Part 2: Mr. Cold yang kejam

1433 Words
"Mr. Devil - Season III" Author by Natalie Ernison Hogue yang begitu dingin dan tidak pernah peduli dengan orang sekitarnya, termasuk itu kedua orang tuanya sendiri. Ia sangat tertutup dan tak suka berbagi pengalaman hidup dengan siapa pun itu. "Bar/ hiburan malam" Di sebuah bar, sama seperti biasanya Hogue selalu mencari kepuasannya di sana. Namun bukan kepuasaan akan hubungan seks, melainkan... Tepatnya di dalam sebuah kamar VIP. Ahkk.. hakkhh... hhh... lenguh seorang gadis muda. Gadis itu tak berbusana, dan sedang mengangkang menghadap Hogur yang sedang duduk di atas kasur king size. "Tuan Hogue... kapan tuan akan menusukku dengan batang milik tuan.. aku tidak sanggup menggunakan alat ini.." lirih si wanita yang sedang horni berat. Yah, Hogue memerintahkan gadis belia itu untuk menggunakan alat bantu seks. "Siapa yang memintamu untuk berhenti hah!" bentaknya, membuat si gadis belia meringuk ketakutan. Ahkk akkhh... ringis si gadis belia, saat Hogue mulai mencambuk-cambuk tubuhnya dengan ikat pinggang miliknya. "Cepat!! lakukan itu jalang!!" bentak Hogue, samba ia terus menyodorkan vibrator ke dalam liang milik si gadis. "Ahkk.. tuannn hhh... tapi aku tidak bisa terus-terusan menggunakan alat ini.." lirih si gadis dengah berderaian air mata, juga salivanya yang kian menetes membasahani tubuhnya. "Gunakan ini!!" Hogue melemparkan sebuah benda yang terbuat dari bahan karet, dan berbentuk seperti batang milik pria. "Mengangkang!! lebih lebar lagi.." titah mutlak Hogue membuat si gadis bergidik ngeri. Argkk mmmhhmm... si gadis melenguh, ia sedang berusaha memasukkan benda tadi ke dalam liang miliknya. "Kau terlalu lamban!!" ujar Hogue. Hogue pun merampas benda berbentuk p***s itu dari genggaman si gadis. Hakkk hhh hhh... si gadis terlihat sangat menderita dan kesakitan. Hogue menghujam benda tersebut (alat bantu seks) ke dalam liang milik si gadis. Si gadis terus melenguh kesakitan. Karena hal itu sangat sakit baginya. Hingga akhirnya, keperawanannya pun tembus menggunakan alat bantu seks tersebut. Tetesan darah perawannya mengalir dari dalam liang miliknya. "Sekarang lakukan sendiri.." titah Hogue agar si gadis memaju mundurkan alat tersebut sendiri, tanpa bantuannya lagi. Karena ia hanya membantu untuk menembus keperawanannya saja. Kegiatan melelahkan itu sudah berlangsung cukup lama, kurang lebih hampir tiga jam full. Si gadis tak di ijinkan untuk mengentikan kegiatannya. Sementara Hogue tersenyum miring melihat keadaan si gadis malang. Hahhh hhh ahkk hh.. Suara desahan rasa sakit nan nikmat, kini memenuhi ruangan VIP tersebut. Sepertinya Hogue cukup puas dengan apa yang sedang ia saksikan. Namun ia enggan untuk menggunakan benda kebanggaannya, melainkan menggunakan alat bantu seks. Peluh si gadis sudah kian bercucuran membasahi lantai ruangan VIP. Yah, si gadis hanya terlentang di atas lantai tak beralas. Akhirnya si gadis sudah benar-benar kelelahan, dan berbaring sejenak, hanya untuk mengambil napasnya. Namun... Bugh.. sebuah tendangan keras mengenai area perutnya, hingga membuat si gadis melenguh parau. Air matanya kian menetes merasakan sakit yang teramat sangat. "siapa yang memerintahkanmu untuk berhenti! lakukan itu!!" bentak Hogue dengan sorot mata yang sangat tajam. "Tuan aku lelah..." lirih si gadis. "t***l!!" umpat Hogue, dan kemudian... Bughh bughh.... tendangan lebih keras mengenai pungung, paha si gadis malang tersebut. Arghkk hakk hhh... si gadis bahkan tak mampu bersuara, ini sangat sakit dan sakit.. "Kau sudah kubayar dengan harga yang mahal! jadi jangan membantah!!" sorot mata Hogue sangat menakutkan, tak ada belas kasihan di sana, dan yang ada hanyalah aura kekejamannya. "Kalian bereskan jalang ini!" titah mutlak Hogue pada para pengawalnya. Para pengawalnya sedari tadi turut menyaksikan adegan panas nan sadis yang telah Hogue lakukan pada gadis malang tersebut. Mereka hanya dapat menuruti apa yang diperintahkan sang tuan. Apa yang harus kami lakukan tuan? ujar salah seorang pengawalnya. "Terserah kalian saja, yang pasti aku sudah tak membutuhkannya.." Hogue pun meninggalkannya. "Tuan.. tuan..." lirih si gadis sambil berusaha hendak mengejar langkah Hogue. Namun sekitar empat bahkan lima pengawal pribadi Hogue menahan si gadis. "Lepaskan! lepaskan!" lenguh si gadis. Plakk plakk... tamparan keras menghantam wajah cantik si gadis. "Mari kita nikmati tubuhnya.." ujar para pengawal tersebut, sambil mengeluarkan batang mereka yang berukuran cukup besar dan mengoyakan milik si gadis. "Tidak tidakkk...." jerit si gadis. Hakkh ahhh hhh... desahan dan lenguhan kini memenuhi ruangan VIP tersebut. Si gadis digilir secara bergantian. Ia sangat tersiksa, dan liang miliknya benar-benar di obok habis-habisan oleh para pengawal kekar, tinggi tersebut. Kedua tangannya diikatkan di sisi ranjang, sementara kakinya bebas. Namun para pengawal tersebut menggilirnya dengan sangat kejam. Dari liang miliknya, mulut, bahkan anusnya pun penuh dengan batang berukuran big size milik para pengawal. Tubuhnya sudah sangat kelelahan, bahkan berkali-kali ia sudah mencapai batas klimaksnya. Namun tetap saja ia digempur habis-habisan. "Kita bereskan..." tukas salah seorang pengawal. "Jangan, bawa saja dia ke markas, dan untuk beberapa hari ke depan dia akan memuaskan kita.." tukas pengawal lainnya lagi, dengan senyuman m***m mereka. "Tidakkk tidakkk ahhhhh...." si gadis bahkan sudah tak mampu lagi bersuara, ia sangat kelelahan dan dehidrasi. *** "Apartemen kediaman Hogue" Berdiri dengan gaya angkuhnya, dan menatap pemandangan malam, dari lantai 30 tiga puluh apartemen mewah miliknya. Sembari menyeruput kopi hitam, sebagai teman sepinya. Tatapan Hogue dipenuhi dengan rasa kesepian, ia terkadang bosan dengan kehidupannya. Tak ada hal yang membuatnya tertarik hingga begitu lebihnya. Drrttttt...ponsel milik Hogue sedari tadi terus bergetar dan berdering. "Hallo.." "Hogue, besok bisakah kau menjemput Leeri dari sekolahnya?" ujar suara yang berasal dari lawan bicaranya. "baiklah.. aku akan membawanya ke kediaman ayah dan bunda.." "baiklah.. terimakasih atas kesedianmu.." dan panggilan pun berakhir. Keesokan harinya... *** "Sekolah Taman Kanak-kanak xx" Hogue berjalan menyusuri perumahan tempat letaknya sekolah taman kanak-kanak. Ia datang dengan tujuan, ingin menjemput anak dari saudara laki-lakinya (keponakan) Ia mengenakan pakaian yang santai, dan bahkan tidak membawa mobil sport mewah miliknya. Karena ia tak ingin menjadi pusat perhatian, terlebih lagi ia sedang menjemput seorang anak kecil.  Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arahnya, dengan senyuman tulus. "Paman... paman.." ujar seorang anak kecil tampan, berlari kecil ke arahnya. Hogue tersenyum, dan kali ini ia terlihat berbeda. Namun... Seorang wanita muda langsung mendekap anak kecil yang sedang berlari ke arahnya. Wanita itu mendekap si anak kecil tadi, dan menatap tajam pada Hogue. "Maaf tuan, aku tidak bisa mengijinkan sembarangan orang memasuki halaman sekolah ini" tukas si wanita tadi, dan si anak kecil itu pun berbalik mendekap leher si wanita. Si wanita berjongkok sambil terus mendekap erat di anak kecil tampan.  Hogue terlihat tak senang dengan tindakan si wanita tadi. Ia menatap si wanita dan berjongkok pula. "Apakah sungguh urusanmu jika aku datang kemari untuk menjemput keponakanku.." tukas Hogue tanpa ekspresi dan sangat datar pula. "Paman dathang untuk menjemputku.." ujar si anak kecil dengan gaya bahasanya yang ckup mudah dipahami. Si wanita terkejut, karena si pria yang ia curigai tadi adalah paman dari si anak kecil yang sedang ia peluk. "ibu guru, aku pulang.. bye bye.." ujar si anak kecil menggemaskan tadi. Leeri Matthe  "Ohh.. yah.. sampai jumpa besok.." si wanita tadi tersenyum malu, namun ia tetap mempertahankan harga dirinya, ia tetap bersikap tenang. Tsk... Hogue berdecik dengan tatapan dari atas hingga bawah, ia menatap si wanita. >> "Bagaimana mungkin aku mengatakan hal yang tidak sopan pada paman Leeri.." batin si wanita. ia berjalan kembali ke dalam ruangan kantor guru. Ellena Casey - bertubuh mungil dengan tinggi hanya 160 seratus enam puluh. Berkulit putih - bermata sipit - beralis tebal - rambut hitam panjang - cantik/anggun - ramah/sopan. Ellena Casey, biasa dipanggil Ellena/ Ell, berusia 21 dua puluh satu tahun.  Ia ialah seorang guru taman kanak-kanak yang cukup disenangi oleh para murid-muridnya. Tak hanya itu, ia juga bekerja paruh waktu sebagai seorang penjual bunga. Dari pagi menjadi guru, siang menjelang sore bahkan larut malam, ia menjadi penjual bunga. Semua kerja keras ia lakukan demi menghidupi dirinya, juga ayahnya yang kerap kali meminta uang darinya. Ibunya sudah meninggal beberapa tahun lalu, disebabkan karena kecelakaan mobil. Sejak saat itu, sang ayahnya pun menikah lagi dengan seorang wanita yang tidak terbilang tua/muda (sedang). Sang ayahnya adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Sementara ibu tirinya suka menghambur-hamburkan uang, sehingga untuk saat ini bisnis sang ayahnya sedang mengalami goncangan berat. Saat menikah dengan ayahnya, wanita yang kini menjadi ibunya tidak dikaruniakan anak. Namun, sebelum emnikah dengan ayahnya, wanita itu juga pernah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki yang cukup tampan. Ellena kini tidak tinggal bersama ayahnya, namun ia tinggal bersama neneknya yang sudah renta. Toko bunga itu ialah milik sang nenek, dan Ellenalah yang harus mengelolanya dengan baik. "Toko bunga xx"  Baru saja tiba dari sekolah, ia harus langsung membuka toko bunganya, dan ia pun bekerja sendiri.  Sangat lelah, hal itu sudah tergambar dari raut wajah Ell. Namun ia harus melakukan pekerjaan itu demi keluarganya. Ia telah menyelesaikan pendidikan strata satunya denganw waktu yang tidak terbilang lama. Ell adalah wanita yang cukup tangguh, ia cerdas dan cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Hingga suatu saat... ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD