2. Mimpi yang Aneh

1598 Words
Langkah Kouki terhenti setelah dia melihat sebuah rumah besar berada di depannya. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa sampai ke sana yang jelas dia sekarang terpaku melihat kemegahan dari rumah itu. Pintu rumah itu terbuka sendiri, membuat Kouki semakin penasaran untuk memasukinya. Berbeda dengan tampilan depannya yang megah, bagian dalam rumah ini tampak sangat kumuh dan menyeramkan. Bau kayu yang lapuk dapat tercium jelas oleh Kouki, lantai kayunya juga berdecit setiap kali Kouki melangkahkan kakinya. Di dalam sana cukup gelap, cahaya hanya masuk dari langit-langit bangunan itu yang dilapisi kaca. Kouki memandang ke sekitar, tidak ada siapa pun. Udara dingin menerpa kulitnya, menusuk sampai ke tulangnya. Semakin Kouki memasuki tempat itu, semakin dingin pula hawa yang dia rasakan. Tujuan Kouki hanya satu, mencapai sebuah ruangan yang berpintu merah. ruangan itu pintunya terbuka sedikit dan memperlihatkan warna terang yang sepertinya berasal dari pembakaran dan terlihat hangat. Tangan Kouki memegang gagang pintu ruangan tersebut, terdengar suara seseorang sedang bersenandung dengan merdu. Kouki mengetuk pintu dan suara senandung itu berhenti. “Pe-permisi. Aku rasa aku tersesat. Bolehkah aku masuk?” tanya Kouki mencoba sesopan mungkin. Hening untuk sesaat. “Maaf jika aku sudah lancang masuk kesini tapi aku benar-benar tidak tahu aku di mana dan aku... kedinginan,” sambung Kouki. Dia kemudian memberanikan diri untuk mendorong pelan pintu yang tidak tertutup itu sehingga kini ruangan yang hangat seperti dugaan Kouki itu terbuka dengan sempurna. Kouki melihat sebuah kursi kursi dengan sandaran tinggi menghadap ke perapian, saking tingginya sandaran sofa itu Kouki tidak dapat melihat siapa orang yang sedang duduk di sana. “Sekali lagi maafkan saya, saya hanya ingin menumpang sebentar,” ujar Kouki lagi. Kursi itu terputar dan kini sosok yang sedang duduk di kursi itu terlihat. Seorang pria dengan mata tajam berwarna biru dengan kulit pucat tersenyum ke arah Kouki. “Kau sudah datang, Kouki?” tanya pria itu membuat Kouki terkejut. “Ba-bagaimana kamu tahu namaku?” tanya Kouki terbata-bata. Dia kini sudah mulai takut. Pria itu berdiri dan menatap Kouki tajam. Dia tersenyum namun entah kenapa Kouki malah takut melihat senyumannya yang lebih mirip seringai. “Tentu saja, Kouki. Kau adalah tamuku. Selamat datang di istanaku,” ujar lelaki itu. Dia merentangkan tangannya dan menatap ke segala arah. Kouki semakin terkejut setelah melihat ke sekelilingnya dan menyadari bahwa bangunan rumah yang kumuh itu kini menjadi sebuah istana yang megah. Kouki ke luar sebentar mengecek ternyata lantai kayu yang selali berdecit itu kini sudah berubah menjadi lantai keramik yang bersinar. Penerangan yang tadi hanya berasal dari atap kaca kini berubah menjadi banyak sekali lampu terlihat mahal. Dan udara yang tadi dingin kini berubah menjadi hangat bahkan berbau sangat harum sekarang. Kouki bingung sekaligus lega karena entah bagaimana caranya yang jelas kini Kouki selamat. Senyum Kouki mengembang melihat seisi istana yang banyak sekali warna emasnya. Terlihat sangat megah dan juga menakjubkan mata. “Kau menyukai istanaku, Kouki?” tanya lelaki itu yang kini sudah berada di sampingnya. Kouki tidak menjawab dengan berbicara namun dia hanya mengangguk. “Kalau begitu ...,” pria itu menyentuh dagu Kouki dengan jarinya untuk membuat wajah Kouki menghadap ke arahnya. “Berikan aku jiwamu.” Tiba-tiba saja, jemarinya berubah menjadi jemari yang lebih kurus dan berwarna hitam dengan kuku yang sangat panjang. Perlahan-lahan wajah tampan dan kulit pucat lelaki itu juga berubah menjadi sosok makhluk hitam besar dengan tanduk dan juga mata yang merah. Wangi harum berubah menjadi bau amis darah yang membuat Kouki ingin memuntahkan isi perutnya. Sayap hitam makhluk itu terbentang dengan bebas lalu sebelum Kouki sadar dia menusuk leher Kouki menggunakan kukunya. “AAAAHHHH!!!!” Kouki terbangun dari tidurnya, dia sudah terduduk di atas ranjang di studionya. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Nafasnya terengah-engah karena mimpi buruk itu. “Lo kenapa?” suara khas orang bangun tidur terdengar dari sampingnya. Kouki kaget mendengar suara itu kemudian mundur sebentar sampai kemudian dia menyadari bahwa itu adalah Astro yang sedang tidak memakai kacamata dan juga rambutnya acak-acakan. “Lo ngapain tidur di sini?” tanya Kouki karena tidak biasanya Astro tidur di dalam studio. Biasanya Kouki hanya sendirian tidur di dalam studio, lainnya biasanya akan tidur di kamar mereka masing-masing. “Tama bawa pulang ceweknya dan gue gak mau tidur di sofa ruang tamu. Banyak tikus,” jawab Astro. Dia mengucek pelan matanya lalu memakai kacamatanya kembali. “Lo abis mimpi buruk?” tanya Astro setelah melihat dengan jelas keadaan Kouki yang sudah berkeringat dengan nafas yang terengah-engah. Kouki terdiam, dia tidak menjawab. Dia masih terpikir mimpi buruknya yang aneh itu. Entah kenapa Kouki masih dapat merasakan dengan jelas rasa dingin juga bau darah yang amis itu. “Kouki!” panggil Astro lagi. Kouki tersadar lalu menggeleng. “Gak apa-apa kok, Cuma mimpi yang penting,” ujar Kouki. Dia lalu pergi ke luar untuk mengambil air dan meminumnya. Dia lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka namun dia mendapatkan sesuatu yang aneh, sebuah tanda hitam bulat kecil berada di leher Kouki. Kouki cukup yakin bahwa dia tidak memiliki tanda lahir seperti itu sebelumnya. Dia lalu teringat kembali mengenai mimpinya di mana si makhluk itu menancapkan kukunya yang tajam itu ke leher Kouki. Kouki cukup bingung sekarang, dia memegang lehernya dan menyentuh tanda itu. Kouki mencoba untuk berpikir logis mengenai apa yang terjadi saat tiba-tiba udara dingin mulai menerpa kulitnya dan kali ini semakin bertambah dingin. Kouki lalu sadar bahwa ada sesuatu yang seperti merambah naik melalui punggungnya. Dia mematung di depan cermin dengan wajah ketakutan dan nafas tertahan. Tiba-tiba kuku makhluk itu muncul lagi dan kini sudah memegang bahunya. Bau amis darah kembali menerpa indra penciumannya membuat Kouki semakin ketakutan. Sebuah embusan angin kecil menerpa kulit leher sebelah kirinya membuat dia secara otomatis menghadap ke arah kiri namun dia tidak menemukan apa-apa di sana. Tapi ketika berbalik, Kouki dapat melihat dengan jelas bahwa makhluk itu kini sudah meletakkan wajahnya tepat di samping wajah Kouki. Kouki dapat merasakan bahwa kini bahunya menjadi berat begitu juga dengan kakinya sehingga Kouki tidak dapat berlari pergi. Dia menyeringai membuat taringnya terlihat semakin menakutkan. “AAAAHHH!!!!” Kouki kembali berteriak dan bangun dari tidurnya. Dia merasa seperti de javu sekarang. Matanya segera mencari Astro tapi lelaki itu tidak ada lagi di tempatnya tadi. Kouki melihat ke arah jam sudah jam 9 pagi membuat Kouki menghembuskan nafasnya lega karena sudah pag. Perlahan dia bangun dan segera menuju ke kamar mandi. Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, dia segera menuju dapur. “Pagi, Ki,” sapa Cruz. Kouki hanya tersenyum lalu pergi mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih sebelum meminumnya sampai habis. “Buset, haus lo?” Cruz keheranan melihat tingkah Kouki di pagi hari ini. “Astro sama Tama mana?” tanya Kouki. “Tama masih tidur tuh di kamar, mentang-mentang bawa cewek. Ampe pusing Gue denger dia main sama ceweknya,” protes Cruz. Wajar saja Cruz terganggu karena kamarnya tepat berada di samping kamar Cruz. Dia tidur bersama manager mereka yang namanya Ilham. Tempat yang awalnya base camp untuk band mereka kini diubah menjadi tempat tinggal mereka demi menghemat pengeluaran. Tempat itu hanya memiliki dua kamar dan satu ruangan yang diubah menjadi studio rekaman mereka. Tama dan Astro tidur satu kamar, Cruz dengan Ilham dan Kouki memilih tidur di studio saja daripada harus berdesak-desakkan dengan yang lainnya. “Kalau Astro?” tanya Kouki lagi. “Lagi beli sarapan,” jawab Cruz. Tepat saat Cruz menjawab pertanyaan Kouki, sosok Astro muncul membawa beberapa tas plastik berisi beberapa bungkus makanan. “Lah, panjang umur. Baru juga ditanyain udah muncul,” ujar Cruz. “Kenapa nih?” tanya Astro. Dia meletakkan bungkusan plastik itu ke atas meja makan. “Lu baru aja ditanya sama Kouki, eh udah muncul.” Cruz berjalan menuju tempat piring untuk mengambil tiga piring untuk mereka. “Ilham udah pergi?” tanya Kouki. Cruz hanya mengangguk, dia lalu memberikan piring itu pada Kouki dan Astro. “Lo kenapa, Ki?” tanya Astro. “Hah?” Kouki mengerjap sebentar. “Gak apa-apa,” lanjutnya. “Lo mimpi buruk lagi?” tanya Astro. Kouki terkejut, “Lo tahu dari mana Gue mimpi buruk?” “Kan semalam Gue tidur di studio sama Lo, gimana sih?” ujar Astro. Kouki semakin bingung, berarti yang dia alami tadi malam nyata? “Kan semalam Lo mimpi buruk abis itu Lo keluar, balik-balik langsung tidur lagi. Lo mimpi buruk lagi?” tanya Astro lagi. Dia mulai khawatir. “Lo mimpi apa, Ki? Mimpi seram ya? Hantu? Kuntilanak? Pocong? Atau apa?” tanya Cruz yang mencecar Kouki karena penasaran. Kouki menggeleng cepat, dia masih mempertimbangkan apakah dia harus menceritakan mimpi buruknya yang aneh itu atau tidak. Dia tidak ingin teman-temannya yang lain menjadi takut karena cerita mimpinya. “Tenang aja, lagian Cuma mimpi ‘kan?” ujar Astro mencoba menenangkan. "Iya bener, jangan terlalu dipikirin. Mungkin aja itu karena Lo terlalu stres akhir-akhir ini,” ujar Cruz menambahkan. Kouki mengangguk, “Iya mungkin karena Gue lagi capek aja.” “Iya sayang, bye. Nanti lagi ya.” Suara Tama terdengar kemudian sosoknya bersama dengan seorang wanita yang terus bergelayut manja di lengannya muncul dari dalam kamar. Tama segera mengantarkan wanita itu ke pintu utama lalu kembali bergabung bersama teman-temannya di meja makan. “Lo kira-kira dong kalau mau gituan. Suaranya berisik banget anjir!” protes Cruz sementara Tama malah tertawa mendengar protes itu. “Ya gimana dong, emang Gue terlalu jago goyangnya sampe semua cewek menjerit keenakan,” ujar Tama dengan wajah bangganya yang menyebabkan Cruz melempar sendok ke arahnya. “Yeee, ngiri aja Lo, jomblo!” ledek Tama. “Sudah, sudah! Jangan ribut lagi. Udah buruan makan dulu,” ujar Astro menengahi mereka. Dia lalu mendorong bungkus makanan ke arah Tama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD