Part 2 | Psycopath

1207 Words
Bunyi bel istirahat berbunyi. Jesslyn dan tiga sahabatnya beranjak ke kantin untuk memanjakan perut mereka. Sahabatnya yang lama jalan membuat Jesslyn berlari duluan ke kantin meninggalkan mereka yang masih sibuk mengurus bukunya yang akan di masukkan ke tas. Perut Jesslyn selalu tidak bisa di ajak kompromi.  Ia selalu kelaparan tapi berat badannya tak pernah naik. Heran, kemana lemak lemak yang di ciptakan gadis itu?. Zee saja selalu iri pada Jesslyn yang tak pernah kegemukan walau memakan makanan apapun. Ketika Jesslyn berlari, ia menabrak seseorang. Jesslyn yang kaget langsung menengadahkan kepalanya ke atas karena orang yang di tabraknya lebih tinggi dari tubuh mungil Jesslyn. Masih dengan mengusap keningnya yang sakit,Jesslyn berniat meminta maaf. "Sorr-" belum selesai bicara, ia di kaget kan oleh Al. Ternyata Jesslyn menabrak siswa baru tersebut. Wajah tampannya membuat Jesslyn melamun seketika. "Kau tidak apa apa?." "Ahh y-ya a-aku tidak apa apa," jawab Jesslyn. Pria itu tersenyum dan mengelus kening Jesslyn. Sang gadis pun merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Saat mereka masih saling tersenyum dan saling pandang, tiba tiba Jerry menarik tangan Jesslyn. "Apa yang kau lakukan?," tanya Jerry sinis pada Al. Yang di tatap hanya tersenyum saja dan makin membuat Jerry kesal. Saat ia mau membalas Al, Jesslyn telah menariknya. "Aku tidak sengaja menabraknya. Aku yang salah," cicit Jesslyn. Gadis itu memang mempunyai sifat polos layaknya anak berumur 2 tahun. Polos dan lugu. Selalu memninta maaf walau dia tidak salah. "Maafkan aku telah menabrakmu," katanya lagi sembari menunduk. Al  mengangguk kemudian mengelus rambut Jesslyn. "Kau tidak salah. Aku yang tidak melihatmu tadi. Lain kali jalanlah yang benar ya." "Ahh ya," ucap Jesslyn. Setelah itu Al beranjak pergi. Sedangkan yang di elus kepalanya merona tiba tiba. Tak tau mengapa, perlakuan pria itu membuat Jesslyn senang. Tak lama kemudian mereka ke kantin. Dan Jerry jalan duluan meninggalkan sahabatnya di belakang. Kesal? Tentu saja. Mana ada yang tidak kesal melihat orang yang kita suka dengan pria lain. Pulang sekolah, Jesslyn dan Jerry berniat pulang. Di sepanjang perjalanan, Jerry hanya diam dan fokus pada jalanan. Jesslyn hanya diam dan tak mau menganggu Jerry dulu. Ia tau, Jerry sangat protective padanya. Maka dari itu ia maklum atas sikap Jerry tadi. "Jangan terlalu dekat dengannya," ucap Jerry memecah keheningan. "Kenapa?" "Aku tidak suka dan dia seperti orang jahat," katanya dengan tak mengalihkan pandangannya pada jalanan. Dan masih dengan wajah datarnya yang mampu membuat Jesslyn sedikit merasa bersalah karenanya. Jesslyn paling tidak bisa melihat wajah muramnya Jerry. Ia akan takut dan meminta maaf. Tapi kali ini lain. Ia seakan ingin membantah perkataan sahabatnya itu mengenai Allen. Kenapa ia bisa menilai Al jahat padahal mereka baru saja bertemu hari ini?. "Kurasa ia orang baik. Ia tersenyum padaku dan seakan mengenalku," ucapnya. Jerry hanya diam dan tetap fokus pada jalanan. Jesslyn kembali diam lagi menatap jendela. “Kenapa kau tidak menyukainya?.  Kalian kan baru bertemu hari ini,”  tanya Jesslyn lagi. Dan hanya di jawab lagi dengan keheningan dan kebisuan dari seorang Jerry. Kali ini Jesslyn hanya diam dan tak mau mengajak bicara Jerry. Percuma, pria ini takkan mendengarkan apapun ketika marah. Telinganya seakan tertutup oleh kapas besar dan tebal. Tak akan ia hiraukan perkataan orang lain kecuali ia sudah tenang. Sesampainya di rumah, Jesslyn langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di kasur. Ia membayangkan kembali saat Al mengelus lembut rambut nya. Jantungnya berdebar kencang tak karuan. Sedikit terheran atas sikap Al. Padahal mereka baru mengenal satu sama lain. Tapi Al menganggap seakan mereka sudah saling kenal sejak lama. Apa dia merasakan first love?. Oh astaga rasanya malu sekali.  Lamunan Jesslyn buyar ketika ia di panggil. "Jes," panggil seorang pria yang tak lain adalah kakaknya Jesslyn. Namanya adalah SeanShine. Pria tinggi sekitar 182 cm dan berbadan atletis. Wajah tampan dan cool. "Ya,"  jawab Jesslyn sembari bangun dari tempat tidur. "Sedang apa?," tanya kakaknya yang sedang di balik pintu Jesslyn tanpa masuk. "Tidak ada," jawab Jesslyn. "Mau makan?," tanyanya dan di jawab anggukan oleh Sean. Kemudian Jesslyn mengganti baju dan menemui kakaknya yang telah duduk di meja makan. Jesslyn langsung mengarah ke dapur dan memotong sayuran. Tiba tiba Sean memeluknya dari belakang. Merasa aneh dengan perlakuan kakaknya, Jesslyn membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Sean. Ia menangkup pipi Sean dan menatap manik matanya. "What's wrong with you?," "Don't leave me." " Why?," "He's back," lirih Sean dan menatap mata Jesslyn dengan sendu. Tubuh Jesslyn langsung bergetar. Ia merasakan takut luar biasa kembali menyerangnya. Dia ingat ketika 10 tahun yang lalu saat orangtuanya di bunuh oleh anak kecil berumuran sama dengannya yaitu 7 tahun. Dengan sadisnya anak itu membelah kepala orangtua Jesslyn dan mengoyak isi perutnya. Mencium setiap darah yang menempel pada tangannya kemudian meludah seakan darah itu bau busuk. Menusuk nusuk mata orangtuanya dan mengoyak mulut mereka. Bagaimana bisa anak berumur 7 tahun bisa melakukan pembunuhan sadis tersebut. Dulu orangtua Jesslyn mempunyai bisnis di bidang properti. Banyaknya saingan membuat orangtua nya banyak musuh. Pada saat itu Jesslyn yang sedang bermain di taman, di culik oleh segerombolan pria. Sesampainya di ruangan gelap tersebut, Jesslyn di dudukkan dan membuatnya melihat ayah dan ibu Jesslyn yang sedang menangis meminta mohon agar Jesslyn di lepaskan. Tapi dengan sadisnya seorang anak membunuh orangtuanya dan menimbulkan trauma pada Jesslyn hingga sekarang. Sedangkan di sisi lainnya, seorang paman yang tertawa hebat dan ikut mengancam Jesslyn. Berniat akan membunuhnya suatu saat.  "Hei, tenanglah Jes," kata Sean menenangkan sang adik yang menangis dan gemetaran. Ia tau bagaimana rasanya saat melihat kematian orang yang dia sayang di depan matanya sendiri walau saat itu ia tidak ada disana. Saat itu Sean sedang di sekolah, maka dari itu ia tidak mengetahui kejadian yang menimpa keluarganya tersebut.  "Bagaimana kalau dia datang lagi. Bagaimana kalau dia membunuhku Sean." "Tidak, aku akan disini untukmu. Kau tenang saja ya," ucap Sean menenangkan. Ia harus menjadi kuat di banding adik nya agar Jesslyn tak takut lagi. Di umurnya yang ke 22 tahun ini membuatnya menjadi peran dewasa dan cukup membuatnya bisa menjadi orangtua bagi Jesslyn juga. Ia tidak mau Jesslyn makin terpuruk akibat selalu teringat akan kejadian lampau. Bahkan ia tak segan meninggalkan meeting pentingnya ketika Jesslyn tiba tiba kambuh traumanya.  Yang intinya, Sean tak mau kehilangan kedua kalinya. Cukup orangtuanya yang meninggalkan Sean dengan cara yang menyakitkan. Jangan Jesslyn pun ikut pergi darinya. Itulah harapannya sekarang. Ia akan membuat Jesslyn sembuh dari trauma berkepanjangannya. Menjadikan adiknya kembali normal tanpa rasa takut setiap keluar rumah. Ya, Jesslyn hanya berani ke sekolah dan rumah. Selebihnya ia takut menghadapi dunia karena traumanya yang belum tersembuhkan semenjak 10 tahun yang lalu.  Maka dari itu Sean selalu mengajak Jesslyn untuk terapi setiap bulannya. Agar trauma yang di derita Jesslyn tidak semakin parah. Mengingat Jesslyn yang taku mau pergi sekolah dan terpaksa harus menjalankan home schooling. Sean yang tak mau adiknya terus terusan terpuruk, memaksa Jesslyn untuk bersekolah di sekolah umum. Untunglah ia sekelas bahkan sebangku dengan Jerry. Dan ia bisa bertemu dengan Zee dan Mike yang sangat baik hati. Rela selalu tak di hiraukan joka di ajak bicara. Sahabat yang benar benar sangat bijaksana. Mereka bahkan tak memberitahu siapapun jika Jesslyn mengalami depresi. Malahan mereka mengajak Jesslyn melihat dunia yang dia anggapnya gelap dan menakutkan. Sean menggantikan Jesslyn memasak. Jesslyn masih shock dan memerlukan waktu sejenak untuk berpikir dan menangkan dirinya. Jangan sampai ia pingsan karena mengingat kejadian yang mengerikan itu di masa lampau.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD