Part 3 | Psycopath

1039 Words
Jesslyn berjalan menyusuri lorong hanya untuk mencari buku yang sudah lama ia tinggalkan disana. Itu buku Zee, oh lebih tepatnya buku kakaknya Zee. Buku tersebut banyak sekali resep masakan dan karena Jesslyn sangat suka masak, ia langsung meminjamnya dari Zee. Kebetulan kakaknya itu lulusan Le Cordon Bleu. Dengan predikat lulusan terbaik pada tahun angkatannya. Saat ini bahkan kakaknya telah membuka banyak sekali restoran seluruh Los Angels. Dari toko kue, restoran makanan Korea atau banyak hal lainnya yang suka di coba oleh kakaknya Zee. Dan kebetulan kakaknya itu lelaki yang pernah membantu Jesslyn untuk ke sekolah ketika mobil yang di kendarai Sean mengalami masalah. Dan Sean juga kakaknya Zee itu teman baik dan akrab. “Sepertinya aku meletakkan buku itu disini. Apa sudah di ganti tempat oleh penjaga perpustakaan?” gumam Jesslyn dan membuat kernyitan di keningnya timbul. Kakinya melangkah sambil matanya yang tak lekat membaca judul-judul buku yang ada di rak buku. “Kalau seperti ini banyaknya mana mungkin aku akan mendapatkannya. Buku disini banyak dan bahkan ada ratusan. Bagaimana bisa aku membaca se-Ah! Bukunya di atas ternyata,” ucap Jesslyn kegirangan. Lalu ia menyusuri tempat mencari tangga dan alhasil tangga juga tidak ada. Astaga, apakah dewi fortuna tengah membuatnya dalam kesulitan? Apakah dia belakangan menjadi anak yang sangat nakal sampai begini jadinya? Kesal sekali rasanya tak mendapatkan tangga. “Aku akan memanjatnya. Aku takut kak William mungkin saja akan membutuhkannya dan aku malahan menghilangkannya. Wah, aku tidak mau hal itu terja-Arghhh”  jerit Jesslyn karena terpeleset salah satu rak. Matanya melotot karena dia tidak merasakan sakit apapun. Malahan sekarang ia merasakan seseorang merengkuhnya dari belakang. Deru nafas itu bahkan terasa sangat teratur. “Apakah kau tidak punya mulut untuk meminjam tangga atau menanyakannya? Ataukah kau tidak punya nyali untuk meminta seseorang membantumu mengambil buku tersebut?” Ucapan yang keluar dari bibir Al mampu membuat tubuh Jesslyn menegang sempurna. Bagaimana tidak? Al sangat dekat dengannya. Tangannya di pinggang dan sebelahnya lagi memeluk erat kakinya agar tidak jatuh ke lantai. Bibir pemuda itu menempel di lehernya dan memberikan kecupan yang mampu membuat Jesslyn meraskan keanehan di dalam perutnya. Wajah Jesslyn bahkan sekarang sudah sayu karena merasakan deru nafas pria itu. Sampai akhirnya ia berontak untuk turun karena ya, dia takut akan banyak yang melihatnya bersama Al nantinya. Dia tidak akan pernah mau menjadi pusat perhatian siapapun itu. Setelah ia turun, Jesslyn menatap Al yang melihatnya dengan tatapan yang sangat tajam namun kelihatan seksi? Ah tidak-tidak Jesslyn tidak boleh banyak memikirkan hal yang tidak berguna begini. “Terimakasih Al karena telah menolongku. Kalau tidak ada kamu tadi aku bisa saja ja-“ “Aku tanya, apakah kau tidak punya mulut atau tidak punya keberanian untuk menanyakan pada orang lain kalau kau kesusahan? Kalau saja tadi aku tidak melihatmu bisa saja kepalamu akan pecah sekarang. Atau setidaknya kau tidak akan melihatku dengan tatapan yang menjengkelkan itu. Dan berhenti tersenyum, kecil. Kau makin membuatku kesal saja!” ucapnya dengan sarkas. Namun yang di marahi hanya tersenyum lalu tertawa kecil. Demi Tuhan sangat cantik bahkan sangat mengagumkan melihat wajah gadis yang ada di hadapannya ini. Maha karya indah. “Aku hanya takut orang orang tidak nyaman ketika aku meminta bantuan kepada mereka. Maka dari itu aku lebih suka berusaha sendiri daripada aku meminta tolong kepada yang lain. Biasanya selalu saja ada tangga di ujung sana. Tapi tadi aku melihat Lisa sedang memakainya jadi-“ “Banyak bicara rupanya, eh” ucap Al yang seakan terdengar sinis. Jesslyn meringis karena mer4asa bahwa ia banyak bicara dan membuat Al merasa tidak nyaman dengannya. “Aku minta maaf kalau kamu merasa tidak nyaman. Bisakah aku pergi?” “Apakah aku perlu mengizinkanmu untuk pergi?” Tanya Al kemudian memojokkan Jesslyn ke sudut ruangan perpustakaan. Jesslyn langsung kaget saat nafas Al terasa sekali di hadapannya. Matanya memejam dan kini ia menarik nafas untuk menetralkan dirinya hingga terasa usapan lembut pada bibirnya. Al yang ternyata adalah pelakunya. Mata mereka saling bertubrukan seakan mengantarkan berbagai perasaan disana. Al dapat melihat mata hijau itu memberikan banyak rasa disana. Takut, sedih, rasa menyakiti lainnya seakan membutuhkan pertolongan keluar dari gua yang sangat menyeramkan dan mengantarkannya pada banyak rasa sakit. “You’re face so beautiful. And your lips” Al mengusapnya kembali hingga Jesslyn memejamkan matanya karena terasa sekali detak jantungnya hingga memenuhi pendengarannya, “I wanna-“ “Al, Aku-“ Ucapan Jesslyn terbungkan oleh bibir Al yang  sudah membungkan perkataannya terbungkus dalam ciuman lembut namun mengantarkan rasa hangat yang melingkupi dadanya. Rasanya ia seperti di rindukan. Dia seperti di sayang dan sangat di cintai. Matanya menatap mata Al yang memejam seakan menikmati debaran rasa yang melingkupi dadanya. Jesslyn merasakan kebahagiaan yang langsung terasa di hatinya. Matanya kini menatap ke kalung yang di pakai oleh Al. Sangat indah dan sangat mengagumkan dengan warna putih dan sangat cocok dengan Al. Bagaimana bisa ia merasakan kenyaman yang memuncak di hatinya ini. “Al aku kehabisan nafas” lirih Jesslyn . Namun Al seakan menulikan pendengarannya dan malah mengeratkan pelukannya. Wajah Jesslyn sudah sangat merah karena nafasnya seakan sudah hampir habis. Dia memukul d**a Al dengan keras namun Al seolah tak peduli. Kaki Jesslyn seakan sudah lemas hingga ia terjatuh dan Al melepaskannya pada akhirnya. Matanya menatap pada Jesslyn yang mengatur nafasnya dengan sangat memburu. Tangan Jesslyn gemetar dan kini ia menatap kesal pada Al yang terkekeh seakan menikmati apa yang terjadi pada Jesslyn. “Kenapa kamu melakukan ini? Kamu tau aku sudah kehabisan nafas dan kamu tetap menciumku?! Kamu tau kalau tadi kamu tidak melepaskannya bisa saja aku mati karenamu!” Al terkekeh dan malahan dia menunduk dan mengecup pipi Jesslyn kemudian bagian kurang ajarnya dia berlalu begitu saja tanpa ucapan apapun. Jesslyn merasa di campakkan dan kini ai berlari keluar mengejar Al. matanya langsung menatap pada Al yang memberikan jari tengah padanya. Jesslyn melotot dan mengejar Al dengan tergesa-gesa. Al malah memeletkan lidahnya dan membiarkan Jesslyn mengejarnya hingga nafasnya hampir habis dan yang di kejar malahan kembali membakar amarah yang memincak pada diri Jesslyn. Demi Tuhan. Bagaimana kemarin ia sangat mengagumi sifat dan wajah Al dan sekarang demi apapun, dia mengutuk wajah itu. Kalau saja ia mendapatkan wajah itu, ia akan mencabik-cabiknya dan akan membuangnya ke dasar jurang terdalam dan akan di makan oleh para hewan buas hingga tak bersisa sedikitpun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD