Eps 02

1485 Words
"Ehhh Cha lo pindahan darimana?" tanya Lovi merasa penasaran. "Gue pindahan dari Medan, ya ayah gue pindah ke sini otomatis gue ikut." jawab Acha seraya mencepol rambutnya asal. "Btw lo udah punya pacar?" tanya Lovi lagi. "Belum." "Ya tuhann akhirnya gue punya temen sesama jomblo." ucap Dinta mendramatisir sambil mengangkat kedua tangannya. "Najis." Lovi melirik sinis ke arah Dinta , kenapa dia sangat berlebihan? Emang dasar ya si Lovi, mulutnya pedes kayak seblak level 10. "Udah sih ngapa jadi bahas status sih, emang lo pada ngga laper gitu? Ini tuh udah waktunya istirahat." timpal Clarissa menengahi. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kantin. Berjalan memasuki area kantin mengundang semua mata kaum adam menatap, maklum cecan lewat. "Kita mau makan apa nih?" tanya Clarissa. "Disini ada mie ayam ga?" celetuk Acha menanyakan makanan yang ia suka. "Ada." jawab Clarissa menunjuk siswa yang sedang makan mie ayam. "Gue mie ayam aja deh." "Yaudah kita semua pesen mie ayam aja, berarti mie ayam 4 sama minumnya es jeruk? Setuju?" putus Lovi yang diangguki oleh ke tiga temannya. Clarissa pergi memesan makanan sedangkan yang lain duduk menunggu sambil ngeghibahin cogan yang ada SMA Angkasa ini. Heii, kalian juga pasti seringkan nge ghibah? "Ohh iya cha, nih kita mau ngasih tau lo sesuatu." ucap Lovi. "Apa?" bingung Acha. "Disini tuh ada geng yang namanya Zeroix, sebenernya mereka bukan geng yang suka cari masalah. Mereka tuh pelindung bagi cewek di SMA Angkasa." jelas Lovi panjang lebar. "Pelindung? Kok bisa?" heran Acha karna biasanya yang namanya geng ya suka buat onar. "Nih, disekolah tercinta kita ini banyak cewek cantik dan SMA Pelita itu suka banget godain cewek sini. Kalo sekedar ngegoda pake kata ma kita ga masalah, tapi mereka tu juga udah berani ngerusak fisik emmm lu pahamkan." Acha membelalakan matanya kaget, Ya Tuhan sumpah Acha tidak menyangka. Sampai seberani itu mereka, apakah keputusan Acha pindah ke sini akan ia sesali sekarang? "Serius? Gila banget." tanya Acha tak percaya. "Seribu rius, gue ga bohong. Makanya Angkasa sama Pelita tuh bener-bener musuh bangettt." jawab Lovi. "Emang sih gak semua anak Pelita kayak begitu, hanya anak geng Blackking aja yang suka nyari masalah. Dan yang paling mereka incar itu pacar ataupun gebetan anak Zeroix, sampe-sampe dulu ada yang meninggal padahal itu anak Pelita." timpal Dinta. "Meninggal?" "Iya, tapi untuk itu gue gak ada hak buat cerita karna privasi." jawab Dinta yang diangguki Lovi. "Makanan datangg." ujar Clarissa membawa nampan berisi pesanan mereka diikuti orang dibelakangnya yang membantu membawa minuman. Mereka memakan makanan yang tadi dipesan tanpa ada yang berbicara. Seolah terhanyut dengan rasa enak dari mie ayam yang disantap. "Woyyy Altas dateng." "Sungguh indah ciptaanmu Tuhan." "Andaikan aku menjadi pacar mereka." tiba-tiba kantin menjadi sangat ramai, Acha tidak tau apa penyebabnya. Tapi sungguh ia merasa tak nyaman. "Ada apa sih?" kesal Acha merasa sesi makannya terganggu. "Ohh itu biasa intinya Zeroix dateng, tuh di ujung kantin." jawab Clarissa sambil menunjuk tempat dimana inti Zeroix itu berada. "Nah mumpung mereka ada disini, gue bakal ngenalin mereka satu persatu sama lo." ujar Lovi seraya memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Nah yang paling ujung itu namanya Patrick, dia otaknya pa-" "Lov, ngapain sih lo ngenalin yang paling gesrek dulu? Mending lo ngenalin yang paling ganteng dulu." potong Dinta cepat. "Kenapa? Lo ga suka?" tanya Lovi memelototkan matanya, membuat Dinta hanya nyengir. "Gue lanjutin, Gue deskripsiin si Jovan dulu yang duduk disamping Patrick biar si tinta ini ga ngomel. Nah si Jovan ini playboy kelas kakap parah, tapi dia itu cem-cemannya (pacar) si Clarissa. Gue heran cowok playboy kayak dia ngapain juga si Clarissa bisa sampe cinta banget." jelas Lovi sambil melirik Clarissa. Acha juga ikut menatap Clarissa. Clarissa menghentikan kegiatannya. "Apaan si liatin gue? Jovan itu ganteng dan ya gapapa dia mau godain siapa aja toh juga pemenangnya gue." ucap Clarissa bangga. Ya benar juga si kata Clarissa, Jovan memang selalu mengutamakan Clarissa dan selalu melindungi Clarissa. "Ihh, nah yang itu sebelah Jovan namanya Tama. Ganteng, cool, perhatian, pokoknya idaman banget lah." "Yaiyalah lo bilang idaman, orang itu pacar lo." sinis Dinta. "Hehehe." Lovi tertawa kaku membuat Acha ikut tertawa. Asik juga berteman dengan mereka. "Nah sebelum ke yang menduduki tertampan no 1 kita bahas Patrick dulu. Seperti yang tadi gue mau bilang Patrick itu gesrek otaknya di dengkul." "Lo tau? Pas dia bikin acara sweet seventeen, gue ga habis pikir dia bikin itu dengan tema spongebob. Gila kan?" Acha tertawa terbahak-bahak, anak geng motor bikin pesta tema spongebob? Lawak kali sumpah. "Kuenya bentuk bintang laut warna merah jambu asal lo tau." sambung Lovi tak habis pikir. "Daripada gue darah tinggi bahas si Patrick ini mending kita bahas si, ehhh satu lagi jadi hahahaha." Lovi tak melanjutkan ucapannya karna tertawa. Acha heran, namun tetap ikut tertawa. Kenapa ya kalo sama temen, liat dia aja ketawa bisa nular. "Kenapa Lov?" "Jadi dia ngejar-ngejar Dinta dan ga di notice-notice hahahahha." Dinta terlihat kesal dengan ucapan Lovi, memang sih si Patrick tak kalah ganteng dari yang lain tapi gesreknya itu loh. "Bahas yang lain bisa ga sih?" kesalnya. "Oke kita ke pemeran utama, nah ini ketuanya namanya Altas. Gue tuh bingung kenapa gennya dia sempurna banget. Ya tapi sifatnya udah kayak mayat hidup tau ga? Dingin, irit ngomong, kejem lagi." "Altas ?" tanya Acha dengan suara agak keras membuat temannya kaget. "Cha jangan keras-keras anjirr." ucap Lovi langsung membekap mulut Acha. Diujung Kantin Altas dan kawan-kawannya menengok ke arah Acha karna mendengar ucapan Acha tadi. "Tam, pacar lo tuhh." ucap Patrick yang tidak digubris Tama. Altas hendak bangkit dan menghampiri Acha namun ditahan Jovan. Yaiyalah kan disitu ada pacarnya Jovan juga. "Van, pacar lo juga ada tuh." ucap Patrick lagi. "Ada Dinta juga pea, tapi itu kayaknya anak baru deh." Patrick mendengus saat Jovan dengan entengnya menonyor kepalanya. "Kayaknya sih iya, kan biasanya mereka bertiga. Ehhh tapi tuh anak baru paling cantik njirrr." Altas tak menanggapi obrolan sahabatnya itu yang menurutnya tak penting sama sekali. Ya memang hal penting bagi Altas hanya Zeroix. Ia malah terus memandangi anak baru itu yang tak lain dan tak bukan adalah Acha. "Cara bicara mereka hampir sama." Kembali ke Acha dan teman-temannya. Kini mereka telah selesai mengisi perut, dan berniat kembali ke dalam kelas. "Yukk mending ke kelas." ajak Clarissa yang disetujui oleh semua. Dalam perjalanan menuju kelas, mereka terus menjadi pusat perhatian. Tapi tak ada yang berani menggoda mereka karna tau jika pawangnya mereka inti Zeroix. "Kenapa pada liatin kita sih?" tanya Acha risih. "Cha kita itu cantik makanya diliatin, kalo kita b***k baru ga diliatin." jawab Lovi seraya mengibaskan rambutnya. Sumpah ya visual mereka ber empat itu luar biasa, ya kan siapa juga yang mau nyia nyian pemandangan?. *** Pulang sekolah, Acha menunggu jemputan supir di halte sekolah bersama Lovi dan Clarissa. Tadi Dinta pulang lebih dulu. Terlihat ada tiga motor melaju ke arah mereka yang tak lain adalah Altas and the geng. Tentunya untuk menjemput Lovi dan Clarissa. "Gue duluan ya Cha." ucap Lovi setelah menaiki motor Tama dan Acha tersenyum. "Gue juga Cha." Clarissa ikut bersuara. "Dahhhh hati hati" ucap Acha sambil melambaikan tangannya. Sebentar, kok cuma tiga motornya? Bukannya harusnya empat yah?. Tiba-tiba ada motor yang berhenti tepat di depan dirinya. Acha menaikan sebelah alisnya heran, siapa ini? Apa jangan-jangan anak Pelita? . Acha sudah was-was sendiri, jujur saja ia takut setelah mendengar cerita Lovi. Dan saat cowok itu melepas helmnya, Acha lebih takut lagi. "Ngapain tadi lo sebut nama gue?" Kalian sudah bisa nebak kan siapa cowok itu? Ya benar Altas. "Hah?" Acha gelapan sendiri tak tau harus menjawab apa, masa iya dia harus jujur kalau dia ngeghibahin Altas dkk kan gak lucu. "Lo gagap?" tanya Altas sedatar triplek. "Hah?" s**l, kenapa juga Acha jadi seperti orang gagap sungguhan. Acha menggelengkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang melanda tubuhnya. "Ehh gapapa kok." "Gapapa tapi ngapain nyebut nama gue?" tanya Atlas lagi masih sedatar triplek. "Ya gapapa, mending lo pulang sana." astaga, Acha tak sadar dengan ucapannya. Ia segera menutup mulutnya sendiri, kabur aja Cha. "Lo ngusir? " "Ehhh engga kok, terserah lo. Mending gue aja yang pergi deh." ucap Acha hendak pergi dari halte itu. "Tunggu" Duhhh apaansi? Ga tau apa jantung gue kayak lagi konser. -ucap Acha dalam hati. Acha memberhentikan langkah kakinya. "Kenapa?" "Biar gue anter, lo cewe ga baik pulang sendirian apalagi kalo ketemu anak Pelita." ucap Altas yang berhasil membuat kaget Acha. "G-ga perlu kok, gue bisa pulang sendiri." "Jangan geer, gue cuma ga mau aja anak Angkasa diapa apain sama Blackking." sarkas Altas. Malu kan Acha, tadi ia kira Altas? Ahh s**l kenapa juga ia geer duluan. "Ehh engga, itu gue udah dijemput supir." tunjuk Acha pada mobil hitam yang melaju ke arahnya. Altas mengangguk dan menyalakan motornya kemudian berlalu pergi lebih dulu. Setelah mobilnya ada dihadapannya Acha segera naik. "Huhh akhirnya dia pergi." "Tadi siapa non? Pacarnya?" tanya sopir Acha. Mata Acha membola, calon pak eh- "Bukan pak." sopir itu ber oh ria. Mobil Acha melesat pergi dari kawasan sekolahnya. "Mangsa baru."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD