Eva memandangi langit-langit kamar dengan tatapan hampa. Tangannya terjulur seakan mampu meraih atap bercat putih itu. Memori membawanya dalam bayang tadi. Ketika Zin memasukinya, seingatnya ia punya trauma itu. Dahulu, ia pernah dipaksa melayani nafsu pria tidak bermoral yang tak lain rekan Carlos. Meski lelaki itu belum sempat mengecup birainya seperti yang dilakukan Zin tadi. Tangan Eva menyusuri bibir padat miliknya. Hanya karena Zin melumat benda itu. Ia merasa melayang jauh ke angkasa. Seharusnya Eva marah atas perlakuan Zin. Sayangnya hangat nafas Zin mengenai tengkuk juga suara desahan samar keluar dari bibirnya membuat dda Eva berdebar kencang. Tanpa terasa pipi Eva bersemu kemerahan. Kini baginya Zin lebih dari sekedar alat balas dendam. Tetapi ia sudah menjadi lelakinya. Mam

