4. Petaka

1518 Words
Aris mondar-mandir di pinggir kolam sembari menggerutu tak jelas. Sudah tak terhitung lagi berapa kali dirinya menelepon pria itu. Andai tidak ada hal penting dan mendesak tentu saja dirinya akan patuh dengan perintah Nathan untuk tidak ikut campur urusan bosnya tersebut. Tapi, jika sampai besok pagi Nathan belum kembali ke resortnya maka habis riwayat mereka berdua. Dua jam yang lalu Arfan memberikan kabar jika besok akan berkunjung ke Bali bersama istrinya. Dan sekarang Aris kebingungan sendiri karena mencari keberadaan bosnya yang pasti sedang bersenang-senang bersama mainan baru seperti yang telah diucapkan pria itu tadi sebelum pergi. Melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul dua dini hari Aris akhirnya memutuskan untuk mencari Nathan di villa tempat wanita yang telah ditolong pria itu tadi siang. Agar cepat sampai tujuan Aris memutuskan mengendari motor. Sebelum waktu subuh dirinya harus sudah menemukan keberadaan Nathan, apapun caranya. "Kan bener nih orang ada di sini," gerutu Aris saat mendapati mobil milik Nathan berada di area parkir salah satu villa milik keluarga Alfarizi. Gegas Aris turun dari motor lalu segera mendekati villa tersebut. Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti secara mendadak. "Masak sih aku harus maksa cari Nathan ke sana?" Aris dilanda rasa bimbing. Nathan memang bukan hanya sekadar bos baginya, tapi merangkap sebagai sahabat juga. Tapi apa yang akan ia lakukan adalah masuk ke dalam ranah pribadi pria itu. Nathan bukan lagi remaja yang harus selalu ia peringatkan dan nasehati ketika berbuat salah. Pria itu sudah dewasa dan mampu membedakan mana yang salah dan benar. Walaupun selama ini Nathan selalu bersikap seenaknya sendiri. Di benak Aris langsung terbayang Nathan yang tengah bercinta dengan seorang wanita di dalam sana. Walaupun perbuatan Nathan salah tapi tetap saja dirinya tak pantas mengusik aktivitas mereka berdua. Sembari menimbang apa yang akan dilakukannya, tatapan Aris terpaku pada pintu tak jauh dari dirinya kini berada. Tinggal beberapa langkah lagi dirinya mampu menjangkau pintu tersebut. Tapi, lagi. Hati nurani Aris melarang untuk melakukannya. Masih dalam kebimbangan Aris akhirnya memutuskan untuk kembali ke resort yang selama ini ditinggalinya bersama Nathan. Sepertinya Aris harus belajar lebih sabar lagi dalam menghadapi sikap egois Nathan. Nanti, saat Nathan kembali ke resort Aris akan mencoba berbicara dengan pria itu. Tak butuh waktu lama bagi Aris sampai di resort. Aris menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah, ruang multi fungsi yang bisa digunakan untuk bersantai bersama keluarga ataupun sebagai ruang tamu. Tiga puluh menit Aris lewati begitu saja tanpa melakukan apapun. Di benaknya hanya dipenuhi tentang Nathan. Aris tak mampu membayangkan reaksi kedua orang tua Nathan ketika datang besok dan mengetahui perbuatan putra mereka yang tidak pernah berubah. Dengan gontai Aris beranjak menuju mini bar untuk menyeduh kopi. Otaknya perlu relaksasi sejenak sebelum menghadapi masalah besar yang mungkin akan terjadi besok. *** Di lain tempat Nathan yang baru satu jam terlelap harus terusik dengan dering ponselnya. Senyuman Nathan seketika terkembang saat mendapati wajah cantik Cinta yang terlelap di hadapannya. Malam ini adalah pengalaman terindah bagi Nathan. Memang bukan lagi hal asing bagi Nathan menghabiskan malam panas bersama seorang wanita. "s**t!" Umpat Nathan saat dering ponselnya berhasil mengusik kesenangannya lagi. Secara perlahan Nathan menyingkap selimut yang menutupi tubuh polos mereka berdua. Perlahan bangun agar tidak sampai mengusik istirahat Cinta. Tanpa sengaja mata Nathan menangkap bercak merah tepat di samping tubuh Cinta terbaring. Berarti benar tebakannya. Cinta masih suci. Tadinya Nathan memang ingin membuktikan perkataan Cinta sebelum mereka b******u. Kini terbukti jika Cinta memang wanita baik-baik. Selama ini Nathan sendiri belum pernah bermain dbersama wanita yang masih perawan. Pantas saja Nathan merasakan sensasi yang berbeda dan luar biasa. Entah karena efek terlalu lama berpuasa tidak menyentuh wanita atau karena dirinya terlalu terbawa perasaan. Nathan mengulas senyuman saat melihat tanda merah yang bertebaran di tubuh putih Cinta. Sebagai tanda gairah dan panasnya pergumulan mereka berdua yang baru satu jam lalu usai. "Aris... Awas saja kamu nanti!" geram Nathan karena ponselnya tak henti berdering. Dengan perasaan kesal Nathan kembali menutup tubuh Cinta dengan selimut. Gegas Nathan mencari ponselnya yang berada di antara pakaian yang tercecer di lantai. Sembari menerima telepon tersebut Nathan memakai pakaiannya. "Bos besok orang tua Anda datang!" Kalimat singkat Aris seketika membungkam bibir Nathan yang siap melontarkan caci maki. "Sebaiknya Anda segera balik ke resort!" Kembali Aris berucap yang jelas-jelas bernada perintah. Sebelum Nathan sempat membalas ucapan Aris sambungan telepon mereka tiba-tiba terputus. Nathan berniat menelepon balik dan melontarkan makian yang sudah berkecamuk di benaknya karena Aris berani menutup telepon secara sepihak. Kembali Nathan mengumpat, ternyata bukan Aris pelakunya yang menutup telepon tapi ponsel miliknya lah yang kehabisan daya. Nathan bergegas mengenakan pakaiannya dengan lengkap sembari memandangi wajah Cinta. Lalu Nathan kembali duduk di bibir ranjang untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menuliskan pesan. Di laci nakas Nathan menemukan notebook dan pena lalu dengan cepat menuliskan deretan kalimat di sana. Agar bisa dengan mudah ditemukan oleh Cinta ketika bangun nanti, Nathan meletakkan di atas nakas, di bawah vas bunga. "Aku pergi dulu, my Snow White," bisik Nathan sembari meninggalkan kecupan singkat di bibir Cinta lalu segera ke luar dari villa. *** Sesampainya di resort Nathan tak menemukan Aris. Gegas Nathan menuju kamar Aris. Tanpa mengetuk pintu Nathan membuka pintu tersebut dengan kesal. Melihat Aris yang tertidur pulas setelah memberikan kabar mengejutkan tadi membuat Nathan geram. Kaki Nathan melangkah, mendekati ranjang lalu meraih bantal yang tak terpakai oleh Aris. "Enak bener kamu tidur setelah merusak kesenanganku!" kesal Nathan sembari memukul bahu Aris untuk membangunkannya. "Wow bangun!" Pekik Nathan di telinga Aris. "Bos udah pulang?" gumam Aris tanpa membuka kedua matanya. "Bangun. Kurang ajar ya kamu. Habis ganggu aku eh malah tidur!" Kembali Nathan memukul tubuh Aris dengan bantal yang dipegangnya. "Nanti aja kita bicara. Sumpah aku ngantuk banget Bos," sahut Aris lalu memunggungi Nathan sambil menutup wajahnya dengan bantal. "Asisten kurang ajar!" umpat Nathan lalu segera pergi dari kamar Aris. Rasa kantuk dan lelah seketika sirna gara-gara kabar dari Aris tadi. Dan sekarang mana mungkin dirinya bisa melanjutkan tidur sebelum mengecek pekerjaannya. Jangan sampai dirinya membuat kesalahan lagi di hadapan kedua orang tuanya. Ini masih mending dirinya dibuang ke Bali, banyak hiburan di sini selama menjalani hukuman. Jangan sampai dirinya dibuang ke kota yang lebih jauh lagi. Mending jika dibuang di Surabaya. Di sana ada adik dan keluarga Club Cogan yang bisa menjadi tempatnya mencari hiburan. Bisa gawat jika Papinya yang galak tersebut membuangnya ke Kota Malang, Jawa Timur. Apalagi sebelum dirinya pergi ke Bali papinya sudah mengatakan akan memerintahkan seseorang untuk mengurus villa di sana. Di Bali saja pekerjaannya belum selesai. Masih banyak PR yang harus dikerjakannya sebelum diperbolehkan pulang ke Yogyakarta. *** Nathan ke luar dari kamarnya dengan pakaian kasual untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya. Melihat Aris yang terlihat santai sembari menikmati sarapannya Nathan gegas bergabung. "Papi dan Mami tiba jam berapa Ris?" ujar Nathan seraya meraih sarapannya. "Pesawatnya baru aja take off," sahut Aris sambil menatap Nathan sejenak. "Baguslah," balas Nathan singkat lalu segera melahap makanan di hadapannya. "Oya Bos, orang tua Anda nanti langsung menuju ke sini." Ucapan Aris tentu saja langsung membuat Nathan tersedak makanannya. "Kenapa nggak langsung ke resort milik mereka aja?" sahut Nathan setelah meneguk minuman dan mengabaikan rasa pedih di hidungnya. "Nggak tahu Bos. Tadi Bu Layla telepon katanya langsung ke sini," jawab Aris seraya menyodorkan kotak tisu kepada Nathan yang langsung diterima oleh pria itu. "Sebentar lagi cleaning service datang untuk membersihkan resort," imbuh Aris yang terlihat tenang seperti biasa. Benar saja, tak berselang lama 2 petugas cleaning service datang. Aris segera memerintahkan dua petugas tersebut untuk segera membereskan resort sedangkan mereka berdua melanjutkan sarapan. Segaris senyuman tipis terlukis di bibir Nathan saat tiba-tiba teringat Cinta. Aris yang berada di seberang meja tentu saja bisa melihat dengan jelas perubahan wajah Nathan yang tampak berseri-seri. Tapi Aris berpura-pura acuh meskipun sebenarnya rasa penasaran pun mengendap di hatinya sejak semalam. Menyadari arti tatapan Aris membuat Nathan berdecak. "Jangan sampai Papi Mami tahu tentang wanita itu!" peringat Nathan dengan serius. "Tentu. Dan kali ini aku nggak mau ikut campur lagi," jawab Aris dengan ekspresi datar. "Tapi klo sampai mereka tahu aku akan mundur jadi asisten Bang Nathan. Sudah cukup kebohongan yang aku lakukan selama ini hanya demi menutupi perbuatan mu, Bang. Aku sudah bosan. Lelah, aku pun punya kehidupan sendiri," sambung Aris seraya menatap ke dalam mata Nathan. Kembali Nathan berdecak saat mendengarkan ucapan Aris lalu berujar, "Udah deh nggak usah drama!" "Justru itu. Kali ini nggak akan ada drama lagi," tukas Aris lalu meletakkan garpu dan sendok di sisi piringnya. Lalu meraih selembar tisu untuk mengelap bibirnya. Tatapan aneh Aris tentu saja menciptakan tanda tanya besar di benak Nathan. Mata pria dihadapannya tersebut menyiratkan sesuatu yang penuh makna. "Jangan bilang Mami sudah kamu beritahu?" sahut Nathan dengan tatapan penuh selidik. Tiba-tiba tawa Aris berderai membuat Nathan semakin geram. Nathan sedang tidak ingin bermain teka-teki sekarang. "Jangan membuat aku marah, Ris! Ngomong yang jelas. Maksud kamu apa?" Nathan mulai tak sabar lagi. Pria itu menggeser piring di hadapannya, rasa laparnya hilang seketika saat membayangkan wajah maminya. "Tanpa harus berbicara pun Bu Layla pasti akan tahu sendiri saat melihat tanda-tanda merah di leher Bang Nathan." *** Mau lanjut baca hingga tamat? cuss langsung ke Karya Karya atau boleh inboks sss /ig Farasha ya??

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD