Prolog.

276 Words
Dua tahun tinggal di kota yang berbeda tidak melunturkan kedekatan di antara Jasmine dan juga Janis. Satu sama lain selalu rajin mengucapkan ‘Aku merindukanmu’ setiap punya waktu melalui handphone. Bahkan, awalnya mereka tidak bisa dipisahkan, permohonan tante mereka yang tinggal sendirian di Yogyakarta membuat hati keduanya luluh dan setuju untuk berpisah sementara. Namun, sekarang hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh Jasmine terjadi begitu saja. Air mata terus membasahi pipi tirus Jasmine. Melihat satu-satunya kakak yang dicintai terbaring kaku, menyesakkan d**a dan menoreh luka terdalam di hati. Baru seminggu yang lalu, Janis-Sang Kakak berjanji membelikan sepatu baru jika dirinya kembali mendapatkan peringkat pertama di sekolah, tapi sekarang yang ia dapatkan justru kepergian Janis untuk selamanya. “Kak, bangun ... Jasmine udah datang.” “Kemarin Kakak bilang rindu, Jasmine,” gumamnya untuk kesekian kali sejak empat jam yang lalu tanpa niat berhenti. “Kakak punya janji sama, Jasmine. Bangun, Kak!!” seru Jasmine histeris. Kembali, kedua orang tua serta kerabat berusaha menenangkan gadis itu, tapi, Jasmine tetap saja bergeming di tempat sambil menggumam kan nama Janis terus-menerus. “Sebentar lagi mama melahirkan. Kita punya adik, Kak. Dia pasti lucu kayak Jasmine dulu, Kakak enggak mau lihat mukanya?” Beberapa orang menghapus air mata yang membasahi pipi mereka mendengar setiap kata keluar dari mulut Jasmine. Ditambah tangisan pilu yang membuat suasana haru semakin menyelimuti rumah duka. Seluruh sanak keluarga dan juga Jasmine, hanya mengetahui kematian Janis karena sakit asam lambung yang dideritanya. Kedua orang tua Jasmine memutuskan tidak memberitahu siapapun penyebab kematian Janis yang sesungguhnya. Agar Jasmine juga tidak larut dan merasakan sakit mendengar penyebab kematian kakaknya yang baru duduk di bangku SMA itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD