh, tuh Bang Adnan sudah nunggu di depan. Dan ingat selalu pesan Bunda, harus hati hati sama orang orang kota neng, semua orang harus neng waspadai. Banyak orang bermuka dua soalnya neng. Terus kalau nyimpen barang yang hati hati, kalau sekiranya berharga taruh ditempat yang aman ya." Pesan Bunda. "Siap Bunda, Inang akan selalu ingat semua pesan Bunda tanpa terkecuali. Sekarang inang berangkat dulu ya, Bun. Assalamu'alaikum Bunda ku Sayang, emmuach." Kinar mencium pipi kanan dan kiri bundanya. "Wa'alaikum salam warahmah, jangan ngebut, Nan!" Pesan Bunda pada Adnan, Adnan adalah adik bungsuh Bunda nya Kinar. Karena masih muda dan keren, Kinar tidak mau manggil Om, Kinar lebih suka panggil Abang saja, lebih cocok gitu untuk usia Adnan. "Okey, Mbak." Jawab Adnan. *** Kinar sudah sampai di stasiun Jakarta, ini baru kali kedua dia menapakkan kaki di Jakarta saat pertama kalinya dia ke sini adalah saat pendaftaran dan tes masuk kuliah. Tapi saat kali pertama dia ke sini, dia ditemenin sepupunya. Bisa dibilang ini pertama kali dia datang ke Jakarta sendiri. Keluar stasiun Kinar bingung mencari angkot jurusan ke kosan Laras, sepupunya. Kinar tolah toleh namun sepertinya tidak ada angkot yang dia cari. Dan tiba tiba dari arah belakang ada yang menarik tas sampingnya. "Tolooooong .... Copet .... Tolooooong ... " Sebelum si pencopet berhasil mengambil tas samping milik Kinar, ternyata ada pria yang menolong Kinar. Pencopet itu pun langsung diserahkan ke scurity oleh si pria tersebut. "Mbak gak apa apa kan?" Tanya si pria pahlawan. Sedangkan Kinar hanya menggelengkan kepala, dia masih trauma. "Mbak mau kemana?" Bukannya menjawab, Kinar langsung pergi begitu saja. Namun si pria tersebut terus mengikuti Kinar. "Mbak tunggu dulu, Mbak mau kemana biar saya antar?" Tanya si pria dengan napas ngos ngosan karena mengejar Kinar. "Tidak usah, terima kasih Om, saya bisa sendiri kok." Ucap Kinar kemudian. "Tunggu, barusan panggil saya apa?" "Om," ucap Kinar hati hati "ada yang salah kah?" Lanjut Kinar. Si pria tersebut menghela nafas panjang lalu melepaskan dengan kasar "dengar baik baik ya Mbak, saya ini masih muda. Umur saya masih kepala dua, jadi saya bukan Om Om ya." Jelas si pria, naik pitam rupanya setelah Kinar panggil Om. Emang masih muda sih, Kinar tafsir kemungkinan usianya sama dengan Adnan sekitar dua puluh empatan lah. "Terus saya harus panggil apa dong, oh iya saya tahu, panggil Bapak aja kali ya." Ucap Kinar polos. "Ah itu lebih parah tahu, saya bukan bapak bapak." Kembali si pria itu ngomel pada Kinar. "Terus apa dong?" Kinar sudah mengerutkan keningnya. "Kenalin nama saya Prasetya Mahendra, panggil saya Pras saja." "Kinar," Kinar pun menerima uluran tangan Pras. "Okey, sekarang Kinar mau kemana biar saya antar." Tawar Pras. "Gak usah, saya bisa sendiri. Dan lagi saya tidak ingin merepotkan kamu lagi, nanti saya hutang budi banyak sama kamu." Kinar paling anti kalau ada yang berbuat baik padanya, bukan apa apa, Kinar orang nya suka gak enakan. Jadi kan seperti ada hutang budi gitu, apalagi sama orang yang gak dikenal. Balas budinya gimana coba, kalau misal hanya ketemu sekali saja? "Saya tidak pernah mengharap balas budi dari kamu, saya ikhlas nolongin. Lagian saya tambah khawatir jika membiarkan kamu pergi sendiri, tampang wajah seperti kamu ini mudah sekali dijahatin tahu gak sih?" Jelas Pras. "Emang wajah saya kenapa?" Tanya Kinar polos. "Sudah gak usah banyak tanya, sekarang siniin kopernya biar saya bantu bawa ke mobil saya dan saya akan antar kamu ke tempat tujuan." Pras mengambil paksa koper Kinar. "Tunggu tunggu, tapi kamu bukan skongkolan preman preman yang tadi itu kan? Nanti kamu jahatin aku kayak mereka lagi dengan kedok pura pura nolong." Ucap Kinar ceplas ceplos. "Astagfirullah, orang niat baik kok malah dituduh yang gak gak sih. Percaya deh, saya ini orang baik." Heran deh Pras, masih ada orang kulot kayak Kinar di jaman milenial gini. Setelahnya Kinar mengekor Pras menuju parkiran mobil, Pras mengarahkan Kinar untuk segera masuk mobil. Setelah keduanya berada di dalam mobil, Pras menanyakan alamat tujuan Kinar. "Tujuan kamu ke sini kuliah atau kerja?" Tanya Pras agar suasana tidak sepi seperti kuburan. "Kuliah," jawab Kinar singkat dan padat. "Ambil jurusan apa?" Tanya Pras lagi. "Dapatnya di hukum," "Maksudnya dapat?" "Yah aku kan nyabang dibeberapa jurusan, tapi keterimanya di hukum. Karena aku ambil jalur prestasi, maklum aku dari keluarga biasa saja." "Oh gitu," Pras menggaruk tengkuk lehernya "Kamu mau mampir makan sebentar gak? Kebetulan aku laper nih." Lanjut Pras. Sebenarnya Kinar juga lapar sih, tapi kata Laras makanan di sini mehong mehong alias mahal. "Saya masih kenyang, saya makan di kosan saja nanti." Dan damn it, perut Kinar berbunyi. Pras langsung tertawa terbahak, "itu yang di bilang kenyang? Sudah deh kita mampir di restoran sebentar, kita makan. Tenang saja aku yang traktir." Terang Pras. Pras membawa Kinar ke tempat makan berlogokan warna merah putih dengan gambar orang tua berkaca mata dan berpita. "Kamu pesan apa saja boleh, bebas berapa aja." Ucap Pras. Melihat menu nya, Kinar menelan ludah. Benar kata Laras, makanan di sini mah mahal mahal sekali. Harganya satu porsi sudah kayak jatah makan Kinar sehari. Kinar memang dari keluarga sederhana, makanan seharga lima puluh ribu itu menurutnya sangat mahal. "Makanannya mahal mahal yak?" Bisik Kinar pada Pras. "Gak apa apa, aku yang bayarin. Pilih saja kamu mau makan apa." "Terserah kamu saja mah, saya mah manut." Usai makan Pras memenuhi janjinya mengantar Kinar ke kosan, di depan gerbang kosan Laras sudah berdiri menunggu dengan khawatir. "Kinar, dari mana saja sih. Seharusnya kamu sudah dari sejam yang lalu nyampek nya. Ini kenapa baru nyampek? Terus itu siapa yang anterin kamu? Maneh teh kasep pisan atuh, mobilnya juga kelihatan mewah dan mahal." "Nanti aku ceritain di dalam dah, sebentar aku mau ngucapin makasih dulu sama dia." Kinar mendekat ke arah Pras. "Em ... A', makasih banyak ya sudah nganterin aku ke sini. Jadi makin banyak hutang budi saya ke Aa'. Tapi Aa' jangan sungkan ya, kalau butuh bantuan bilang aja ke saya jangan sungkan, pasti akan saya bantu. Dan maaf saya panggil Aa', soalnya kayak tidak sopan gitu mah saya kalau hanya panggil nama saja. Hehehe ... " Kinar nyengir kuda. "Its okey, kalau gitu saya pamit ya." Kinar mengangguk lantas Pras masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook