Mie Instant

1367 Words
 Kebetulan hari itu coffee shop tidak terlalu ramai. Akhir pekan seperti ini, banyak yang menghabiskan waktu di pusat kota. Kesempatan ini digunakan oleh Conrad untuk berbincang dengan Ruby. "Malam ini apakah kau ada rencana?" tanya Conrad. "Tidak ada. Aku hanya akan langsung pulang untuk menjaga ayah." ujar Ruby. "Ayahmu sakit?" "Iya. Dia mengalami stroke semenjak dua tahun yang lalu." Conrad memandang gadis itu penuh rasa kasihan. "Jangan pandang aku seperti itu. Aku sudah terbiasa melakukannya. Setiap hari aku selalu merawat ayah. Itu kewajibanku bukan? Aku adalah anaknya." Wajah Ruby berubah mendung. "Kau anak yang baik, Ruby. Orang tuamu pasti bangga padamu. Seperti halnya aku bangga memiliki teman dekat sepertimu." Perkataan Conrad yang tulus membuat wajah Ruby bersemu merah. Akhir-akhir ini Ruby merasa senang berada di dekat Conrad. Pemuda yang tampan, baik hati, penuh perhatian dan sangat menyenangkan mengobrol bersamanya. Sayang sekali Conrad pemuda biasa dengan ekonomi yang sama dengan dirinya. Meskipun sekolah kedokteran, perlu waktu agak lama untuk bisa sukses. Ting! Ruby dan Conrad asyik berbincang tanpa menyadari seorang tamu yang masuk. "Ruby? Conrad?" Jasmine terkejut melihat kedua temannya tersebut berada di tempat yang sama dengan seragam pegawai. "Jasmine?" Ruby heran melihat Jasmine. "Kalian bekerja disini?" tanya Jasmine heran. "Iya." Jawab Conrad. "Ah ... tentu menyenangkan ya, rumah kalian sudah berdekatan, kuliah di tempat yang sama, sekarang kerja di tempat yang sama pula." ujar Jasmine dengan ceria namun sorot matanya sendu. "Kebetulan yang luar biasa, bukan?" Ruby tertawa kecil sambil melirik ke arah Conrad. "Benar. Mungkin aku juga harus pindah ke daerah ini agar dekat dengan kalian." Jasmine terkekeh. "Hahahaha .... Kau ada-ada saja Jasmine." Conrad menutupi keterkejutan karena kata-kata Jasmine yang tulus seakan sindiran buat Conrad. "Ada apa kau kemari? Khusus untuk membeli kopi?" tanya Ruby heran. "Itu ... Aku sebenarnya ... ingin bertemu dengan kalian." ujar Jasmine terbata. "Kau sendirian kemari?" Conrad melihat tidak ada Robert bersama Jasmine. "Iya. Robert sedang pergi." Sebenarnya Jasmine merasa kesepian. Di rumahnya yang besar dan banyak pelayan, tetapi Jasmine merasa sebatang kara. Teman lainnya mereka memiliki kesibukan sendiri dengan kekasihnya. Robert pergi entah kemana. Sedangkan orang tua Jasmine terlalu sibuk di Rumah sakit. "Kami akan selesai bekerja sebentar lagi. Apakah kau mau makan malam bersama kami?" tanya Conrad. "Tentu saja." Jasmine merasa senang sekali dengan ajakan Conrad. "Kau bisa 'kan Ruby, tidak akan sampai malam." Conrad menatap Ruby yang tampak termenung. "Ah iya ... iya." ujar Ruby dengan senyuman manis yang sangat disukai Conrad. "Menyenangkan sekali. Aku akan menunggu kalian disini." ujar Jasmine. Setengah jam kemudian, Ruby dan Conrad selesai bekerja.  "Aku harus ke minimarket membeli beberapa kebutuhan pesanan mommy." Ruby baru saja menerima pesan dari handphonenya. "Ayo kita ke mini market juga Conrad. Mungkin kita bisa membeli sesuatu yang bisa dimakan." ajak Jasmine. "Baiklah." Mereka bersama-sama menuju ke mini market. Disana Ruby membeli beberapa mie instan dan makanan kaleng. Jasmine yang tidak pernah memakan mie instan menjadi tertarik. Dia berdiri di depan rak mie instan dengan bingung. "Kau ingin membeli sesuatu?" tanya conrad. "Aku ingin mencobanya. Tapi aku tidak tahu mana yang aku suka. Apakah aku harus membeli semua nya dan mencoba? Menurutmu mana yang paling enak?" Jasmine menatap Conrad meminta pendapat. Pemuda itu pun bingung. Karena dirinya juga tidak pernah memakan mie instan. Diana melarangnya karena alasan kesehatan, Andrew tidak mengizinkan dengan alasan mie buatan chef Paul yang paling enak. Namun, Conrad masih mencoba mengingat mie instan yang pernah dimakan oleh pembantu di Mansion. Dia mengambil sebuah mie instan yang hanya tinggal di seduh dengan air. Membolak-balikan mie tersebut, sambil menyakinkan pilihannya benar. Hingga Ruby tiba menghampiri mereka. "Itu mie yang enak. Aku menyukainya. Tapi sedikit mahal, ditambahkan telur dan sosis, enak sekali. Kau suka mie itu juga Conrad?" Ruby sudah datang dengan keranjang belanjaan. "Eh, iya ... aku rasa begitu." sahut Conrad gugup. "Kalau begitu kita beli ini dan makan malam bersama, bagaimana?" Jasmine dengan cekatan mengambil tiga mangkok mie dan mengambil sosis juga telur. Dia kemudian membayar di kasir beserta semua belanjaan Ruby. Mereka memutuskan untuk meracik mie tersebut di minimarket tersebut. Jasmine yang baru pertama kali meracik, tampak bersemangat mempelajarinya dari Ruby. Conrad sangat senang menatap Ruby yang cekatan. Setelah selesai, mereka membawa mie instan itu ke meja depan minimarket. Jasmine mengeluarkan ponselnya dan langsung mengambil foto selfie. "Ini akan menjadi hari bersejarah buatku. Pertama kali makan mie instan bersama kalian. Terimakasih sudah menjadi temanku yang baik." ujar Jasmine dengan bersungguh-sungguh. "Kau tidak pernah makan mie instan, sedangkan aku, mie instan merupakan bagian dari hidupku. Kau beruntung sekali." ujar Ruby. "Aku malah iri dengan kalian yang memiliki kebebasan menyentuh makanan yang kalian mau." celoteh Jasmine sambil menyeruput mie nya. "Wah ... ini enak. Sangat gurih, tapi sedikit ... uhuk ...uhuk ... pedas." Jasmine terbatuk-batuk. Conrad dengan cekatan, membuka sebotol air mineral dan memberikannya pada Jasmine. Jasmine menegaknya hingga setengah dan dia merasa lebih baik. Sedangkan Ruby yang melihat perhatian Conrad, merasa tidak suka. "Thanks, Conrad." ujar Jasmine. "Kenapa kau tidak makan mie buatan koki rumahmu, pasti enak sekali, lihat dirimu sampai terbatuk makan mie ini." cicit Ruby. "Aku sudah bosan." Ruby menatap Jasmine iri. Bagaimana dia bisa bilang bosan dengan masakan orang kaya yang pastinya memakai bahan terbaik. Sedangkan dirinya harus menabung dan mengharapkan traktiran untuk makan yang enak.   "Ruby kau mau menginap di rumahku?" tanya Jasmine dengan bersemangat. Ruby terperangah mendengar Ajakan Jasmine, itu artinya dia bisa merasakan bagaimana hidup sebagai orang kaya. Dan... siapa tahu, isa lebih dekat dengan Robert. "Kau mengajakku?" Jasmine mengangguk sambil menyeruput mienya. "Tentu saja. Akan aku coba mencari waktu yang pas." Ruby sangat tenang. "Ahhh ... menyenangkan sekali." Jasmine merasa senang. Conrad memperhatikan kedua wanita dihadapannya. Si kaya dan si miskin, yang selalu ceria dan yang pemalu, yang tidak pernah mengalami beban dan yang selalu menderita. Mereka berbeda namun bisa bersahabat. "Aku ingin mencoba satu lagi dengan rasa yang berbeda. Apakah ada yang mau berbagi denganku?" tanya Jasmine. Ruby menggeleng. "Sudah. Cukup. Aku sudah sangat kenyang." Jasmine kemudian memandang Conrad. Kedua tangan disatukan di depan d**a. Raut wajahnya sangat menggemaskan dan mengharap bantuan Conrad. Conrad tertawa dengan sikap Jasmine yang tampak lucu. Dia mengiyakan. Dengan riang Jasmine kembali menyeduh mie instan. Memasukan dua buah sosis dan dua buah telur, kemudian dimasukkan ke dalam microwave. Sambil menunggu selama tiga menit. Jasmine menatap ke arah luar. Dia melihat bagaimana Conrad dan Ruby berbincang yang tampak akrab sekali. Cara Conrad memandang Ruby sangat lembut. Saat itu lah, pertama kalinya Jasmine merasa dadanya sakit. Cara pria itu menatap dirinya sangat berbeda dengan menatap Ruby. Jasmine hampir saja terlupa dengan mie instant yang dia letakan dalam microwave. Microwave itu sudah berhenti selama beberapa waktu, hingga pelayan mini market menegurnya. "Nona, mie anda sudah selesai."  "Oh ,.. ah ... iya, terimakasih." Dengan hati-hati, Jasmine membawa mie itu keluar. Dalam hati dia mengeluh karena sudah melamun, mie sudah mekar, pasti terlalu matang. Kuahnya juga sudah tidak terlalu panas lagi. Jasmine dengan setengah kesal memandangi mie instannya yang kematangan. Sungguh memalukan harus menyajikan mie seperti ini di depan Conrad.  Karena tidak fokus Jasmine tersandung ketika tinggal satu langkah mencapai meja. Dia terjatuh dengan lutut menghantam lantai dan dahinya membentur meja. Mie yang di pegang terlempar. Sambil memegang dahinya yang sakit dan terasa pusing, Jasmine mendengar teriakan. Dengan masih pusing akibat benturan yang keras di meja kayu itu, dia melihat Ruby berteriak dan berdiri dengan Conrad yang panik. Ternyata mie yang di pegang oleh Jasmine terlempar ke pangkuan Ruby. Pakaian Ruby tampak kotor dan Conrad membantu membersihkan. Tidak ada yang peduli padanya. Kening dan lutut Jasmine terasa perih. "Panas … panas … sakit Conrad.." rengek Ruby dengan panik. "Panas ya?" Conrad mengambil tisu dan membantu Ruby membersihkan jeansnya. "Aow, kaki ku sakit." Ruby merengek. "Terkena air panas?" tahya Conrad. "Tidak kayaknya aku tersandung kursi karena terkejut tadi. Hikkk ... aku mau pulang. Aow.. sakit." Ruby hendak melangkah, tapi tertahan karena merasa kakinya sakit. "Biar aku antar kau pulang. Naiklah ke punggungku." Conrad berjongkok di hadapan Ruby. "Tapi ... aku berat." "Tenang saja. Ayo aku antar pulang." Ruby naik ke atas punggung Conrad. Pemuda itu kemudian membopong Ruby. "Lihat aku kuatkan." ujarnya melucu sedangkan Ruby tertawa manja. Conrad menoleh ke arah meja hendak mengambil kantong belanjaan Ruby. Saat itu dia melihat Jasmine yang sudah dibantu berdiri oleh pelayan toko. Jasmine sudah duduk di kursi sambil memegang dahinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD