Keluguan Bhanu

1147 Words
Sewaktu pelajaran Pendidikan Agama hari ini, Yura lagi-lagi menghilang. Beberapa waktu lalu, cewek itu masih ada di kelas dan mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ini. Hari ini, dia absen. Bhanu baru menyadari itu ketika bangku cewek itu kosong tak berpenghuni di pertengahan pelajaran. Hari ini sangat membosankan, Pak Ahmad menyuruh murid-murid untuk mengerjakan dan menyelesaikan LKS bab berikutnya dan meminta dikumpulkan paling lambat keesokan harinya. Tentu saja, ini beban untuk Bhanu. Tidak ada Cecil ataupun Dharma yang bisa membantunya. Ketika ingin meminta bantu ke Yura, cewek itu malah menghilang. Kemudian Bhanu ijin keluar dan meninggalkan pekerjaan yang harus dia tuntaskan itu. Dia pergi berjalan menuju kantin, untuk menemui Dharma. “Ma, lihat Yura?” “Lo kesini bukannya nyari gue malah cari Yura.” Sahut cowok itu yang tengah duduk bersama Michael, salah satu anak beragama Kristen yang harus ikut keluar ketika jam pelajaran Agama Islam di mulai. “Haha, Bhanu suka nih sama Yura, ya?” tanya Michael. Bhanu menggeleng, “Ngaco ah, gue mau contek LKS doang padahal. Tapi, dianya nggak ada di kelas.” Michael mengernyit aneh. “Nu, lo ngapain nyonten LKS ke Yura? Jangan bercanda lu.” Bhanu bingung dengan pernyataan Michael namun memilih untuk tidak menggubrisnya. Lalu dia duduk di meja tersebut dan ikut memakan jajan milik Dharma. “Malah duduk, masuk kelas sono.” “Males, nggak ada temen.” “Lah, temen-temen sekelas bukan temen?” sahut Michael yang tak paham maksud Bhanu. Yah, Bhanu hanya menganggap teman-teman satu kelasnya itu hanya teman. Teman yang saling menyapa ketika berpapasan, teman yang saling bertukar pembicaraan ringan sampai lelucon receh di depan kelas, teman yang akan saling membantu ketika terjadi apa-apa di dalam kelas maupun sekolah. Namun, Bhanu tidak menganggap anak-anak itu sebagai teman yang sebenarnya. Bhanu hanya menganggap seseorang temannya apabila dia tahu kondisi Bhanu yang sesungguhnya, disleksianya terutama. “Ya temen, gue cuman lagi bosen banget. Disuruh ngerjain LKS, padahal biasanya pak Ahmad tuh dakwah.” Dharma mengangguk paham, “Ya sih, lagian pak Ahmad kalo lagi ngomong ngademin banget yah. Gue aja suka dengerin beliau kalo jadi pembina upacara yang selalu bawa-bawa kerukunan gitu.” “Iya, beliau juga baik. Gue kadang kepingin sekali aja masuk di kelas dan ikut belajar. Haha.” Celetuk Michael. “Tapi, gue udah cepet dinotis dulu sama pak Ahmad, beliau wali kelas gue dulu.” Bhanu tersenyum kecil, “Emang boleh lo masuk kalo nggak dinotis?” “Ya masuk sih masuk aja kali, Nu. Diem aja dipojokan, ikut dengerin aja. Toh, gue nggak sampai ikutan kalian praktek shalat atau mengaji, kan? Kalo materinya lagi nggak bisa masuk di gue, paling gue tinggal ngerjain pr biologi dulu pas kelas satu.” Jelas Michael. “Sa ae lu, tong. Curi-curi kesempatan!” seru Dharma. “Lah, iya dong. Memanfaatkan waktu yang ada. Kalo ngerjain pr di kantin, dompet gue abis buat jajan. Mana kantin kadang rame kalo ada kelas yang lagi jam kosong. Kalo ngerjain di perpustakaan, ngantuk. Beuh, perpus tuh bukan tempat buat baca tapi tidur! Saking ademnya.” Bhanu ikut tertawa, “Bener sih, sunyi dan sejuk.” Dalam hatinya, dia menyangkal. Perpustakaan tidak akan pernah menyenangkan untuk Bhanu jika tidak bersama Dharma, Cecil, atau Yura. Pergi sendiri ke perpus dan membaca beberapa buku di sana bisa membuatnya nampak pucat pasi karena membaca banyak sekali tulisan yang memusingkan kepala dan melelahkan matanya. “Ini masih baru pertengahan jam pelajaran, lo balik gih. Kena razia, mampus lo!” Bhanu berdecak kesal, “Sumpah, Dharma. Gue ngantuk dan pusing. Ketimbang tidur malah kena hukum, mending gue jalan-jalan cari angin.” Lalu Michael mengipasi Bhanu dengan tangannya. “Nih angin.” “Receh bat lu!” Dharma melempar tisu kepada Michael. “Mending lo cari Yura gih, terus kalian masuk kelas. Kerjain tugas lo, sebelum tugas lain dateng." Titah Dharma. “Elah, Dharma udah kayak bapak guru teladan banget. Di sini aja kaga apa-apa, Nu.” “Eh, ngawur lu. Emangnya pak Ahmad kayak Pak Agus yang kalo siswanya ijin keluar nggak balik-balik nggak bakalan dicariin.” Semprotnya ke Michael. “Balik, Nu. Gue nggak mau lo kenapa-napa sama nilai lo nanti.” Dharma sudah mewanti-wanti Bhanu agar cowok itu berhati-hati untuk mata pelajaran yang dia tempuh sendiri tanpa ada bantuan Dharma seperti mata pelajaran Agama. “Ya udah deh, gue cari Yura dulu terus balik.” “Duhhhhh, ada gosip nih kayaknya. Haha.” Ledek Michael. “Awas lu ye!” ancam Bhanu penuh candaan dan hanya dibalas tawa lebih kencang oleh Dharma dan Michael. Langkah kaki Bhanu saat ini tertuju ke UKS. Pikirannya mengatakan bisa saja cewek itu sedang sakit atau datang bulan seperti beberapa waktu lalu. Dia juga membatin, apakah Yura akan menghindarinya lagi sebab siklus bulanannya itu? Apakah suasana hati Yura kali ini lagi-lagi dipengaruhi oleh siklus bulan baru hingga bulan mati lainnya? Dia melihat pintu UKS tertutup rapat. Dan, hanya jendela dengan korden sedikit tersibak itu, dia mencoba melihat keadaan di dalamnya. Dan, benar. Yura ada di situ. Cewek itu nampak meringkuk dan sedang tertidur menggunakan selimut yang ada di sana. “Enak bener bisa tidur di UKS.” Padahal, tadi pagi mereka masih sempat berbincang-bincang juga mengenai topik-topik tentang alam dan tidak jauh-jauh tentang zodiak. Meskipun diberi tambahan dengan membicarakan sifat-sifat dan perilaku manusia yang seusia dengan keduanya. Mereka berbincang pagi dengan ditemani lagu-lagu dari handphone Yura dan sepotong sandwich yang Bhanu bawa dari rumah untuk dibagikan ke Dharma dan Cecil juga. Gadis itu nampak baik-baik saja tadi pagi. Kemudian salah satu anak dari ekskul PMR mendatangi Bhanu dengan membawa beberapa roti. “Hai, cari siapa?” “Oh, itu buat anak yang di dalem?” “Loh, ada anak di dalem?” lalu dia membuka pintu yang tidak terkunci. “Oh, kayaknya lupa di kunci deh sama temen gue. Masuk aja.” Ajak petugas cewek itu mempersilahkan Bhanu untuk masuk. Dan, dia langsung membuka tiar perlahan. “Kayaknya lagi tidur deh. Lo mau nemenin dia? Lagi jam kosong?” tanyanya dengan begitu banyak tanpa melakukan perkenalan apapun. “Gue ada kelas sih, Cuma nyariin dia aja kok. Lo ada kelas apa emang lagi piket jaga?” “Kebetulan lagi jam kos, gantiin temen gue piket di UKS. Lo balik aja, temen lo gue kasih roti sama teh biar mendingan.” “Oke deh.” Kemudian Bhanu berbalik meninggalkan Yura yang tengah tertidur siang tak memikirkan tugas agama yang tengah menunggu untuk di kumpulkan besok. Dan, sepulang sekolah. Bhanu menyodorkan LKS nya yang rampung ia selesaikan tadi. Berkat mengebut dan tidak mendengarkan penjelasan materi dari guru bahasa Indonesia, pelajaran setelah agama. “Nih, gue udah lengkap jawabannya. Thank me later, Yura.” Kata Bhanu lalu meninggalkan Yura yang nampak mengernyit bingung. Michael yang ada di sebelah Yura langsung menyahut ketika cowok itu berjalan menghampiri Yura, “Kenapa dia kasih LKS agama? Lo ngapain ngerjain pr agama?” lalu tertawa terbahak-bahak menertawai keluguan Bhanu. Yura menghela napasnya pelan. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD