bc

UNSPOKEN TRUTH

book_age12+
1.0K
FOLLOW
10.1K
READ
family
second chance
goodgirl
doctor
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Berpisah dengan buah hati tak pernah ada dalam benak Mai dan Hardi sebagai orang tua baru. kebahagiaan di depan mata pupus begitu saja, hati yang hancur berkeping-keping karena harus berpisah dengan anak yang tidak berdosa membuat Mai merasa amat sangat bersalah. Hingga akhirnya Mai memutuskan kembali mencari anak perempuannya, kecanggihan teknologi membawanya memberanikan diri untuk menunjukkan wajahnya meskipun sang anak tak mengenali siapa dirinya yang sebenarnya.

chap-preview
Free preview
Prolog
I'm walking trough the day, stumble and fall. I see the sky was crying, just like my heart too, i miss her really miss. How are you now my baby girl? Did you have some fun with friends? How's your school, your task.   Oh. I just can look up to the sky and praying for her and i trust that she will be fine even we're thousands miles apart. I know it's all my fault, i know she will hate on me and her father for what was happening in our little family.   Dear you, my darla..   I'm sorry. Really sorry for everything that i've done. I should have more courage for you, to hold you still in my arms. But the truth is, i can't. If i can turn back time, i don't wanna let you go, raising you is my dream, to be the first teacher for you was my dream too.. But the truth is i can't.   I don't know what a good words to say sorry and i love you. Just Regret. I just feel regret in every single step I'll take, you suppose to be here with me, we're suppose to be together since the day you were born. But the truth hit me again, i can't.   Blame me then, i know you will. Hate, disappointed, angry. Me, the Mother who suppose to hold her child, but Me let you go then. And i hate that truth. I hate remembering that time you should go even though that time, you didn't know anything.   I'm so sorry my darling.. No words that i can say except Sorry for a billione times.   That's me and your father, we were wrong. We're very sorry my dear...   I hope you know that there is the Unspoken Truth that you never know before and when you know, i know your heart must be broken into pieces. I know that pain. I know what you feel.   When you know The Unspoken Truth is...   From us, who still love you more than anything in this world..   Mama & Papa   (Mai&Hardi) ****   Central Park, NYC    Central Park hari ini ramai seperti biasa apalagi jika sore hari seperti ini. Aku menutup buku catatan di pangkuanku setelah aku selesai menulis sesuatu di dalamnya sambil menunggu Suamiku datang menjemput, sebentar lagi jam pulang kantornya selesai sementara aku baru saja menyelesaikan shift pagiku di rumah sakit hari ini.   Hhhhh...   Ini minggu terakhirku di New York sebelum awal bulan depan aku harus berangkat pulang ke Indonesia untuk mencari seseorang yang sudah lama sekali terpisah denganku. Anakku, ya anak kandungku.   "Coffee, Madam?" seseorang menyodorkan ice coffee caramel machiato dari Starbucks, aku menongak, ia tersenyum. "Hi.." lalu mengecup pipiku.   "Hi. Lama banget sih?" protesku lalu menyedot minumanku.   "Sorry," katanya lalu merengkuhku dalam pelukannya. "Aku bakalan kesepian deh.." gumamnya di atas kepalaku.   "Segera selesaikan kerjaan kamu Mas, biar bisa nyusul. Cuti panjang sekalian." balasku sendu.   Kami sama-sama terdiam. Kami tahu, ini kesalahan yang amat sangat fatal pada anak kami satu-satunya karena kami sebagai orang tua tak bisa tegas saat itu, 17 tahun lalu.   "Sayang," panggilnya.   "Hm?" aku menongak menatapnya.   "Happy Anniversary," ucapnya, aku bahkan lupa ini hari jadi pernikahan kami yang ke 18. Ia lalu memelukku hangat, hey ini tempat umum!   "Aku lupa ini tanggal 11..." kataku saat pelukan kami lepas.   "It's okay.." ujarnya sambil mengeluarkan sebuah cincin dari dalam kotak bludru, ah, seperti ia melamarku lagi.   Aku hanya bisa tersenyum dengan perlakuannya padaku. Tak terasa sudah delapan belas tahun berlalu, hanya kami berdua saat ini, semoga anniversary tahun depan dia yang kami tunggu akan segera kembali.   "Mas izinin aku pergi kan?" tanyaku lagi.   "Iya, aku izinkan. Rumah kita di sana udah rapih kan?" tanyanya, aku mengangguk.   "Aku kangen banget.." lirihku, mataku mulai panas jika membahas hal ini. "Aku nggak tahu bagaimana reaksinya nanti."   Mas Hardi mengusap pipiku saat air mata tak lagi bisa terbendung lebih lama. "Maafin aku, aku yang salah." katanya meminta maaf entah untuk yang kesekian ribu kalinya. "Apapun reaksinya, kita harus terima. Risiko kita, kita yang mengawali hal ini terjadi sebab aku tak bisa tegas, padahal aku kepala keluarga . Maafin aku, Mai.."   Aku hanya bisa terdiam, hal ini terlalu sensitive jika terus dibahas di sini. "Can we go now?" pintaku disambut anggukan olehnya.   Mas Hardi mengapit tanganku dan kami berjalan meninggalkan kursi taman yang menjadi spot favorite kami ketika ke sini. Entah untuk menunggu satu dari kami kembali dari bekerja atau hanya sekedar menikmati suasana taman yang hijau di tengah perkotaan yang seolah tak pernah tidur.   Kami menyebrangi jalan, apartment kami hanya 500 meter dari taman. Kami masuk ke dalam gedung apartment 3 lantai yang sudah belasan tahun kami tinggali, apartment tiga kamar tapi hanya kami berdua yang menempati.   Aku membuka gorden dan jendela agar udara bisa masuk, angin di luar sudah cukup kencang karena musim gugur akan segera datang. Aku merasakan ada tangan yang melingkar di perutku, ia lalu menyandarkan kepalanya di ceruk leherku, ia tahu aku sedang sedih karena manahan rindu menahun yang tak kunjung usai.   Mungkin kata maaf tak habis akan kami ucapkan pada anak kami, mungkin juga takkan cukup untuk memaafkan semua kesalahan yang sesungguhnya tak pernah sama sekali kami inginkan akan terjadi.   "Ellea udah dapat semua informasinya kan?" tanyanya, aku hanya mengangguk.   Ya, keputusanku untuk pulang dan bekerja kembali di Indonesia juga diiringi dengan informasi dari Adikku yang tinggal di Jakarta. Aku memintanya untuk mencari semua informasi terkait di mana anak kami karena empat tahun sebelumnya Mas Hardi sempat datang mencari namun tidak ketemu karena sudah pindah rumah.   Dan kini Ellea sudah dapat semua informasi yang kami butuhkan untuk mencari di mana keberadaannya. Anak kami sudah SMA, betapa besar salahku padanya karena terlalu lama meinggalkannya.   "Maafkan Mama, Nak..." batinku perih.   ****  Aku selalu tak suka jika berpisah di bandara, aku tak suka mengatakan selamat tinggal seperti barusan. Sesungguhnya aku berat, tapi rasa rinduku lebih dari apapun yang aku rasa saat ini.   Harus aku sadari bahwa aku harus mencari keberadaan anakku dengan informasi yang diberikan Adikku. Setidaknya untuk meminta maaf padanya jika ia tak lagi mau menerimaku dan Mas Hardi sebagai Orang Tua kandungnya, setidaknya ia tahu kami terus berusaha untuk mencarinya namun jalan terjal itu selalu gagal kami lewati dan kali ini aku takkan gentar.   Sebentar lagi aku akan bisa bertemu dengannya, bersiap dengan segala emosi juga reaksi yang di timbulkannya nanti. Aku akan muncul perlahan bukan secara tiba-tiba, sebisa mungkin akan ku buat hatinya luluh.   Perjalanan panjangku di mulai hari ini. Semoga Allah senantiasa memudahkan jalanku kali ini dengan segala konsekuensi yang akan aku terima jika bertemu dengannya nanti. . . . . .   "Dear passangers, welcome to Jakarta, we have landed at Soekarno-Hatta  international airport, we invite you to remain seated until the plane completely stops in it's place and the seat belt lights are turn off. This is end of our flight today on behalf of Garuda Indonesia captain Anton, and all the crew on duty to say good bye and hope to meet again in Garuda Indonesia's flight another time. Before leaving the plane, we remind you to check your cabin baggage that no items are left behind. Passangers with advanced  flights please report on the service sections of moving in the flight room. Thank you." Suara salah satu kabin kru berbicara dari balik tirai mengumumkan bahwa pesawat baru saja landing di Jakarta.   Pesawat yang membawaku terbang dari New York ke Jakarta akhirnya mendarat dengan mulus di runaway, langit cerah hari ini.   "Jakarta, please be kind to me." cicitku pelan. Aku bangun dan keluar dari dalam pesawat lalu mengambil bagasiku.   Banyak yang berubah dari bandara ini setelah belasan tahun yang lalu terakhir aku meninggalkan Jakarta dan sekarang aku kembali.   "Bismillahirahmanirahim." ucapku pelan dan mendorong troli penuh terisi koperku keluar dari sana menemui adikku yang sudah menunggu di depan.   "Mbak!" pekik seseorang yang ku kenal sekali suaranya.   Aku menoleh dan....   "El?" aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat melihat penampilannya dan perutnya.   "El, kamu hamil?" tanyaku tergugu. Ia tersenyum malu-malu.   "Iya Mbak, udah 4 bulan." jawabnya. Aku langsung memeluknya dan mengusap perut yang sedikit membuncit itu.   "Akhirnya, selamat ya!" ujarku, suasana menjadi penuh haru saat melihat adikku sekarang sedang mengandung.   "Ya udah Mbak, kita pulang yuk. Rumah Mbak udah rapih, Mas Mario kemarin panggil Go-clean buat bersih - bersih." ujar Ellea sambil kami berjalan menuju mobil. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mas DokterKu

read
238.9K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
400.5K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook