BAB 2

1093 Words
"Yah sarapannya udah siap." Kata seorang wanita dari arah dapur Dari balik kamar tampak seorang laki-laki setengah baya dengan wajah yang pucat sedang berjalan menuju meja makan. "Yah segini cukup nasi gorengnya?" Tanya Rachel sang putri " Udah segini aja nasi gorengnya Ra. Ayah lagi ga nafsu makan." kata sang Ayah menjelaskan "Walaupun ayah lagi ga nafsu makan, ayah tetap harus makan meski sedikit. Kalau sarapannya udah selesai obatnya jangan lupa diminum." Kata Rachel mengingatkan "Iya Ra. Ayah tahu. Lama-lama kamu mirip kayak bunda kamu. Sama-sama cerewet." Kata sang ayah "Biarin aja. Ayah emang harus dicerewetin. Yah setelah ini Rara anterin Ayah ke rumah sakit. Hari ini jadwal Ayah buat cuci darah kan? Jadi sebelum Rara ke sekolah Rara anter ayah dulu."  kata Rara cerewet " Ga usah nanti Ayah bisa naik taxi sendiri aja. Kalau kamu nganterin Ayah dulu bisa-bisa kamu telat ke sekolah." kata sang ayah "Ayah tenang aja Rara udah minta izin buat datang telat jadi ayah tenang aja." kata Rara menjelaskan pada ayahnya "Kamu memang seperti Ibu kamu keras kepala dan ga mau kalah. Ya udah ayah ikut aja kata kamu aja." Kata sang ayah menyerah Mereka pun melanjutkan sarapannya dengan obrolan-obrolan santai. Rachel berusaha untuk memberi yang terbaik untuk sang ayah. Rachel tahu penyakit yang sang ayah derita sangatlah menyakitkan. Tetapi ketika sang ayah ditanya beliau selalu bilang kalau ga papa. Dan itu yang membuat Rachel merasa sedih. Maka dari itu Rachel selalu berusaha ada ketika sang ayah menjalani perawatan. @ rumah sakit "Dok bagaimana keadaan ayah saya?" Tanya Rachel pada dokter yang merawat sang ayah " Keadaan ayah kamu semakin memburuk. Walaupun sudah melakukan cuci darah tapi setelah saya observasi itu tak bisa membuat ayah kamu sembuh. Ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal." kata dokter Vano dokter yang merawat sang ayah " Apa ga ada cara lain lagi untuk kesembuhan ayah saya dok untuk kesembuhan ayah saya." Tanya Rachel "Hanya satu kemungkinan yang bisa yaitu cangkok ginjal. Tapi resikonya cukup besar baik bagi penderita maupun pendonor. Apalagi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan operasi itu sangat mahal." kata dr. Vano menjelaskan Rara tak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah dr. Vano menjelaskan semuanya ia merasa bingung harus berbuat apa? Kalau ginjalnya cocok dengan senang hati memberikannya pada ayahnya. Tapi soal uang ia masih bingung bagaimana mencarinya. Mengandalkan gajinya sebagai guru tak bisa menutupi tagihan perawatan ayahnya. Sekarang pun Rara harus bekerja tambahan untuk bisa menutupi biaya rumah sakit ayahnya. " Sayang, kamu ga papa?" Tanya seorang laki-laki Rara sedang duduk melamun tanpa sadar Radit pacarnya datang untuk menjemputnya. "Aku ga papa cuma lagi mikirin ayah aja." kata Rara menjelaskan "Gimana kondisi ayah sekarang sayang sekarang?" Tanya Radit sambil memeluk Rachel "Keadaan ayah semakin memburuk Dit. Dokter Vano bilang kondisi ginjalnya sudah sangat buruk. Dan Ayah harus menjalani opetasi cangkok ginjal untuk mengurangi rasa sakitnya dan membuat ayah bisa bertahan. Kalau seandainya ginjalku cocok aku dengan senang hati akan mendonorkannya. Tapi masalahnya biaya operasi itu sangat mahal.Aku dapat uang darimana untuk biaya operasi itu Dit. Aku bingung harus gimana? Apalagi biaya operasinya mahal." kata Rara menangis dalam pelukan sang kekasih Radit pun langsung memeluk Rara memberikan rasa nyaman untuknya. Sebagai seorang pacar hanya ini yang Radit bisa. Memberikan pelukan untuk sang kekasih. "Maaf sayang aku ga bisa bantuin kamu. Aku ga punya uang dalam jumlah sebesar itu. Kamu tahu sendiri aku cuma pegawai biasa. Apalagi aku juga belum begitu lama bekerja disitu. Jadi aku ga bisa pinjam uang perusahaan seenaknya." kata Radit menyesal " Ga papa kok Dit. Aku akan cari cara lain. Aku yakin aku pasti bisa nemuin cara itu agar ayah bisa menjalani operasi itu."  kata Rara optimis "Kalau gitu aku antar kamu ke sekolah sekarang ya." kata Radit mencoba mengubah topik pembicaraannya Mereka pun meninggalkan rumah sakit dan Radit mengantarkan Rara ke sekolah. " Maaf Tuan Bryan mengganggu. Ini informasi tentang Rangga Darmawan yang anda minta." Kata Randy sang pengawal pribadinya Randy pun segera menyerahkan informasi tentang Rangga Darmawan yang ia perintahkan. Ia pun melihat semua informasi yang telah ditemukan oleh orang suruhannya. Dan ketika ia membuka lembaran-lembaran berikutnya ia melihat sebuah foto wanita yang sangat cantik. Dan disana tertera bahwa namanya Rachel Darmawan putri dari Rangga Darmawan. "Good Jobs... Saya suka kerja kamu Randy." Puji Bryan Randy adalah orang suruhan Bryan untuk mencari informasi tentang Rangga Darmawan dan sang putri. "  Terima kasih Tuan atas apresiasi Tuan. Ini sudah menjadi tugas saya. Kalau begitu saya permisi Tuan." Kata Randy pergi dari ruangan Bryan Randy pun pergi meninggalkan Bryan yang sedang membaca informasi yang baru saja dia dapat. "Hmmmm...." Ternyata dia seorang guru."  kata Bryan membaca informasi profil tentang Rachel Bryan tampak membaca dengan seksama semua informasi yang telah diberikan oleh Randy. Sesekali senyum terlihat dari wajah tampannya ketika membaca profil Rachel. Dan ketika ia melihat kembali ia sepertinya pernah melihat cewek ini sebelumnya. Bryan pun mulai mengingat-ingat lagi dan ia mengingat cewek yang sama yang membuat Bryan penasaran beberapa bulan yang lalu. Dan ternyata cewek itu adalah cewek yang akan dijodohkan dengannya. "Cewek yang menarik."  kata Bryan melihat foto Rachel di tangannya Entah kenapa Bryan langsung tertarik ketika membaca profil Rachel dan melihat foto Rachel. Seakan ada magnet yang  membawanya untuk mengenal lebih dekat dengan Rachel. Dan ini membuat Bryan penasaran. " Siapkan mobil saya di lobby sekarang." Perintah Bryan pada Shinta sekretarisnya. "Baik pak akan saya siapkan." Jawab Shinta Sementara itu di sekolah Rachel baru saja selesai mengajar. Ia mengantar beberapa murid didiknya ke luar sambil menunggu dijemput. Sampai ia melihat ada seorang anak didiknya yang tampaknya belum dijemput oleh orang tuanya. "Loh...kok Leon masih disini? Emang Mama belum jemput?" Tanya Rachel pada salah satu anak didiknya " Mama belum jemput Leon Bu Rara. Jadi Leon tunggu disini sampai Mama jemput." kata Leon salah satu muridnya "Ya udah ibu Rara temenin Leon sampai dijemput mama. Jadi Leon ga nunggu sendirian deh." kata Rara  " Makasi ya Bu Rara."  kata Leon senang Rara pun menemani Leon bermain sampai jemputannya datang. Karena sudah menjadi tugasnya untuk menunggu anak-anak sampai mereka dijemput oleh orang tua mereka. Karena di jaman sekarang banyak terjadi kasus penculikan. Jadi untuk mengantisipasi itu akhirnya pihak sekolah mengeluarkan peraturan bahwa guru disini harus menunggu anak-anak sampai mereka dijemput oleh orang tua mereka. Setelah memastikan semua anak-anak sudah pulang, Rachel pun segera bersiap-siap untuk pulang. Bukan pulang ke rumah tapi ke rumah sakit dimana sang ayah dirawat. Sudah menjadi rutinitas Rachel ketika jam kerjanya selesai ia selalu mengusahakan untuk bisa menemani sang ayah selama masa perawatan. Sementara itu di seberang jalan tampak seseorang mengawasi Rachel.  Rachel tampak tidak sadar ada sepasang mata abu-abu yang memperhatikannya dari kejauhan. Sang pemilik mata abu-abu itu tampak mengawasi Rara dengan seksama. Sampai sebuah senyum tersungging di wajahnya yang dingin. "Rachel Darmawan kamu harus jadi milikku bagaiman pun caranya."  kata Bryan dengan senyum devilnya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD