2. Invitation

1537 Words
"Jika Engkau mencintai seseorang, berdoalah untuk mereka. Berdoalah untuk kedamaian mereka. Berdoalah untuk kemajuan mereka. Berdoalah untuk kesuksesan mereka. Berdoalah untuk kebahagiaan mereka." – Dr. Bilal Philips =============== Tak terasa setahun telah berlalu, namun pertemuan itu masih membawa kenangan yang sulit untuk dilupakan. Pertemuan yang secara tidak sengaja dan singkat tersebut ternyata masih saja membekas dihati. Nyatanya hampir setiap waktu sang gadis selalu memikirkan pemuda yang telah menyelamatkannya saat itu. "Apakah lamarannya berjalan dengan lancar, apakah mereka sekarang sudah menikah?." tanyanya untuk kesekian kalinya. "Ah pastinya mereka sudah bahagia sekarang." begitu jawaban yang selalu terlintas dalam fikirannya. "Hey Al, Al, Alisha, yakk... Alisha Son." teriak seorang gadis muda berkulit putih cerah berambut pirang dari kejauhan. Sejak tadi ia terus saja memanggil nama sahabatnya itu. Namun orang yang dipanggilnya masih asyik sendiri dengan fikirannya. Merasa tidak juga dihiraukan, gadis itu pun menghampiri sahabatnya. Tanpa aba aba ia malah langsung menggebrak meja untuk mengerjai sang sahabat yang sedang duduk melamun. "Brakkkk." "Ayo lagi ngelamunin apa?." ucapnya sambil tertawa karena berhasil mengagetkan sahabatnya. "Astaga..." tampak kaget gadis mungil bernama Alisha atau yang biasa disapa Al itu. "Jess, kamu mengagetkanku. Ada apa sih?." Alisha tampak kesal dengan ulah teman bernama lengkap Jessica Kim itu. "Sorry sorry, habis kamu sih, aku panggil malah tidak jawab. Kamu melamunin apa sih?." tanya Jessica penasaran. "Gak lagi ngelamunin apa apa kok." bohong Alisha. "Eh tunggu. Apa jangan jangan pemuda itu lagi?." tebak Jessica. "Apaan sih kamu Jess, ga kok." lagi lagi Alisha membantahnya. "Ngomong-ngomong kenapa kamu mencariku?." Alisha mencoba mengalihkan arah pembicaraan. "Oh ya jadi gini Al. Malam besok kan ada acara pesta perayaan perusahaan kakeknya kak Stefan. Aku bingung mau mengajak siapa. Kebetulan kamu juga masih baru dikota ini dan terutama kamu adalah sahabat baruku. Jadi nona Alisha Son yang cantik, maukah kamu menemaniku ke acara itu?. Mau ya, mau ya, pliss katakan iya." pinta Jessica agak memohon.  "Hmm..., bagaimana ya?." Alisha seolah-olah sedang berfikir untuk menggoda sahabatnya itu. "Ayolah Al." Jessica masih berharap Al akan mengatakan iya untuk tawarannya. Tak lama kemudian Alisha pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju akan tawaran tersebut. "Baiklah aku mau nona Kim." senyum Alisha. "Asyik." gembira Jessica. "Eh, tapi dengar dulu. Setelah papaku memberikan izin tentunya." senyum Alisha. "Tenang aja Al, nanti aku pasti akan meminta izin pada paman untuk mengizinkanmu ikut." ucap Jessica bersemangat.  **** Alisha hanya bisa tersenyum melihat tingkah sahabat barunya ini. Sebenarnya Alisha dan Jessica baru saling mengenal sekitar dua mingguan, kurang lebihnya. Tepatnya saat Alisha baru pindah ke kampus ini. Kepindahannya karena papanya Alisha dipindah tugaskan dikota ini. Walaupun hubungan keduanya terbilang baru, tapi entah kenapa rasanya seperti sudah kenal cukup lama. Banyak hal yang sudah keduanya saling ceritakan, bahkan Alisha sudah bercerita mengenai pemuda yang ditemuinya satu tahun yang lalu, saat ia mengalami tragedi di kota Paris. Seorang pria muda baik hati yang sampai saat ini tidak diketahui siapa sosok sebenarnya oleh Alisha. Waktu itu keduanya sama-sama menggunakan nama samaran yang pada akhirnya membuat Alisha sulit untuk mencari tahu keberadaannya. Bukan hanya Alisha saja yang bercerita, Jessica juga sudah menceritakan kisah keluarganya dan tentu saja kisah cintanya. Kisah cintanya yang juga cukup rumit, dimana cinta pertamanya sejak masih sekolah dasar belum terbalaskan sampai sekarang. Iya cintanya bertepuk sebelah tangan pada sosok pria tampan bernama Stefano Lee, atau biasa disapa Jessica dengan kak Stefan. Sudah menjadi rahasia umum jika Jessica sangat menyukai kak Stefan, kakak tingkat mereka yang memang terkenal akan paras tampannya dan juga sikap keramah tamahannya. Jessica pernah bilang, jika ia sudah beberapa kali menyatakan cintanya pada kak Stefan. Namun tetap saja ditolaknya dengan alasan masih sama, karena kak Stefan sudah menganggap Jessica seperti adiknya. Keduanya memang sudah saling mengenal sejak kecil. Keluarga Jessica dan keluarga kak Stefan memang dekat hubungan kekerabatannya. Selain itu, rumah mereka berdua juga bertetanggaan. Namun siapa yang bisa menolak perihal rasa, Jessica sudah mengagumi kak Stefan sejak masih kecil, dan sampai sekarang pun rasa itu tetap sama. Selama perjalanan ke rumahnya Alisha, Jessica sangat bersemangat menceritakan kisahnya dengan kak Stefan. Sesekali Alisha ikut tertawa saat mendengar penuturan sahabatnya itu. Sudah banyak hal konyol yang dilakukan oleh Jessica untuk menarik perhatian sang pujaan hatinya itu.  "Al kamu tahu, bahkan aku pernah menyebarkan rumor kalo kak Stefan itu gay." Jessica terkekeh saat menceritakan kejadian itu kembali. "Apa?. Serius?." Alisha tidak percaya. "Iya benaran. Dan kamu tahu, setelah itu banyak cowok-cowok yang menyatakan cinta padanya." tawa Jessica. "Astaga... Terus gimana kak Stefan tahu kalau kamu yang menyebarkan rumor itu?." tanya Alisha jadi penasaran. "Iya akhirnya aku ketahuan. Tapi kak Stefan malah berterima kasih padaku." ucap Jessica yang membuat Alisha menoleh. "Kok." Alisha tampak bingung. "Jadi kata kak Stefan, ia capek trus dikejar-kejar cewek cewek yang menyukainya. Sudah cukup aku saja yang merepotkannya, itu kata kak Stefan waktu itu. Tapi aku malah jadi kasian, ia justru harus dikejar cowok cowok juga jadinya." Jessica kembali tertawa saat bercerita. Alisha hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan kenekad-an yang dilakukan Jessica. Sebenarnya perasaan suka dengan seseorang memang tidak bisa kita kendalikan, kita tidak bisa menghentikan pada siapa hati kita ingin berlabuh. Ketika kita menyukai seseorang terjadi begitu saja, tidak tahu apakah nantinya cinta kita akan terbalaskan atau tidak. Cinta memang sesuatu yang rumit. Namun Alisha memandang Jessica sangatlah luar biasa, tidak pantang menyerah. Jessica tidak henti-hentinya menyatakan perasaannya pada pria yang disukainya, bahkan tak kapok setelah berkali-kali ditolak. Jessica berkeyakinan jika hati kak Stefan akan terbuka untuknya suatu hari nanti. Alisha rasa itu bisa saja terjadi, bukankah cinta memang butuh perjuangan kan. Teringat kembali akan pria muda waktu itu, akankah Alisha bisa bertemu kembali dengannya. Jika bisa, Alisha ingin Tuhan mengabulkan keinginannya, agar ia bisa bertemu kembali dengannya, walaupun hanya sekali saja. Alisha penasaran ingin mengetahui siapakah sosoknya yang sebenarnya, dan bagaimanakah kehidupannya sekarang, bahagiakah ia bersama wanita pujaannya. Waktu itu Alisha dan pria muda itu berkenalan dengan nama palsu atas saran pria tersebut. Sebenarnya saat itu Alisha tidak sepenuhnya berbohong soal namanya. Ia menggunakan nama tengahnya yaitu Selena sebagai namanya saat itu. Ia hanya menambahkan "Gomez" dibelakangnya sesuai dengan nama artis kesukaannya. Sebenarnya keinginan dari pemuda itu terbilang cukup aneh bagi Alisha. Alasannya supaya perjalanan mereka terasa berbeda dan lebih berkesan nantinya. Menurutnya mereka berdua tidak akan sungkan berbagi cerita tanpa khawatir diketahui siapa identitas mereka sebenarnya. Jadi saat keduanya berpisah mereka akan kembali menjadi asing. "Tapi jika suatu saat kita bertemu kembali, bukankah akan menjadi hal yang menakjubkan." kata katanya tersebut selalu diingat Alisha, dan ia berharap hal tersebut akan menjadi kenyataan. "Kalau takdir mempertemukan kita kembali, barulah kita mengungkapkan nama kita sebenarnya. Dan marilah berjanji untuk tidak mencoba mencari keberadaan masing-masing. Kita lihat bagaimana takdir ini berjalan." senyumnya. Kemudian ia melanjutkan,"Biarlah kita menjadi orang asing di tempat asing, dan di negara asing ini. Senang bisa bertemu denganmu nona Selena." begitulah akhir perpisahan itu dan akhirnya kedua keduanya menuju tempat tujuan masing-masing. **** Sementara itu, ditempat yang berbeda, tampak seorang pria tengah disibukkan dengan pekerjaannya. Setiap hari ia selalu menghabiskan waktunya di kantor tanpa mengenal kata lelah. Hari harinya hanya pekerjaan dan pekerjaan yang tak kunjung jua usai. Saat ini saja, saking fokusnya pada dokumen yang dibacanya, ia tidak menyadari seorang telah masuk kedalam ruangannya. "Nak sampai kapan kamu akan menyiksa dirimu dengan terus terusan bekerja keras seperti ini?." ucap seorang pria paruh baya yang khawatir dengan kondisi putra semata wayangnya.  "Astaga pa. Maaf aku tidak melihat papa datang. Aku baik-baik saja pa. Jadi tolong jangan terlalu mengkhawatirkan keadaanku. Aku melakukan ini karena aku mau dan aku akan membuktikan ke kakek bahwa aku mampu dan bisa diandalkan." balas pria itu namun masih fokus dengan pekerjaannya. "Jo, pulanglah ke rumah ya nak. Mama dan adikmu sangat merindukanmu." mohon papanya. "Lagian besok malam kan ada acara perayaan perusahaan, dan papa mau kamu datang ke acara tersebut. Papa mohon kamu bergaul kembali ya nak. Ini sudah hampir satu tahun kamu menutup dirimu nak." pinta papanya lagi yang tampak mengkhawatirkan keadaaan putranya dari hari ke hari. "Pa, kita kan sudah membahasnya ini sebelumnya. Aku tidak suka dengan acara keramaian seperti itu pa." tolak pria bernama lengkap Jonathan itu. "Kamu tidak suka keramaian atau kamu tidak ingin bertemu dengan mereka kembali." pernyataan yang keluar dari bibir papanya tiba-tiba saja menusuk hatinya. Terdiam sejenak Jonathan saat mendengar perkataan papanya tadi. Iya, semua yang dikatakan papanya itu tidak salah, memang benar ia bukan tidak suka keramaian. Tapi ia menghindar dari seseorang. Dirinya belum siap jika harus kembali bertemu dengan wanita itu. Wanita yang pernah begitu ia cintai, wanita yang pernah begitu ia harapkan untuk menjadi miliknya. "Pokoknya papa mau besok malam kamu datang Jonathan. Kamu tidak mau kan membuat papa dan keluarga kita malu. Kamu tahu sendiri bagaimana watak kakekmu itu, jadi sekali lagi kamu fikirkan kembali." ucap papanya dengan tegas, setelahnya ia pergi meninggalkan ruangan kerja putranya itu. Hal yang paling  tidak inginkan Jonathan adalah merusak nama baik keluarganya. Sekeras apapun wataknya, ia tetap akan luluh jika itu menyangkut harga diri keluarganya. Baginya martabat serta harga diri keluarganya adalah hal yang paling utama untuknya. Ia tidak mau ada orang yang akan merendahkan nama keluarganya. Setelah memikirkan perkataan papanya tadi, akhirnya ia memutuskan akan pergi ke pesta yang digelar kakeknya walaupun hanya sebentar saja, "baiklah pa, aku akan datang keacara itu, ini demi papa dan keluarga kita, walaupun aku harus terluka kembali." ***** To be continue... ^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD