bc

Memoar: Gunung dan Laut

book_age16+
160
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
badboy
goodgirl
tomboy
sensitive
drama
twisted
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Kamu akan jatuh cinta, pada lelaki bernama Mandala. Tapi, ia akan membuatmu menangis, dan merutuki denyut sakit yang ada di hatimu. Kamu akan merasa rindu, pada lelaki bernama Mandala. Tapi rindu kali ini berteman dengan sakit juga pilu.

Kamu akan tersentuh, pada lelaki bernama Levi. Tapi Mandala telah menjelajahi hatimu. Lalu kamu harus memilih. Berteman dengan rindu yang sakit, atau berkhianat pada hati yang terus mengorbankan diri.

chap-preview
Free preview
Chapter 1: Mandalaku
MANDALAKU [Lelaki itu tidak pernah melukai hatinya. Ia hanya melubangi hatinya, lalu membawanya serta.] Malang, 18 Oktober 2017             Langit masih gelap dengan semburat kemerahan. Seharusnya, gadis yang tengah menekuk wajahnya dengan ekspresi masam itu masih tidur dan bergelung dengan guling dan selimut tebalnya. Seharusnya, gadis dengan tas gunung dan jaket tebal yang melekat memeluk tubuhnya itu masih bermimpi indah tentang oppa-oppa yang semalam ditontonnya. Seharusnya, di hari libur yang indah ini ia bisa bermalas-malasan dengan aktivitas makan, tidur, ke kamar mandi, dan menonton drama Korea.             “Harusnya aku pelihara kucing ganas biar bisa cakar muka kamu yang ngeselin bukan main!” desis Vinay sembari menatap ganas kearah kekasihnya yang tengah memandangnya geli.             Lelaki dengan tampilan yang tak jauh bebeda dari Vinay terkekeh kecil, “Kemarin kan kita udah ke pantai, sekarang gantian ke gunung dong!” Mandala merangkul bahu Vinay dengan sayang. “Kamu juga udah setuju mau ikutan, nanti kalau udah pulang kupinjami Mamal deh. Dia kuiijinin nginep disini,” rayu Mandala dengan iming-iming Mamal kucing gendut berwarna putihnya yang selalu ingin Vinay bawa pulang.             “Males~ aku pengen bobo aja!” rengek Vinay saat Mandala menyeret gadis imut itu kearah motor besarnya. Pagi buta ini Mandala dengan penuh percaya diri menggedor kamar Vinay atas seijin orang tuanya untuk membawa sang kekasih mendaki gunung Lawu. Ini adalah kali ketiga Vinay mengikutinya menikmati puncak alam, tentu saja dengan paksaan dan sedikit penculikan. Gadis itu akan terus merengek saat akan pergi seperti ini, namun akan berubah menjadi penuh semangat saat hidung mancungnya sudah mencium aroma khas pegunungan. Ah, wanita dengan kelabilannya, pikir Mandala dengan sebal.             “Nanti waktu pulang kutraktir makan pedes deh! Kamu bisa makan sepuasnya!” rayu Mandala kedua kalinya.             “Apaan! Aku nggak bisa makan pedes! Sengaja traktir makan pedes biar aku nggak makan banyak kan! Yang suka pedes kan kamu! Ih!” gerutu Vinay dengan kesal bukan main. Pintar sekali lelaki itu, pikirnya.             Mandala tertawa lebar, lelaki itu lalu mengacak rambut Vinay dengan gemas lalu tanpa permisi memasangkan helm bogo coklat ke kepala gadis tersayangnya. Lelaki itu menakup helm Vinay dengan kedua tangannya, menatap wajah gadisnya dengan senyum geli. “Katanya cinta, kok diajak berjuang nggak mau sih?” godanya.             “Kalau manjat masa depan aku mau, tapi kalau manjat gunung aku pikir-pikir dulu,” jawab Vinay dengan cepat dan ringan. Gadis itu menatap kekasihnya lama. Perasaanya saja atau Mandala nampak lebih tampan hari ini. Vinay tersenyum kecil saat lagi-lagi manik matanya menangkap senyum lebar dari Mandala. Senyum yang mau tidak mau membuat gadis itu ikut mengangkat sudut bibirnya. Senyum yang memenjara hatinya, dan ingin ia lihat untuk seterusnya tanpa ada jeda.             “Ayo berangkat!” ujar Mandala dengan penuh semangat. Lelaki itu menaiki motor besarnya dan menolehkan kepalanya kearah Vinay. Menunggu gadis itu menaiki bagian belakang motornya.             “Aku diculik om-om,” rengek Vinay untuk terakhir kalinya sebelum gadis itu menaiki motor Mandala dan menyandarkan kepalanya di ransel gunung milik kekasihnya.             “Apaan? Siapa yang om-om?” tanya Mandala sembari memanasi motornya sejenak.             “Kamu lah! Siapa lagi! Kamu om-om tua yang nyulik anak kecil kelas dua SMA!” ujar Vinay masih dengan posisi bersandar malas di atas ransel milik kekasihnya yang berbeda umur tiga tahun darinya.             “Kemarin-kemarin suruh panggil kakak nggak mau, sekarang malah panggil Om. Cowok ganteng, caem, imut, kiyut gini dikatain om-om? Apa kata dunia?” pekik Mandala berlebihan yang membuat Vinay memutar bola matanya malas.             “Dasar alay, berangkat sana! Nanti temen kamu nungguin lagi!” sahut Vinay yang membuat Mandala tertawa geli. Astaga, betapa ia mencintai gadis ini.               ***             “Jalurnya kok berat banget sih,” desah Vinay dengan keringat yang sudah mengucur di dahinya. Gadis itu menoleh kearah Mandala, dan mencibir kesal saat hanya dibalas senyuman maklum oleh kekasihnya.             “Sabar sayang, abis ini kita sampai puncak kok,” jawab Mandala setelah beberapa saat.             “Lima jam yang lalu juga bilang gitu,” Vinay berhenti sejenak mengusap keringatnya dan menatap Mandala yang entah mengapa hari ini tak juga berhenti tersenyum. Vinay memundurkan tubuhnya, membiakan beberapa teman kenalan Mandala berlalu melewati mereka setelah menyeruakkan kata semangat.             “Minta gendong aja Vin!” canda Aan sahabat Mandala yang berjalan melewati kedua sejoli itu. Vinay hanya tersenyum ramah saat Aan berlalu sembari menepuk bahunya. Sejujurnya, lingkar pertemanan Vinay sangat kecil. Gadis itu bahkan bisa dikatakan introvert, pendiam, dan pemalu, jika tidak sedang bersama dengan kekasihnya. Pacaran hampir tiga tahun membuat kedua orang itu tak mengenal batasan dalam menyelami pribadi masing-masing.             Mandala melepas slayernya lalu mengusapkannya di dahi Vinay dengan lembut. Kelakuan Mandala yang tak biasa itu tentu membuat Vinay tertegun dengan debaran jantung yang bertalu begitu keras. Ini cowok gila apa ya, mendaki aja udah bikin jantungnya bekerja dua kali lipat, ditambah kelakuan romantis Mandala membuat Vinay hampir melayang ke surga. Oke ini berlebihan. Tetapi Mandala memang sangat jarang bersikap romantis padanya, dan kelakuan langka kekasihnya tentu tidak akan disia-siakan oleh Vinay.             “Sebelah sini,” tunjuk Vinay sembari memiringkan sebelah kiri wajahnya dengan manja.             Mandala terkekeh geli, lalu mengusap sisi wajah cantik kekasihnya dengan hati-hati. Lalu memasangkan slayerya pada pergelangan tangan Vinay. “Kalau keringetan usap pake slayer ini,” ujar Mandala.             “Kenapa di pasang di situ? Pergelangan tanganku keringetan tau,” protes Vinay sembari menatap slayer hitam kesayangan Mandala yang melingkar manis di pergelangan tangannya.             “Ya biar gampang kalau ngusap keringetnya sayang,” jawab Mandala singkat.             “Kan ada kamu yang ngusapin keringat aku,” sahut Vinay dengan senyum malu-malu yang membuat Mandala gemas bukan main. Vinay itu gadis paling manis dan imut di mata Mandala. Saking imutnya, Mandala sampai beberapa kali dikata p*****l oleh teman-teman kuliahnya. Padahal pacaran beda tiga tahun kan wajar, Mandala bahkan ingat kalau Ayah dan Ibunya beda umur tujuh tahun!             “Aku kan nggak selalu ada sayang,” jawab Mandala sembari menggenggam tangan Vinay untuk mengajaknya berjalan bersama.             “Aku juga nggak selalu keringetan,” sahut Vinay keras kepala.             Lelaki itu menghentikan langkahnya, mengetuk dahi Vinay tiga kali dengan kepalan tangannya. “Oh, kepala kamu keras! Pantas aja keras kepala,” Mandala terkekeh saat melihat Vinay menatapnya sengit. Lelaki itu kembali menarik Vinay untuk melanjutkan perjalanan. Mereka sudah hampir berada di barisan akhir rombongannya. “Lain kali jangan dingin-dingin ke temen aku ya,” tegur Mandala pada kekasihnya.             “Siapa yang dingin?” sahut Vinay cepat, merasa tidak terima.             “Ya kamu sayang, kalau disapa temenku sahutin dong, jangan dicuekin,” Mandala melempar senyum kearah Vinay yang jelas terlihat kesal kepadanya.             “Aku nggak cuekin kok, tadi aku senyum!” balas Vinay.             Mandala menghela napas, lalu menjawab dengan sabar. “Masalahnya, tiap ada yang ngajakin kamu ngomong, kamu cuma senyum doang! Sahutin dong, misalnya tadi kan Aan godain kamu biar minta gendong, kamu jawab, kalau gendong yang ada nggelundung kak! Gitu!” jelas Mandala panjang kali lebar.             Vinay menyipitkan matanya, menatap sang kekasih dengan pandangan aneh. “Kalau gitu kenapa bukan kamu aja yang jawab?”             “Diakan ngomongnya sama kamu,” Mandala menjawab singkat.             “Gini ya Mandala ku sayang. Dimana-mana cowok itu bakalan girang bukan main kalau ceweknya cuek ke cowok lain. Nah, ini kamu malah protes kalau aku cuek ke cowok lain. Harusnya kamu bangga dan kasih aku permen yang banyak!” Vinay berujar dengan dengan wajah sok tahunya.             “Gini ya Vinay ku sayang. Temen kamu itu cuma beberapa ekor, dan kalau aku nggak ngajakin kamu keluar kamu pasti bakalan jadi anjing doberman yang jagain rumah sambil gelindingan di kamar. Coba deh kamu perluas lingkaran pertemanan kamu, jalan sama temen-temen kamu,” Mandala mengeratkan genggaman tangannya. Lelaki itu berjalan selangkah lebih dulu untuk menaiki tanjakan tanah, lalu menarik kekasihnya keatas. Bersamaan dengan itu Mandala mengamati bagaimana wajah cemberut Vinay yang menatapnya penuh protesan. “Oke sayang?” tanyanya lagi menagih kepastian.             “Iya,” gumam Vinay setengah hati. Bukan gadis itu tidak ingin berteman dengan banyak orang. Terkadang Vinay hanya merasa bahwa ia tidak bisa memasuki sebuah lingkaran percakapan. Jika ia hendak berucap, ia selalu takut untuk diabaikan. Dan pada akhirnya justru ialah yang seringkali mengabaikan orang lain.             Mandala mengecup pucuk kepala Vinay dengan sayang. Membuat gadis dengan rambut hitam yang dikuncir tinggi itu memerah karena malu. “Nah, ini baru ceweknya Mandala…” ujar Mandala dengan senyum puasnya. “Kita sampai!” Mandala berbisik dengan penuh semangat.             Vinay mendongakkan kepalanya, gadis itu mengangkat sudur bibirnya dengan begitu senang saat tersadar bahwa langit biru dan gumpalan awan nampak begitu dekat dengannya. Angin siang itu berhembus begitu kuat menerpa tubuhnya, membuat adrenalinnya terpacu begitu kuat. Inilah kemenangan kecil yang alam suguhkan, saat ia berhasil berada di ketinggian 3265 DPL. Jantung gadis itu berdebar dengan kencang, saat melihat bagaimana keindahan alam dari puncak lawu hargo dumilah. “Kita sampai!” pekik Vinay sembari memeluk Mandala dengan girang.             Lelaki dengan garis wajah blesteran itu tertawa keras melihat tingkah berlebihan Vinay. Memang dari ketiga gunung sebelumnya, gunung inilah yang jalurnya paling sulit bagi kekasihnya. “Vinay, kamu tau nggak?” gumam Mandala sembari membalas pelukan sang kekasih. “Kamu itu kayak puncak gunung yang indahnya bukan main. Aku cinta gunung, tapi aku lebih cinta sama kamu. Dan mendaki gunung sama kamu, adalah hal yang paling menyenangkan buat aku.”             Kata-kata itu terlontar begitu merdunya. Merasuk dalam hati Vinay yang semakin mengeratkan pelukannya. Gadis itu berpikir, mungkin tanpa adanya Mandala ia bukanlah apa-apa.             “Jangan pacaran mulu bro, tiga jam lagi kita turun!” seru Aan yang merasa jengah melihat pasangan kekasih yang selalu mengumbar kemesraan kemana-mana itu.             Mandala dengan cepat melepaskan pelukannya, menatap Aan dengan raut bingung. “Cepet banget An? Kita nggak nunggu sunset nih?”             “Nggak bisa, gunung lagi sepi soalnya salah satu jalur ditutup. Sebelum matahari tenggelam udah harus turun, tau sendirikan disini suasananya gimana,” terang Aan semari menampilkan pandangan bahwa keduanya sama-sama tau. “Jagain pacarmu bener-bener,” imbuhnya cepat. Mandala hanya mengangguk ringan. Lelaki itu tentu tau bagaimana mistiknya gunung lawu yang terkenal dengan pasar setannya.             “Kita nggak nungguin sunset Nda?” tanya Vinay yang terlihat kecewa.             Mandala hanya meringis, mengelus pucuk kepala kekasihnya untuk meminta maaf tanpa harus berkata. “Nanti berarti kita turun jam dua siang, kamu pake body lotion yang banyak biar nggak item,” tutur Mandala.             “Kamu juga harus pakek, aku nggak mau punya pacar item buluk!” kekeh Vinay yang kemudian berjalan disamping Mandala saat lelaki itu mengapit lehernya dengan lengan kokoh namun tak sampai menyakiti dirinya.              “Kalau aku jadi item buluk kamu boleh kok cari selingkuhan,” Mandala berucap dengan santai, lelaki itu bahkan menampilkan senyum tipis penuh godaan kepada keksihnya.             “Beneran boleh?” pancing Vinay sembari mendongakkan kepalanya. Sejak mereka pacaran, Mandala selalu memberikan kepercayaan penuh kepada Vinay. Tidak pernah sekalipun lelaki itu menaruh menuduh Vinay selingkuh ataupun sekadar curiga kepadanya. Mungkin karena efek sifat Vinay yang memang tidak banyak tingkah dan sangat jarang berinteraksi dengan lelaki lain, selain kekasihnya.             “Kamu boleh selingkuh, asal kamu beneran cinta sama dia. Kalau cuma main-main atau setengah hati mending jangan, nanti ujungnya bikin orang sakit hati,” Mandala mendudukkan dirinya di bawah salah satu pohon yang ada disana. Lelaki itu mengamati beberapa rekannya yang sibuk mengambil foto puncak gunung lawu. Saat spot foto sudah sepi, dalam hati lelaki itu berniat mengajak Vinay untuk berfoto bersama.             “Kalau aku selingkuh emang kamu nggak sakit hati?” Vinay menarik wajah Mandala agar menatap kearahnya. Gadis itu sudah siap untuk mengamuk jika Mandala menjawab bahwa lelaki itu tidak akan sakit hati. Bagaimana tidak marah, kalau Mandala tidak sakit hati-kan berarti ia sudah tidak mencintai Vinay.             “Emang kamu mau selingkuh?” balas Mandala dengan cepat dan tenang.             “Nggak mungkin aku selingkuh kalau syaratnya kayak gitu,” gumam Vinay melepaskan wajah Mandala dali tangkupan tangannya. “Karena aku nggak bakal bisa jatuh cinta sama orang lain selain kamu,” lanjut Vinay sambil membuang muka. Wajah gadis itu sudah merah bukan main, dan semakin merah saat mendengar Mandala terkekeh disebelahnya. Menyebalkan, romantis dan kata-kata manis memang tidak pernah cocok untuk mereka berdua.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
317.7K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

LAUT DALAM 21+

read
299.7K
bc

Symphony

read
184.7K
bc

Surgeon Story

read
267.3K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
484.1K
bc

Perfect Marriage Partner

read
821.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook